Gigi mati terjadi ketika saraf pulpa gigi sudah dalam keadaan mati dan sudah tidak lagi mengalirkan darah di dalamnya. Bila tidak segera ditangani, maka akan menyebabkan infeksi dan saraf mati
Gejala Gigi Mati
Ketika warna gigi sudah berubah dari putih ke kuning hingga hitam, maka akan menimbulkan gigi mati. Selain perubahan warna, gejalanya juga bau mulut dan adanya gusi yang bengkak.
Menurut drg Anna Muryani dalam webinar “Kenapa Gigi yang Terinfeksi/Mati Harus Dirawat Saluran Akar?”, ada beberapa ciri-ciri gejala gigi mati:
1. Berubah Warna
Menurutnya, pada gigi mati akan terjadi perubahan warna dari putih menjadi lebih gelap. Seperti giginya berubah menjadi kuning, abu-abu lalu menghitam.
“Perubahan warna pada gigi mati terjadi karena sel darah merah pada juga ikut mati. Ini seperti ketika tubuh mengalami memar, seperti itu juga yang dialami gigi apabila mati. Bila sudah seperti ini sebaiknya langsung ditangani oleh dokter,” katanya.
2. Terasa Sakit
Bila gigi terasa sakit, salah satu penyebabnya bisa dari gigi yang mati. Seperti gigi berlubang yang menyebabkan bakteri dan sisa-sisa saraf yang mati akan terkumpul di rongga pulpa dalam gigi sehingga memberi tekanan pada membran periodontal. Hal inilah yang menjadi penyebab rasa sakit muncul pada gigi mati.
Jika hal ini disertai pula dengan infeksi, maka kemungkinan juga akan berkembang menjadi jerawat gigi (gigi bengkak) dan menimbulkan gejala lain, seperti: Nyeri di sekitar area abses gigi, sensitifnya gigi, bau mulut, gigi membusuk, hingga kesulitan menelan karena pembengkakan gigi.
Menurut Anna, secara garis besar ada dua penyebab utama yang berkaitan dengan masalah gigi mati. Pertama kerusakan gigi akibat perawatan yang tidak sesuai dan kedua, trauma gigi dikarenakan cedera maupun kecelakaan.
“Kerusakan yang terjadi pada gigi dapat menyebabkan peluruhan gigi hingga menyebabkan gigi berlubang (karies) dikarenakan pola perawatan gigi yang kurang baik dan benar. Peluruhan terjadi dimulai pada lapisan terluar gigi atau enamel dan seiring waktu bisa menembus ke lapisan yang lebih dalam. Jika gigi berlubang ini tidak diobati, maka lubang akan menciptakan jalur bagi bakteri untuk menggerogoti hingga bagian pulpa gigi. Pulpa yang sehat memiliki respons terhadap peradangan yang terjadi akibat bakteri. Proses ini yang bisa membuat kita sakit gigi,” katanya.
Sedangkan trauma gigi terjadi akibat kecelakaan seperti cedera olahraga, terjatuh, atau terpukul yang dialami di sekitar area wajah serta mulut. Cedera dan kecelakaan inilah yang bisa menyebabkan pembuluh darah pecah dan suplai darah ke gigi menjadi terputus.
“Akibatnya, saraf dan jaringan hidup di dalam pulpa akan mati dikarenakan tidak mendapat suplai darah. Bukan hanya cedera dan kecelakaan saja, melainkan kebiasaan menggertakkan gigi secara bertahap yang sering Anda lakukan juga bisa mengakibatkan trauma. Hal ini pun meningkatkan risiko terjadinya matinya gigi,” katanya.
Mengobati Gigi yang Mati
Gigi mati sangat penting untuk segera ditangani secepatnya. Terlebih jika disertai dengan infeksi dan tidak segera diobati, bakteri bisa tumbuh dan berpindah ke akar gigi serta mulai menyerang bagian lain, seperti tulang rahang dan gigi lainnya.
Dokter akan menyarankan pengobatan mana yang lebih baik untuk gigi pasien, biasanya pengobatan akan dipilih sesuai dengan kondisi gigi. Pengobatan tersebut di antaranya:
1. Cabut Gigi
Jika penyebab dari gigi mati membuat kerusakan maksimal dan tidak bisa diobati, biasanya dokter akan menyarankan untuk mencabut gigi apabila sudah tidak bisa diperbaiki.
Gigi yang dicabut dapat diganti dengan implan gigi untuk menggantikan jaringan tulang pada gigi yang hilang atau dengan gigi palsu.
2. Perawatan Saluran Akar
Pengobatan melalui metode perawatan saluran akar biasanya direkomendasikan terlebih dahulu bila penyebab gigi mati tidak terlalu parah dan gigi masih dalam keadaan baik.
“Perawatan saluran akar mungkin akan memakan proses yang panjang, sehingga pasien harus melakukan kunjungan ke dokter gigi sebanyak dua kali atau lebih,” katanya.
Senada dengan Anna, menurut drg Tiara Sandria, merawat gigi bisa dibilang sama dengan memperpanjang umur, karena bila gigi kita bagus, terawat, pengunyahan akan maksimal, makanan yang tertelan lebih halus, daya kerja lambung ringan / normal, pencernaan baik.
“Namun, apabila gigi kita rusak, tidak terawat, karang gigi menumpuk dan terjadi penurunan tulang, maka akan menyebabkan gigi goyang. Bila gigi goyang pengunyahan tidak maksimal, kerja lambung menjadi berat,” katanya saat dihubungi Asumsi.co, Minggu (1/8/2021).
Baca Juga: Tidak Cukup Dengan Berjemur, Ini Beberapa Alasan Suplemen Vitamin D Juga Diperlukan
Karang gigi yang menumpuk biasanya akan menyebabkan gigi mati. Biasanya tindakan yang dilakukan adalah dengan Perawatan Saluran Akar (PSA).
“Gigi yang terdiri dari pulpa, dan saluran akar dibersihkan dengan mengangkat pulpa dan membersihkan saluran akar dgn alat dan obat PSA, sehingga gigi bersih, diberi obat dan masih bisa dipertahankan,” katanya.
Namun, apabila ini tidak diambil tindakan, gigi mati akan menyebabkan abses yang tingkat bahayanya dari ringan sampai berat. Bilamana sudah ada abses diperberat dengan kebersihan mulut yang kurang baik, alhasil akan jadi tempat bakteri berkumpul.
“Ini bisa mengakibatkan abses terus membesar bahkan sampai menutupi jalan nafas “Phlegmon”, bisa juga saat bakteri menumpuk dan terbawa ke pembuluh darah bakteri tersebut mengendap di katup jantung sehingga menyebabkan endokarditis (infeksi pada endokardium, yaitu lapisan bagian dalam jantung),” katanya.
Untuk itu, Tiara menyarankan melakukan perawatan gigi mulai dari sederhana seperti menyikat gigi dua kali sehari. Bila terdapat sisa makanan, menurutnya sebaiknya dibersihkan dengan benang gigi, bukan tusuk gigi.
“Dan kontrol setiap 6 bulan sekali ke dokter gigi agar bisa mendeteksi sekecil apapun kerusakan gigi,” katanya.