Olahraga

Piala Dunia 2 Tahun Sekali, FIFA Dinilai Kejar Kepentingan Industri

Ray Muhammad — Asumsi.co

featured image
Foto: FIFA

Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) mewacanakan untuk menggelar Piala Dunia bagi atlet pria dan wanita setiap 2 tahun sekali. Rencana ini sedang dikaji lebih lanjut oleh FIFA.  

Dengar Masukan Publik

Usulan penyelenggaraan piala dunia dua tahun sekali ini, muncul dalam Kongres FIFA yang digelar secara virtual, Jumat (21/5/21) lalu. Disampaikan, FIFA tengah melakukan studi kelayakan usulan ini dapat dilakukan.

“Kongres FIFA menyetujui sejumlah proposal yang diajukan oleh asosiasi anggota, yaitu bahwa studi kelayakan dilakukan untuk mengeksplorasi kemungkinan dampak penyelenggaraan Piala Dunia FIFA dan Piala Dunia Wanita FIFA setiap dua tahun, bukan interval 4 tahun seperti saat ini (proposal yang diajukan oleh Asosiasi Sepak Bola Arab Saudi),” demikian disampaikan pihak FIFA.

Baca juga: Liga Super Eropa Banjir Kritik, Ini Lengkapnya!

Proposal yang dimaksud, salah satunya  datang dari Asosiasi Sepak Bola Arab Saudi (SAFF). Namun, proposal belum tentu akan diterima FIFA meski nantinya studi menyatakan menggelar Piala Dunia setiap 2 tahun layak dilakukan. 

Presiden FIFA Gianni Infantino mengatakan, tidak ada tenggat waktu penyelesaian studi. Ia menerangkan, pihaknya harus menerima setiap usulan asosiasi dan mempelajarinya.

“Kami harus memasuki studi ini dengan pikiran terbuka, tapi kami tidak akan mengambil keputusan yang akan membahayakan apa yang sudah kami lakukan. Kami tahu tentang nilai-nilai Piala Dunia,” ujar Infantino seperti dilansir CNN dari The Guardian.

Ia menuturkan, saat ini FIFA tengah mengkaji penyelenggaraan kualifikasi pertandingan sepak bola sepanjang tahun adalah langkah yang tepat. Pihaknya juga bakal mendengar masukan dari publik. Hal ini menyusul adanya kritik publik di media sosial bahwa usulan menggelar Piala Dunia setiap 2 tahun sekali bisa merusak kompetisi domestik dan regional yang sudah berjalan saat ini.

“Saya ingin diskusi ini masuk konteks yang lebih luas, yaitu kalender pertandingan internasional. Ketika kami mengatakan bahwa penggemar menginginkan pertandingan yang lebih bermakna? Semua poin ini harus dipertimbangkan. Tapi kami akan menempatkan elemen olahraga sebagai prioritas utama, bukan elemen komersial,” imbuhnya.

Dinilai FIFA Kejar Kepentingan Industri

Ketua Asosiasi Profesor Keolahragaan Indonesia (APKORI) Djoko Pekik Irianto menilai wacana mempercepat penyelenggaran Piala Dunia setiap dua tahun sekali digagas karena kepentingan industri komersial.

“Menurut saya, mengejar kepentingan industri kayaknya ini. Kalau bicara profit, penyelenggaraan Piala Dunia ini kan, memberikan keuntungan secara industri, artinya lebih cepat diselenggarakan maka finance yang masuk lebih banyak kepada penyelenggranya. Pandemi kan, pastinya bikin mereka lagi butuh duit,” jelas Djoko kepada Asumsi.co melalui sambungan telepon, Sabtu (22/5/21). 

Baca juga: Dari Masa ke Masa, Politik Selalu Mesra Dengan Sepakbola

Ia tak mempermasalahkan jika kompetisi Piala Dunia dipercepat penyelenggarannya, selama pihak manajemennya mampu menjalankan secara profesional. “Pihak manajemen tentu harus memperhatikan frekuensi pembinaan prestasi jangka panjang melalui sebuah kompetisi,” ucapnya.

Meski demikian, sejauh ini menurut dia idealnya Piala Dunia sebaiknya tetap diselenggarakan empat tahun sekali supaya pertandingan sepak bola antar benua dan liga-liga negara bisa berjalan sebagaimana mestinya.

“Kompetisi sepak bola ini kan, berjenjang. Kalau menurut saya, kompetisi level dunia sebaiknya tetap 4 tahun sekali sehingga ada yang namanya pertandingan level benua, Jadi jelas jenjangnya, tidak serta merta karena alasan industri jadi geser dari 4 tahun ke 2 tahun sekali. Kalau bicara industri maunya kompetisi bola itu ada setiap tahun. Memang Piala Dunia itu profitnya banyak. Hal ini harus dikaji lagi sebaiknya oleh FIFA,” tuturnya.

Pengamat olahraga nasional, Budiarto Shambazy menambahkan, penyelenggaraan Piala Dunia dua tahun sekali bisa mengganggu ritme pertandingan liga lokal di negara-negara yang selama ini menjadi peserta kompetisi tingkat dunia itu.

“Mengganggu ritme liga lokal dan terlalu ambisius karena makan biaya banyak banget. Bagaimana tidak, persiapan harus panjang kayak stadion juga harus banyak yang mesti dipersiapkan, apa mungkin terkejar setiap dua tahun sekali? Jadi, menurut saya terlalu ambisius dan enggak perlu dilakukan. Digelar empat tahun sekali sudah cukup menurut saya. Jangan bikin repot sendiri lah,” tandasnya.

Share: Piala Dunia 2 Tahun Sekali, FIFA Dinilai Kejar Kepentingan Industri