Peristiwa jebolnya pos penyekatan di Karawang rupanya menginspirasi banyak pemudik lainnya untuk melakukan aksi serupa. Demi bisa pulang ke kampung halaman, para calon pemudik mulai menggalang pertemanan biar bisa mudik barengan.
Aksi penggalangan mudik bersama ini muncul di berbagai media sosial, terutama facebook. Berdasarkan pantauan asumsi, sejumlah grup bertajuk mudik mulai dibuat. Sebenarnya, awalnya grup-grup tersebut hanya berbagi info soal kepastian pelarangan mudik, baik lokal maupun antar aglomerasi.
Kemudian dibahas juga tentang kepastian penyekatan di sejumlah titik. Namun, belakangan topik yang dibahas makin ‘liar’, tertutama setelah jebolnya pos penyekatan di Karawang.
Sejumlah ajakan mudik bersama pun mulai ramai. Para anggota grup mulai menggalang jadwal mudik bareng bersama anggota lainnya. Tujuannya, tentu saja bagaimana biar bisa pulang ke kampung halaman, bahkan siap jika harus menjebol pos penyekatan.
Secara keseluruhan, terdapat beberapa grup bertajuk mudik yang membahas ajakan mudik bersama. Grup tersebut bahkan diikuti oleh puluhan ribu akun. Ada grup terbuka, namun banyak juga yang dibuat privat untuk menghindari informasi mudik bocor.
Meski demikian, biasanya setelah mudik bersama disepakati, baik rute dan waktunya, mereka kemudian melanjutkan obrolan aplikasi pesan.
“Ayo ramaikan khasanah permudikan roda dua, tanggal 10 Mei. Bogor – Cianjur – Bandung – Garut – Tasik – Ciamis – Cilacap. Grup wa buat,” tulis salah satu akun. Postingan ini direspon 160 orang.
“Nanti MLM siap 50rb motor kita terobos bareng-bareng kita jebolkan benteng penyekatan jalan pemudik ok,” tulis akun lainnya yang kemudian mengundang 262 komentar.
Selain ajakan mudik, banyak juga akun yang menawarkan tumpangan berlabel travel. Ramainya pemberitaan soal mobil travel yang dirazia di pos penyekatan rupanya tidak menyurutkan pedagang penawarkan jasanya. Hanya saja, postingan akun yang menawarkan mobil travel tidak seramai ajakan mudik bersama para pengendara roda dua.
Karawang Jebol
Pertahanan berlapis pihak kepolisian dibantu sejumlah instansi samping rupanya tak mampu membendung hasrat masyarakat untuk pulang kampung. Di Karawang, para petugas terlihat kewalahan membendung gelombang pemudik yang mengendarai sepeda motor.
Dalam sebuah video yang beredar di media sosial, terlihat puluhan bahkan ratusan sepeda motor mengantre di sebuah perempatan. Mereka terhambat oleh pemeriksaan kepolisian di pos penyekatan.
Namun, jumlah pemudik roda dua itu kian lama kian bertambah, sedangkan polisi makin kewalahan menahan gelombang pemudik itu. Alhasil, ratusan pemudik itu pun berhasil lolos dari penyekatan.
Berdasarkan penelusuran Asumsi, peristiwa itu terjadi di Pos Sekat Bundaran Kepuh Kabupaten Karawang. Jebolnya penyekatan itu terjadi pada Sabtu (8/5/21) sekitar pukul 00.05 sampai 00.15.
Dalam laporan kepolisian, polisi memang sudah memprediksi bahwa Sabtu (8/5/21) merupakan puncak mudik kendaraan dari arah Jakarta melalui jalur arteri Pantura. Diprediksi pemudik didominasi kendaraan roda dua.
Dan, rupanya prediksi itu benar. Hanya saja, meski telah diprediksi, lonjakan pemudik itu tidak mampu diantisipasi dengan baik.
Kepala Kepolisian Resor Karawang, Ajun Komisaris Besar Rama Samtama Pura mengatakan, Jumlah personel yang berjaga saat itu tidak sebanding dengan jumlah pemudik yang mencapai 500 pemudik.
“Sehingga pemudik secara paksa melintas, melingkar dengan cara melawan arus saat diperintahkan oleh petugas untuk putar balik,” kata dia seperti dikutip merdeka.com.
Meski demikian, Rama menegaskan peristiwa itu hanya berlangsung sekitar 10 menit. Untuk mencegah penerobosan yang berulang, polisi lantas menambah jumlah personel dengan bantuan Brimob dan Sabhara.
“Kejadian penerobosan terjadi pada jam 00.05 wib kemudian dilaksanakan penebalan personil BKO dari Sat Brimob dan Dalmas Dit Sabhara sehingga pada jam 00.15 wib situasi sudah terkendali dan pemudik seluruhnya berputar kembali ke arah Jakarta,” ucap dia.
Fenomena Mudik
Meski telah dilarang, masyarakat tetap saja memaksakan dengan berbagai cara. Menurut Syadza Alifa, peneliti Kementerian Sosial dalam tulisannya bertajuk “Fenomena Mudik dalam Perspektif Kesejahteraan Sosial” menyatakan mudik merupakan tradisi yang sulit ditinggalkan.
Ada tiga dimensi mengapa masyarakat tetap ingin mudik, yakni dimensi spiritual kultural, sosial dan psikologis.
“Pertama, mudik memiliki dimensi spiritual kultural karena mudik dianggap sebagai tradisi warisan yang dimiliki sebagian besar masyarakat Jawa. Tradisi mudik terkait dengan kebiasaaan petani Jawa mengunjungi tanah kelahiran untuk berziarah ke makam para leluhur (Irianto, 2012). Oleh karena itu, tradisi berziarah muncul dan bertahan dari waktu ke waktu,” tulis Syadza di laman resmi Kemensos.
Kedua, dimensi psikologis. Pulang kampung memberikan rasa nyaman, aman, dan tenang karena bertemu dengan keluarga besar.
Ketiga, dimensi sosial. Banyak yang ingin mudik ke kampung halaman karena ingin menaikkan posisinya di depan keluarga dan kerabat. Hal ini muncul karena adanya anggapan bahwa kehidupan di perkotaan selalu lebih baik dan lebih berhasil dibandingkan kehidupan di desa.
“Cerita keberhasilan tersebut diwujudkan dengan membeli baju baru, gadget baru, atau barang-barang lainnya yang bertujuan untuk ditunjukkan di depan keluarga, tetangga, dan kerabat. Alhasil mudik juga menjadi penyalur jiwa konsumeris dan hedonis,” kata dia.
Selain tiga dimensi mudik itu, kata Syadza, mudik pada hakikatnya merupakan ajang untuk menyemai kesalehan vertikal dan horizontal. Kesalehan vertikal bermakna bahwa orang-orang yang merayakan harus kembali pada kefitrian (kesucian) jati diri kemanusiaannya sebagai hamba Tuhan setelah berpuasa selama bulan Ramadan.
“Kemudian kesalehan horizontal bermakna bahwa orang-orang harus menyambungkan tali silaturahim dengan keluarga, sahabat, dan kerabat tanpa adanya keinginan untuk menunjukkan prestise, melainkan murni untuk menjalin kekeluargaan dan kehangatan kembali,” kata dia.
70.000 Kendaraan Putar Balik
Sementara itu, Kepala Korps Lalu Lintas, Inspektur Jenderal Istiono menyebut sebanyak 70.000 kendaraan yang terindikasi mudik diminta putar balik selama tiga hari penyekatan mudik lebaran 2021.
Hal tersebut disampaikan Istiono saat meninjau pelaksanaan Operasi Ketupat 2021 di titik penyekatan larangan mudik di Posko penyekatan Cikarang Barat, Sabtu (8/5/21) malam.
“Kalau selama tiga hari ini sudah sekitar 70.000 ribu yang sudah kita putar balik. Secara umum semuanya berjalan aman lancar,” ujar Istiono seperti dikutip PMJNews.
Ia menambahkan jumlah itu hasil dari penyekatan dari 381 titik yang tersebar dari mulai dari pulau Sumatera hingga Bali.
Lebih lanjut Istiono menjelaskan, volume arus kendaraan yang keluar dari Jakarta terus mengalami penurunan, baik menuju Jawa maupun Sumatera. Kendaraan lebih banyak didominasi angkutan logistik atau barang.
“Saat ini volume arus kendaraan yang menuju Jawa mengalami penurunan sebanyak 73 persen. Kemudian yang menuju Bandung, Jawa Barat, turun sampai 78,3 persen,” ucapnya.
Kemudian kendaraan yang menuju Sumatera turun sampai 43,3 persen didominasi oleh kendaraan angkutan logistik atau barang. Lalu, putar arus yang tidak memenuhi persyaratan non mudik sebanyak 10.869 kendaraan hari ini.