Isu Terkini

Ngangkot Hingga Modal Yakin, Ini Kisah Pemudik yang Lolos Penyekatan

Tommi Andry — Asumsi.co

featured image
Foto: Wikipedia

Mudik sepertinya bukan perkara mudah bagi pemerintah di tahun 2021 ini. Meski sudah dilarang, warga dengan segala cara tetap nekat untuk berusaha pulang ke kampung halaman. 

Bermodal ide-ide unik, tak semuanya bisa sukses mengelabui petugas yang berjaga di pos-pos penyekatan. Namun, tetap saja ada yang dengan santainya lenggang kangkung melewati pos penyekatan dengan ide nyeleneh atau hanya bermodal yakin “polisi juga manusia”.

Seperti apa kisah-kisah unik pemudik yang berhasil lolos dari penyekatan mudik?

Baca juga: 1001 Cara Warga Nekat Mudik: Dari Ambulans Kamuflase Hingga Truk Sayur

Berkamuflase Jadi Warga Lokal, Lolos Penyekatan

Dede (34), warga Bekasi, adalah salah satu pemudik yang berhasil pulang ke Karawang bermodalkan ide uniknya.

Dede bersama istri dan kedua anaknya tidak memilih mudik pada malam hari, melainkan siang hari. Alasannya, agar tidak terlihat seperti pemudik tapi seperti warga sekitar.

Demi tuntutan peran sebagai warga lokal, pada Jumat (7/5/21) Dede sekeluarga melepaskan atribut perjalanan jauh, seperti jaket, sarung tangan, bahkan helm pun tidak dia gunakan.

Dede hanya mengenakan kaos oblong, celana pendek bahkan sandal jepit. Sedangkan baju bekal dia sembunyikan di bawa jok motor PCX miliknya. Tampilan serba santai itu dia kenakan agar bisa mengelabui petugas perbatasan.

“Jadi pas masuk jembatan, motor di depan udah diberhentiin. Saya udah deg-degan tuh, kalau saya diberhentiin juga, disuruh buka jok, selesai saya, disuruh balik lagi kayaknya. Tapi ternyata enggak, ‘ayo maju-maju’ gitu kaya polisi,” kata Dede.

Upaya Dede membuahkan hasil. Dia sekeluarga tidak diperiksa hingga akhirnya lolos sampai kampung. “Petugas nyangkanya warga lokal kali yang mau ngabuburit, nyari takjil,” kata Dede.

Berdasarkan keterangan Polda Metro Jaya, Kabupaten Bekasi menjadi titik penyekatan yang diprioritaskan. Soalnya lokasi ini menjadi ‘pertahanan terakhir’ titik terluar kawasan Jabodetabek.

Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Sambodo Purnomo Yogo mengakui meski pemerintah telah melarang mudik, namun, masih banyak warga yang nekat mudik. Pihaknya akan tetap terus melaksanakan operasi penyekatan untuk mencegah warga pulang kampung.

Modal Yakin Polisi juga Manusia

Beda cerita dengan Surya (33), warga Garut yang sukses pulang ke kampung halamannya. Tidak seperti Dede yang punya ide cemerlang dan berani. Surya cenderung memercayai bahwa Polisi juga manusia.

Dikutip dari Merdeka, Sabtu (8/5/21) dirinya mengaku berhasil sampai di Garut dari Kota Bandung bersama istrinya menggunakan roda dua. Ia berhasil memasuki Garut di hari pertama larangan pelaksanaan mudik, Rabu (6/5/21). 

​Surya bercerita bahwa ia berangkat dari Bandung setelah
melaksanakan salat subuh. “Modal nekat sebetulnya. Tapi alhamdulillah lancar
dan bisa sampai ke Garut dengan aman dan selamat. Yang paling utama, tidak
diputarbalikan ke Bandung lagi,” ujarnya.

Baca juga: Larangan Mudik Tak Berdampak Signifikan Pada Ekonomi, Kenapa?

Ia mengakui bahwa awalnya merasa khawatir kalau harus sampai
dihadang petugas yang melakukan penyekatan. Namun, waktu subuh adalah waktu
yang kebanyakan orang, termasuk polisi, memilih untuk beristirahat.

“Saya yakin, polisi juga manusia lah, bukan robot. Jadi
pasti ada capek, butuh istirahat. Modalnya itu saja. Masa iya polisi 24 jam
berdiri di jalan menyekat dan memeriksa lalu memutarbalikan kendaraan dari luar
kota,” ungkapnya.

Namun, menurut Surya, di hari pertama diberlakukan
penyekatan, pos-pos penyekatan di batas kota yang ia lewati kebanyakan tidak
diisi oleh petugas sehingga ia tidak satu kali pun diperiksa oleh petugas. Ia
pun kini sudah berkumpul bersama keluarga besarnya di Kecamatan Karangpawitan,
Kabupaten Garut.

Berbeda dengan modal pasrah yang dilakukan Surya. Salah
seorang santri asal Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, Jalal (21) berhasil
melewati pos penyekatan dengan cara yang sesungguhnya sederhana tapi efektif.

Ya, Jalal memilih untuk menggunakan angkutan perkotaan dari
Kabupaten Tasikmalaya untuk menuju Garut.

Dirinya mengatakan bahwa yang bisa melewati pos penyekatan
adalah angkutan perkotaan, karena mengaku warga dalam kota.

“Pas naik, kita sudah dikasih tahu oleh sopir angkot kalau
ada pemeriksaan harus mengaku warga Tasik. Tapi kita diantarkan sampai batas
kota sampai ketemu angkot lagi yang ke Garut. Alhamdulillah bisa sampai ke
Garut dengan aman dan tidak diputarbalikan,” katanya.

Share: Ngangkot Hingga Modal Yakin, Ini Kisah Pemudik yang Lolos Penyekatan