Tarakan. Siapa sangka bahwa salah satu kota termuda di Timur Indonesia ini mengalami perkembangan ekonomi digital yang cukup pesat? Data pemerintah kota menyebutkan bahwa Tarakan telah berkontribusi pada fondasi ekonomi Kalimantan Utara sebesar 37,05% (pada tahun 2018). Selain itu, data tersebut juga memaparkan bahwa salah satu sektor yang berkontribusi pada pembangunan ini adalah sektor UMKM.
Saat ini Tarakan memiliki paling tidak 13.427 UMKM di berbagai sektor termasuk jasa, konveksi, kuliner, dan lainnya. Oleh karena itu, pemerintah kota Tarakan terus berupaya untuk melakukan percepatan ekonomi digital di sektor UMKM. Salah satu upaya tersebut adalah dengan melakukan kolaborasi dan sinergi bersama stakeholder terkait seperti BUMN dan pihak swasta. Bagaimana perkembangan ekonomi digital di pulau dekat perbatasan Indonesia-Malaysia yang terkenal dengan kepitingnya ini? Ikuti perjalanan kami!
Di hari pertama, Asumsi.co berkesempatan datang langsung ke Rumah BUMN, sebuah organisasi yang memberikan dukungan berupa pelatihan onboarding ke platform digital, manajemen keuangan, promosi dan pemasaran serta ekspansi usaha kepada UMKM di Tarakan. Yayan Nuryana, manager enterprise, goverment, & business Rumah BUMN bercerita tentang program Rumah BUMN hasil kerjasama dengan platform digital Grab yang bertujuan mengarahkan UMKM di Tarakan untuk go digital melalui layanan on demand seperti GrabFood atau GrabExpress. Pelatihan dan program ini diselenggarakan untuk terus mengembangkan bisnis para pelaku UMKM, terutama pada saat pandemi.
Setelah singgah dan berbincang dengan Rumah BUMN, mari bertemu Abim, pelaku UMKM yang merasakan manfaat dari pelatihan mengenai digitalisasi Rumah BUMN dan platform digital yang juga telah hadir di Tarakan. Abimanyu Prakarsa (33) adalah pemilik usaha Kedai Nasi Kota-KU yang memulai bisnisnya dari melihat resep chicken crispy secara online. Berkat dukungan keluarga dan kerja kerasnya, saat ini Abim memiliki 3 kedai yang tersebar di Tarakan dan berhasil membuka lapangan pekerjaan bagi 10 karyawannya. Abim mengaku kesuksesannya tidak lepas dari pelatihan yang ia dapatkan dari Rumah BUMN dan digitalisasi usahanya. Hingga saat ini, 30 – 40% penjualan dari kedainya berasal dari pembelian melalui aplikasi pengantaran online GrabFood.
Abim juga menyuplai lebih dari 25 kilogram daging ayam setiap harinya dari pedagang pasar tradisional di Pasar Gusher. Secara tidak langsung, Abim juga membawa dampak positif bagi perkembangan usaha tradisional di Tarakan melalui bisnis digitalnya. Tidak hanya Abim yang sukses membangun usahanya. Kami bertemu juga dengan Rosliana, pemilik usaha Liena Smile Food dan Boutique Smile.
Liena bercerita tentang bisnisnya yang dimulai sejak tahun 2004. Ia mulai mengembangkan usahanya ke industri kuliner di tahun 2018. Rosliana memanfaatkan platform digital untuk layanan pesan-antar makanan, serta layanan kurir instan GrabExpress untuk layanan antar baju dan makanan kepada konsumennya. Tak heran, kalau saat ini usahanya bisa mencapai omzet sebesar Rp 5 juta per hari.
Pergi ke Tarakan kurang pas rasanya jika belum mencicipi menu seafood dan kepiting di warung favorit Jokowi ini. Kami mampir untuk mendengar cerita sukses Welly, pemilik restoran Warung Teras Tarakan yang telah berdiri sejak tahun 2011. Bermula dari menjual ayam goreng di halaman teras rumahnya, sekarang restoran ini telah berhasil menjadi restoran ternama di Tarakan. Welly bercerita kesulitannya di masa pandemi yang berhasil disiasati dengan melakukan digitalisasi. Welly memanfaatkan layanan pesan-antar makanan online untuk tetap dapat melayani pembeli setianya.
Untuk melihat kesuksesan Warung Teras milik Welly, mari berkunjung ke kediaman Ibu Heirryah, mitra ojol yang merasakan ramainya order layanan pesan antar makanan dari Warung Teras dan kedai makan lainnya di Tarakan. Kami disambut dengan kehangatan Ibu Heirryah (53). Ia banyak bercerita tentang pengalamannya menjadi mitra ojol. Dengan penuh semangat, Ibu Heirryah bercerita bahwa sejak saat menjadi ojol, ia dapat memenuhi kebutuhan keluarganya dengan waktu yang fleksibel karena dapat membagi perannya sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah setiap harinya. Meskipun di usianya yang sudah tidak muda lagi.
Kami juga mendengar cerita menarik lainnya tentang digitalisasi di Tarakan dari seorang pedagang pakaian di pasar malam keliling Kaltara. Pedagang ini bernama Hendra. Hendra terdengar sumringah saat bercerita kepada kami tentang awal mula ia mengenal layanan teknologi finansial, GrabKios. Saat itu, ia ingin mengirim uang kepada salah satu anggota keluarganya. Kemudian, ia diperkenalkan oleh adiknya layanan teknologi keuangan, GrabKios, yang dapat melayani transaksi finansial seperti kirim uang, bayar tagihan, beli pulsa dan token listrik.
Tergeraklah Hendra mendaftar menjadi agen GrabKios. Kalau sebelumnya butuh 2-3 jam untuk mencapai bank terdekat, kini transaksi keuangan dapat dilakukan melalui Hendra. Saat ini, ia bisa melayani hampir 20 – 30 transaksi perharinya dan mengantongi ratusan ribu. Tentunya juga ia berkontribusi mempermudah transaksi keuangan warga Kalimantan Utara.
Destinasi terakhir tim Asumsi di Tarakan: warung kopi kampung. Di sana kami bertemu dengan pengemudi ojol, Yusuf dan Adi. Kami juga ingin mendengar cerita mereka yang merasakan kemudahan akses perbankan dan finansial di Kaltara. Kami disambut dengan cerita mereka yang ternyata lihai melihat peluang. Yusuf dan Adi mendaftarkan diri menjadi agen GrabKios karena mereka melihat banyak teman seprofesi mereka yang membutuhkan layanan keuangan seperti top up saldo, transfer uang, pembelian pulsa, token listrik, dan lain-lain. Terbukti sekali lagi, bahwa inklusi keuangan di pelosok negeri seperti ini sangat dibutuhkan agar seluruh masyarakat Indonesia bisa merasakan manfaat ekonomi digital.
Perjalanan kami di Tarakan memang harus berakhir. Namun kami membawa banyak cerita. Hal yang terpenting adalah percepatan ekonomi digital di Tarakan merupakan hasil kolaborasi dari seluruh pemangku kepentingan terkait; pemerintah, BUMN, dan pihak swasta. Tidak hanya itu, manfaat platform digital mengakselerasi kota di pelosok negeri ini untuk bertransformasi menjadi maju dan berkembang. Buah dari kolaborasi ini adalah terbukanya kesempatan kerja, lahirnya bisnis-bisnis baru di sektor UMKM, dan mempermudah akses masyarakat kepada layanan keuangan digital. Teknologi digital inklusif seperti inilah yang menjadi penopang majunya perekonomian di Indonesia, termasuk ke kota kecil di pelosok negeri. Sampai jumpa di perjalanan kami yang lainnya.