Polemik mengenai rancangan Istana di Ibu Kota Negara (IKN) baru di Kalimantan Timur dikupas tuntas oleh sang pematung, Nyoman Nuarta. Pernyataan Nyoman Nuarta yang diterima oleh Asumsi.co, Kamis (1/4/2021) pagi menyatakan kalau ada alasan kenapa sosok burung garuda dipilih untuk berdiri sebagai rancangan Istana di IKN baru. Nyoman Nuarta menyebut ada alasan historis di sana.
Menurutnya, sejak diperkenalkan dan diresmikan dalam Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat (RIS) oleh Presiden Soekarno, 11 Februari 1950, Garuda Pancasila resmi menjadi lambang negara Indonesia. Sejak itu pula burung Garuda tidak hanya dikenal sebagai burung mitologis, sebagaimana telah ditemukan dalam berbagai peninggalan arkeologis dan kitab-kitab klasik, tetapi telah menjelma menjadi pemersatu bangsa.
“Sosok Garuda yang kuat, tak kenal menyerah, disiplin, penuh dedikasi, satya wacana, serta pemelihara keseimbangan dunia, benar-benar telah menjadi inspirasi seluruh bangsa,” kata Nyoman Nuarta.
Garuda telah identik dengan Indonesia. Maka dari itu, sosok Garuda pada rancangan Istana di IKN baru menandakan sebuah rumah besar bagi persaudaraan, persatuan, dan kerukunan hidup bersama. Simbol persatuan yang dilekatkan pada Garuda, dalam “Istana Negara” akan benar-benar ditransformasikan dan diwujudkan dalam sebentuk pola arsitektur dengan mempertimbangkan aspek- aspek estetik, nilai guna, serta manfaat bagi kemajuan dunia pariwisata Tanah Air.
Nyoman Nuarta menyebut, Istana Negara dirancang sebagai sesosok patung Garuda yang tidak berhenti hanya sebagai landmark sebuah kawasan, tetapi lebih-lebih adalah perwujudan pencapaian sinergi antara seni, sains, dan teknologi.
“Sebagai negara dengan keragaman kebudayaan yang kaya, Indonesia harus lahir menjadi satu-satunya negara di dunia yang berhasil memadukan secara pekat antara seni, sains, dan teknologi. Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali misalnya, telah dirancang menjadi magnet baru bagi pergerakan kebudayaan dunia dengan sepandai-pandainya menggunakan industri pariwisata, yang telah menjadi industri jasa penghasil devisa terbesar di dunia,” ucap Nyoman Nuarta.
Untuk diketahui, Patung GWK adalah salah satu karyanya. Dalam tubuh patung Garuda inilah, sambungnya, presiden akan berkantor, ditambah dengan unsur-unsur pendukung seperti sekretariat negara, sekretaris kabinet, dan kantor staf presiden. Jadi, wujud burung Garuda, tidak berhenti sebagai sosok patung yang besar, tetapi menjadi karya arsitektural yang memadukan seni dan struktur bangunan gedung.
“Inilah perpaduan antara unsur-unsur estetika dan desain,” ujar seniman kelahiran Tabanan, Bali ini. Seraya menambahkan, bagian-bagian lain dari Istana Negara akan diisi dengan museum dan galeri, dua hal yang amat penting dalam menciptakan citra keteduhan sebagai sebuah istana negara. “Bahkan dirancang pula pameran-pameran untuk memperlihatkan karya-karya dari UMKM. Ini kan jadi kebanggaan negara kita,” katanya.
Sosok burung Garuda yang menjadi inti dari arsitektur Istana Negara akan mengikuti pola-pola sebagaimana telah ditetapkan oleh para founding fathers Indonesia di masa lalu. Nyoman Nuarta menyatakan detilnya: Sayap Garuda akan membentang sejauh 200 meter dengan tinggi mencapai 76 meter. Bulu-bulu pada masing-masing sayap Garuda akan berjumlah 17 helai, 8 helai pada bagian ekor, 19 helai pada pangkal ekor, serta 45 helai bulu pada bagian leher.
“Oleh sebab itu, Garuda pada Istana Negara akan mewujudkan tanggal 17-8 1945, ketika rakyat Indonesia melalui Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan negara Indonesia. Angka 76 meter, tak lain sebagai pengingat bahwa ground breaking yang menandai dimulainya pembangunan Istana Negara dilakukan saat Indonesia menapaki usia 76 tahun,” ujar dia.
Perwujudan itu dilakukan untuk terus-menerus membangun kesadaran bahwa Istana berbentuk burung Garuda adalah pencapaian cita-cita bangsa menjadi bangsa yang merdeka dan mandiri. Dan kemerdekaan itu dicapai dengan perjuangan dan pengorbanan harta benda dan nyawa.
“Maka, ketika kini kita memandang Istana Negara, akan tumbuh kebanggaan sebagai bangsa yang besar, teguh, dan kuat menghadapi segenap tantangan di depan,” kata dia.
Mengubah Citra Kalimantan
Istana Negara yang memiliki luas 4 hektar dengan rencana 9 lantai, hanyalah bangunan inti dari seluruh kawasan seluas 32 hektar. Di dalam kawasan ini terdapat Plaza Nusantara seluas 10 hektar, yang akan meliputi area rekreasi, area duduk outdoor, jogging trek, jalur pejalan kaki, serta jalur buggy. Bahkan dirancang pula amphiteather serta wilayah terbuka di mana rakyat bisa mengaksesnya secara bebas.
Bangunan inti Istana Negara ini juga berupaya mengubah citra Kalimantan yang lekat dengan tambang dan hutan. Ikon baru di sosok Garuda Istana Negara dipergunakan sebagai framing, yang membangun citra keindahan, keteduhan, kedamaian, serta persaudaraan dalam perbedaan. Sedangkan sebagai sebuah karya seni arsitektural, maka seluruh kalkulasi perwujudannya menerapkan dalil-dalil sains untuk menemukan unsur-unsur presisi, daya tahan dan kekuatan.
“Seluruhnya akan dibangun dengan menggunakan teknologi pembesaran yang telah teruji dalam berbagai kesempatan pembangunan patung gigantis.
Secara konsep dan bentuk, patung Istana Garuda akan menjadi istana presiden pertama di dunia yang dibangun sebagai sebuah karya seni,” kata Nyoman Nuarta.
Sedangkan secara teknologis, Istana Negara akan menggunakan teknologi pembuatan patung yang telah dipatenkan. Sosok Garuda dalam Istana Negara akan dibangun dari kerangka baja, serta cangkang dari tembaga dan kuningan. Kedua logam terakhir ini akan mengalami proses oksidasi sehingga perlahan-lahan akan berwarna hijau tosca, sebagaimana pula terdapat dalam patung GWK di Bali. Dengan penerapan pola-pola semacam itu, diharapkan Istana Negara di Kalimantan Timur, secara perlahan akan tumbuh menjadi daya tarik baru bagi dunia pariwisata.
“Dengan demikian, Istana Negara akan berdiri di garda paling depan untuk mengubah citra sebuah pulau “terbengkalai”, yang selama ini seolah tak disentuh oleh pembangunan. Jadi intinya tak hanya pemerataan, tetapi juga mendayagunakan lokasi yang dilupakan menjadi daya tarik baru,” kata Nyoman Nuarta.
Sayembara
Rancangan Istana Negara yang Nyoman Nuarta ajukan tak begitu saja jadi. Itu dimulai sejak Kamis, 27 Februari 2020 lalu kala dirinya menghadiri undangan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), untuk Rapat Koordinasi Sayembara Istana di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) Ibu Kota Negara. Undangan ditandatangani Direktur Bina Penataan Bangunan, Ir Diana Kusumastuti, MT.
Dalam lampiran surat tertanggal 25 Februari 2020 itu, disebutkan nama-nama pejabat dan ahli yang diundang. Selain Nyoman Nuarta, ada pula nama Ketua Satgas Perencanaan Pembangunan Infrastruktur IKN, Ketua Bidang Penataan Kawasan, Gregorius Antar Awal (IAI), Gregorius Supie Yolodi (IAI), Isandra Matin Ahmad (IAI), Sibarani Sofian (MUDO), Pierre Natigor Pohan, Grace Christiani, Dian Ratih N Yunianti, M Iqbal Tawakal dan Achmad Reinaldi Nugroho.
Pada saat itu dipresentasikan tentang rencana sayembara terbatas dengan mengundang arsitek/ahli untuk membahas konsep gagasan desain bangunan gedung khusus di IKN. Gedung-gedung itu di antaranya berupa: Istana Presiden, Istana Wakil Presiden, komplek DPR/MPR/DPD, Mahkamah Agung, Kementerian/Lembaga, masjid, gereja Katolik dan Protestan, pura, wihara, dan kelenteng. Seluruhnya terdapat 12 konsep gedung yang disayembarakan.
Para ahli yang diundang dan hadir adalah: Andra Matin, Supie Yolodi, Yori Antar, Nyoman Nuarta, dan Sibarani Sofian. Kelima arsitek dan ahli diminta secara khusus untuk menyampaikan visualisasi konsep gagasan desain bangunan berupa sketsa desain, yang mampu menggambarkan visi dan kriteria bangunan gedung khusus di IKN.
“Kami hanya diberi waktu 12 hari untuk mewujudkan konsep gagasan desain dalam bentuk visual, dan harus membuat sekaligus 12 konsep desain,” kata Nyoman Nuarta.
Setelah menemukan ide dari konsep desain, Nyoman Nuarta bersama tim, memvisualisasikan 12 konsep gagasan gedung-gedung yang disayembarakan. Secara tepat waktu, pada tanggal 5 Maret 2020, Nyoman Nuarta telah mengirimkan desain-desain gedung khusus IKN ke Kementerian PUPR di Jakarta.
Kementerian PUPR kemudian meminta kelima arsitek dan ahli untuk mempresentasikan konsep desain gedung-gedung khusus IKN pada 10 Maret 2020. Waktu itu, kata Nyoman Nuarta, tidak semua arsitek dan ahli yang diundang hadir. “Ada yang diwakilkan oleh tim mereka. Kami presentasi di depan Menteri PUPR Pak Basuki Hadimuljono secara bergantian,” kata Nyoman Nuarta.
Menurut prosedur yang diterima Nyoman Nuarta, seluruh hasil dari visualisasi konsep gagasan desain gedung-gedung khusus IKN, akan dilaporkan oleh Menteri PUPR kepada Presiden Joko Widodo pada 13 Maret 2020. “Semua memang kemudian menjadi keputusan Presiden untuk memilih mana konsep desain yang dianggap memenuhi syarat,” ujar Nuarta.
“Mungkin kemudian kebetulan konsep saya yang dinyatakan sebagai pemenangnya dan kemudian diumumkan pada 29 Maret 2021 lalu kepada publik melalui media,” kata Nyoman Nuarta.