Indonesia telah dikejutkan dengan kabar seluruh atlet bulutangkis dipaksa mundur dari turnamen All England 2021 di Birmingham, Inggris. Padahal beberapa atlet Indonesia telah menyelesaikan babak 16 besar.
Perlu diketahui, ajang All England 2021 sudah berjalan di Birmingham Arena, sejak Rabu (17/3) waktu setempat.
Atlet yang sudah tanding diantaranya ganda putra, Kevin Sanjaya
Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dan Jonatan
Christie.
Kronologi Singkat Timnas Dipaksa WO
Secara kronologi, tim Merah Putih berangkat ke Inggris
menggunakan pesawat Turkish Airlines pada Jumat (12/3) dan sempat transit Istanbul, Turki. Setibanya di Inggris, para atlet Indonesia juga melakukan swab tes PCR setiba di Hotel
Crowne Plaza Birmingham City Centre.
Hasilnya pun negatif COVID-19. Kemudian pihak
Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) dan Bulu Tangkis Inggris melakukan test COVID-19
ulang. Lagi-lagi semua peserta dinyatakan negatif COVID-19 oleh pihak penyelanggara.
Setelah itu, ajang bulutangkis bergengsi tersebut dimulai di Utiliti Arena Birmingham, Rabu (17/3) pukul 13.30 waktu setempat. Setelah tiga wakil Indonesia tampil,
pihak timnas Indonesia dinyatakan walkover/ WO. Dikarenakan pihak berwenang
Inggris mengirimkan email ke 20 dari 24 anggota tim Indonesia yang berisikan kabar bahwa
seseorang yang dinyatakan positif COVID-19 dalam satu penerbangan yang sama.
Pihak BWF memutuskan untuk mengisolasi atlet Indonesia selama 10 hari alias hingga tanggal 23 Maret 2021. Meskipun orang tersebut negatif COVID-19 berdasarkan tes terbaru.
Tentu kabar ini dinilai ada kejanggalan oleh berbagai pihak.
Pemerintah dan masyarakat
Indonesia pun bereaksi cepat. Melalui dunia maya, netizen Indonesia langsung menyerang
akun resmi Instagram BWF. Mereka memenuhi kolom komentar di setiap postingan terbaru
dengan kata “Unfair”. Para atlet bulutangkis Indonesia juga melakukan protes melalui akun
Instagramnya masing-masing dengan mengunggah logo BWF dengan tagar
#BWFMustBeResponsible.
Kemenpora: BWF Mendiskriminas Tim Indonesia
Menteri Pemuda dan Olahraga, Zainudin Amali bersama Ketua Umum NOC (Komite
Olimpiade Indonesia) Raja Sapta Oktohari menegaskan bahwa pihak BWF sudah bertindak
tidak profesional, tidak transparan dan mendiskriminasi Indonesia.
“Hari ini saya akan menyampaikan perkembangan dan sikap kami sekaligus ditemani dengan
Presiden NOC. Posisi pemerintah menyayangkan kejadian ini dan prihatin dan lebih tegas lagi mengecam kejadian ini. Kalau ditanya apa penilaian saya? BWF tidak profesional, kemudian BWF tidak transparan, dan BWF diskriminatif karena cukup bukti untuk saya berani mengatakan itu,” kata Menpora melalui jumpa pers secara virtual, Jumat (19/3).
Lebih lanjut, Menpora mengatakan pihak BWF tidak boleh buang badan pada aturan di
negara Inggris terkait protokol kesehatan. Selain itu, ia juga menginginkan adanya reformasi pada BWF.
“Harus diperbaiki karena kita sangat dirugika, karena kita sangat berkepentingan dalam
pertandingan ini ini dimonitor langsung oleh Bapak Presiden dan Ibu Menlu dan stakeholder
lainnya. Saya meminta secara tegas BWF harus direformasi apalagi mulai rasa muncul rasa
ketidaksukaan terhadap di Indonesia,” tegasnya.
Amali menyampaikan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta untuk melakukan langkah-langkah yang cepat dan terbaik terutama untuk menyelamatkan para atlet. Pasalnya, terlihat banyak kejanggalan-kejanggalan yang terjadi
sebelum akhirnya tim Indonesia dipaksa mundur dari All England.
Hal-hal yang dinilai diskriminatif dari pihak penyelenggara kepada tim Indonesia diantaranya
tidak disediakan bus dari venue ke hotel. Juga tidak diperbolehkan naik lift saat di hotel.
Sementara itu, Ketua Umum NOC (Komite Olimpiade Indonesia) Raja Sapta Oktohari
menilai pernyataan resmi BWF kemarin bukan permintaan maaf kepada tim Indonesia maupun
ke negara Indonesia. Pernyataan tersebut hanya rasa penyesalan sebagai organisasi saja.
“Saya melihat bahwa BWF belum pernah minta maaf kepada Indonesia khususnya masyarakat
pecinta bulu tangkis Indonesia. Mereka hanya menyatakan menyesalkan atas
ketidaknyamanan jadi ini sangat melukai perasaan bulutangkis di Indonesia.
BWF harus
meminta maaf kepada Indonesia secara resmi dan juga mempertanggungjawabkan apa yang
diperlakukan BWF kepada atlet-alet kita yang sampai saat ini masih di karantina,” tutur Okto.
NOC Indonesia telah berusaha menjalin komunikasi dengan melayangkan surat kepada NOC
Inggris dan BWF. Selain itu, Okto juga mengatakan NOC Indonesia akan mengambil langkah
ke arbitrase internasional dan mencari dukungan NOC negara lain.
“Langkah arbitrase merupakan opsi yang bisa kita ambil. Tapi banyak opsi lain yang sudah kita
ambil seperti melakukan komunikasi dengan Asian Badminton Federation, melayangkan surat
ke BWF dan NOC Inggris, mencari dukungan dengan NOC negara lain dan kami akan
berkomunikasi dengan OCA bahkan dengan IOC terkait apa yang disebut skandal yang
terjadi di All England 2021 sampai BWF mengakui bahwa keteledoran ini disebabkan oleh
mereka dan wajib minta maaf kepada Indonesia,” jelas Okto.
Pihak NOC pun menyatakan bahwa apa yang dialami oleh tim Indonesia menjadi catatan
dunia dalam menangani dan ketidakprofesionalan dari BWF. Okto juga berharap dan
membutuhkan keadilan bagi tim badminton Indonesia.