Masih ingat dengan kasus dugaan pelecehan seksual oleh Gofar Hilman?
Seorang pemengaruh kenamaan yang kerap kali tampak bareng artis itu diduga melakukan pelecehan kepada seorang perempuan di sebuah acara. Kasus ini muncul usai korban berani menjelaskan kronologi pelecehan yang diduga dilakukan Gofar melalui sosial media twitter. Namun, upaya korban untuk bersuara tidak hanya mendapat dukungan tapi juga hujatan dari netiizen. Ada yang bersimpati, ada juga yang memberikan komentar miring soal pengakuan korban.
Semua orang saat itu bisa berbondong-bondong berdiskusi dalam kolom komentar dari tautan yang disebar oleh netizen. Kelompok orang pun terbelah menjadi dua, ada yang pro dan kontra.
Kemudian ada juga kasus lain, yaitu keguguran yang menimpa artis Aurel Hermansyah. Nama Aurel menjadi trending twitter selama beberapa hari. Netizen Twitter ramai-ramai mengingatkan Atta, suami Aurel bahwa tidak semua hal harus menjadi konten.
Salah satu penulis yang aktif di Twitter, Kalis Mardiasih juga menyatakan simpati terhadap Aurel karena pengalaman reproduksinya dieksploitasi menjadi konten.
“Sejujurnya, simpati mendalam ke aurel hermansyah karena pengalaman reproduksinya dieksploitasi jadi konten terus-menerus,” tulis Kalis Mardiasih di Twitter, pada 19 Mei 2021.
“Ga kebayang naik turun kondisi mentalnya dengan segala pengalaman reproduksi+sosial yg mesti ia lalui,” Lanjutnya.
Dari huru-hara itu, bagaimana kondisi di Instagram?
Berdasarkan pantauan, informasi seputar Gofar dan Aurel hanya selintas ada di akun gossip, media massa, dan instagram si artis. Kalau pun ada, lebih ramai bahasan kasus soal Atta dan Aurel di Lambe Turah. Cuitan Kalis Mardiasih diposting ulang oleh akun Instagram @lambe_turah yang memiliki lebih dari 9,9 juta pengikut.
Pada kolom komentar, banyak netizen yang mendukung pernyataan Kalis Mardiasih. Namun tak sedikit juga yang membela Atta Aurel. Menurut beberapa fans keduanya, Atta Aurel tidak mempermasalahkan kehidupan pribadinya dibagikan kepada publik. Saat membaca di kolom komentar mengenai isu tersebut, jarang sekali ada perdebatan panjang.
Dari kasus tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan respon antara netizen Instagram dan Twitter.
Lalu, mengapa netizen Instagram dan Twitter berbeda?
Menurut Justito Adiprasetio, Dosen Kajian Media Universitas Padjajaran, material Twitter lebih bersifat tekstual. Sedangkan Instagram lebih bersifat Visual. Perbedaan material tersebut kemudian menjadikan efek terpaan audiens terhadap konten yang berada di masing-masing platform tersebut sangat berbeda.
Contoh perilaku sederhana kata dia, nerizen Instagram lebih ‘perfeksionis’ ketika hendak memposting sesuatu. Ketika hendak memposting foto misalnya, tak jarang dari pengguna Instagram yang menyempatkan diri untuk mengedit foto dengan filter agar terlihat menarik. Tak jarang juga warga Instagram yang berhati-hati dalam membuat caption atau keterangan dari foto yang diposting.
Berbeda dengan warga Twitter yang terkesan ‘apa adanya’ dalam memposting sesuatu. Bahkan tak jarang media Twitter dijadikan tempat untuk sekedar curhat.
“Biasanya ketika ada seseorang yang membuat postingan di Instastory, biasanya tidak lebih banyak dari tweet di Twitter. Jadi kalau berbicara soal karakteristik, itulah perbedaanya.” tuturnya saat dihubungi Asumsi.
Justito juga menjelaskan mengenai efek dari Instagram dan twitter. Ia memaparkan bahwa pada penelitian 2016, peneliti menemukan bahwa Instagram itu jauh lebih intim dibandingkan dengan Twitter. Intimasi yang ditawarkan Instagram itu lebih besar karena visualisasi yang ditawarkan oleh Instagram.
Baca Juga : Seberapa Penting Sih Tanda Centang Biru di Akun Twitter?
“Orang biasanya menggunakan media sosial untuk menghilangkan loneliness, Instagram punya efek yang jauh lebih besar dalam mengurangi kesepian itu. Sehingga Instagram menjadi media sosial yang menciptakan ilusi bahwa di sekitar mereka itu ada kebersamaan dibandingkan di Twitter” jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa saat ini, diskusi politik jauh lebih banyak di Twitter. Menurutnya, kecepatan dalam konteks perdebatan politik jauh lebih banyak di media sosial berlogo burung biru ini. Hal tersebut dikarenakan Twitter tidak lebih intim dari Instagram.
Selain itu, Justito juga menambahkan bahwa orang di Twitter biasanya memfollow suatu akun based on idea. Sedangkan, pengguna Instagram biasanya mengikuti selebgram yang memang digemari.
“ Kalau di Twitter, orang mem-follow sesuatu based on idea bukan by person. Misalnya pada akun politikus Budiman Sudjatmiko, itu pesonanya besar. Biasanya orang mau follow dia biasanya yang pro atau setuju atau mereka yang kontra karena pengen ngebantah idenya” jelasnya.
“ Mereka yang follow, misalnya Atta di Twitter, itu biasanya adalah mereka yang pengen tau bagaimana dia di Twitter. Ini butuh pembuktian sih, tapi kalau saya lihat dari pengamatan saya, di Instagram itu, mereka yang memfollow Atta ataupun selebriti lainnya itu adalah orang-orang yang bener-bener suka sama selebgram tersebut. Jadi based fandomnya ada di sana.” tuturnya.
Intimasi Pada Media Sosial Menjadi Faktor
Ketika dihubungi Asumsi, Justito juga menjelaskan bahwa intimasi dalam media sosial juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi mengapa warganet di Instagram dan Twitter berbeda.
Menurutnya, intimasi di Instagram menjadi kunci ketika user menggunakan atau membangun ekspektasi atas audiens terhadap dirinya. Seperti halnya ketika seseorang memposting sesuatu di Instagram maupun Instastory, ia sedang membangun identitas dirinya di media sosial, khususnya Instagram.
Baca Juga : Gofar Hilman Dikeluarkan dari Lawless Jakarta, Bagaimana Hukum Mendepak Co-Founder Sendiri?
“Ilusi intimasi ini yang kemudian membuat seseorang membangun pembentukan identitas diri melalui postingan di Instagram. Kalau di Twitter, biasanya based on idea, walaupun tidak bisa dikatakan seperti itu juga. Tapi seseorang biasanya mengikuti akun di Twitter bukan karena based on person seperti orang di Instagram”. tuturnya.
Pada intinya, tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk antara warga Instagram dan Twitter. Karena setiap media sosial tentunya menawarkan fitur yang berbeda. Tak jarang juga seseorang memiliki akun di berbagai media sosial. Yang terpenting adalah bagaimana menggunakan kedua platform tersebut dengan lebih bijak.