Twitter baru-baru ini kembali membuka pengajuan verifikasi mandiri bagi pengguna yang ingin akunnya memiliki centang biru. Kenapa akun Twitter yang bercentang biru dianggap penting?
Siapkan 6 Kategori untuk Akun Centang Biru
Mengutip Verge, program verifikasi mandiri akun centang biru kali pertama digagas Twitter pada tahun 2017. Program kedua baru dibuka lagi tahun ini (2021), tepatnya pada 20 Mei lalu.
Namun, mereka memutuskan untuk menutup permintaan verifikasi akun pengguna selama beberapa hari, bahkan dalam hitungan pekan. Hingga akhirnya Twitter kembali mengumumkan pembukaan program permintaan centang biru secara mandiri melalui akun resmi mereka pada 2 Juni kemarin.
“Permintaan kembali dibuka! Mohon maaf karena sempat jeda–sekarang kamu bisa kembali mengajukan permintaan centang biru,” cuit akun Twitter Verified.
Dalam melakukan proses verifikasi, Twitter menyiapkan 6 kategori akun yang harus memenuhi sejumlah persyaratan. Keenam kategori ini antara lain 1) pemerintah, 2) perusahaan/merek dagang/organisasi, 3) perusahaan media dan jurnalis, 4) hiburan, olahraga dan gim, 5) aktivis/penyelenggara, dan 6) individu berpengaruh lainnya.
Baca juga: Hanya Jalan Sebulan, Trump Sudah Tutup Blog Barunya | Asumsi
Ke depan, platform media sosial berlambang burung biru ini bakal menambah sejumlah kategori akun yang bisa diverifikasi, yaitu ilmuan, akademisi, dan tokoh agama. Twitter menekankan, tidak semua orang dapat memenuhi persyaratan untuk memperoleh tanda verifikasi centang biru. Mereka menerapkan persyaratan ketat dan meneliti profil akun tersebut secara mendalam untuk memastikan kelayakan mendapatkan verifikasi.
Persyaratan ini antara lain di dalam profil akunnya mesti mencantumkan nama dan foto atau lambang asli bagi individu dan lembaga. Kemudian akun yang diminta untuk mendapatkan centang biru, harus aktif selama enam bulan terakhir.
Selain itu, sebagai persyaratan lainnya agar akunnya bisa diverifikasi, pengguna Twitter harus memiliki alamat surel dan nomor telepon yang dikonfirmasi. Akun juga harus bersifat publik alias tidak dikunci selama 12 bulan atau setahun terakhir. Bila persyaratan sudah lengkap, pemilik akun harus menunggu seminggu hingga 1 bulan untuk mendapatkan persetujuan diverifikasi atau tidak.
Pengamat gawai dan teknologi dari Komunitas Gadtorade, Lucky Sebastian mengatakan, program verifikasi akun Twitter memang banyak ditunggu-tunggu para penggunanya, terlebih bagi mereka yang selama ini dikenal sebagai figur publik, namun akun medsosnya belum menerima centang biru.
“Memang banyak orang berusaha supaya bisa verified untuk meyakinkan itu akun asli milik mereka, apalagi buat orang-orang penting yang memiliki kedudukan jabatan atau artis. Mereka memang butuh diverifikasi medsosnya karena, kalau kita lihat di Twitter, banyak banget akun-akun kloningannya yang kebanyakan fake account,” jelas Lucky kepada Asumsi.co melalui sambungan telepon, Selasa (8/6/21).
Akun figur publik, kata dia, memang rentan menjadi pelaku penyebaran hoaks dengan mendompleng namanya karena selama ini dianggap memengaruhi banyak orang dari setiap ucapan dan perilakunya.
“Verified ini memang penting buat tahu mana akun yang asli. Dikhawatirkan kalau, misalnya, artis A enggak diverifikasi akun medsosnya, nanti banyak akun nama serupa, cuma bedanya ada tambahan nama di akunnya, A1 atau A2, tapi foto profilnya muka si artis. Orang kan, bisa bingung nanti mana akun yang sebenarnya. Kemudian kalau cuitannya ngelantur, dikira ucapan si tokoh yang asli oleh banyak orang, ini berbahaya,” tuturnya.
Proses Verifikasi Dilakukan Manual
Lucky menambahkan, memang tidak semua pengguna Twitter bisa dengan mudah mendapatkan centang biru. Bahkan sebenarnya buat masyarakat biasa, mendapatkan centang biru bukan sesuatu yang mendesak.
Baca juga: Tiba-tiba Dikontak Debt Collector Pinjol Padahal Tidak Pinjam Uang, Harus Apa? | Asumsi
“Kan yang mendesak itu figur publik kayak artis, pejabat atau jurnalis, yang jadi influencer harus dapat verifikasi karena pernyataan-pernyataan mereka banyak didengar orang. Kemudian perusahaan media atau lembaga-lembaga juga perlu verified untuk memastikan kalau yang mereka cuitkan benar-benar bisa dipercaya,” terangnya.
Ia pun tak heran Twitter sempat jeda melakukan proses verifikasi akun. Pasalnya, dalam melakukan proses verifikasi, pihak Twitter selama ini masih melakukannya secara manual.
“Ternyata saya baca dari sumber Twitter, mereka masih pakai tenaga orang untuk melakukan verfikasi akun penggunanya. Belum sepenuhnya memanfaatkan AI (artificial intelligence). Masih manual,” ungkapnya.
Proses verifikasi manual yang dilakukan antara lain mengecek identitas diri yang diunggah, seperti identitas kependudukan atau paspor.
“Kemudian mesti memperlihatkan pemilik akun ini siapa di mata masyarakat? Mulai dari jabatannya apa kalau dia petinggi negara, kalau artis atau influencer buktinya apa. Ini mungkin melelahkan buat Twitter karena dilakukan secara manual, sehingga kewalahan dan harus disetop sementara,” imbuhnya.
Persyaratan lainnya yang juga mesti dipenuhi, kata Lucky, akun tersebut harus memiliki minimal 10 ribu pengikut. Sedangkan dalam melakukan pemblokiran akun, AI biasanya lebih dominan melakukan prosesnya.
“Kalau pemblokiran baru bisa by system karena mendeteksinya menyangkut kata-kata atau pelanggaran tertentu yang terekam di sistemnya. Sementara proses verifikasi akun orang ini harus benar. Mau tidak mau harus dilakukan manual sama mereka,” tandasnya.
Twitter Lebih Ketat Verifikasi Pengguna
Proses yang tak mudah untuk mendapatkan tanda centang biru dari Twitter ini diakui oleh influencer Tirta Mandira Hudhi. Akun yang sudah terverifikasi di platform media sosial lainnya, seperti Facebook atau Instagram, kata dia, bukan jaminan bisa dengan mudah mendapatkan verifikasi dari Twitter.
Pria yang dikenal publik dengan nama Dokter Tirta ini, akun Instagram pribadinya, @dr.tirta, sudah mendapatkan tanda verifikasi. Sedangkan Twitter miliknya belum, meski pengikutnya di akun @tirta_hudhi sudah memiliki 379 ribu pengikut.
“Twitter verified-nya memang susah. Kalau kita memang merasa public figure harus kasih link berita yang menunjukkan kita ini figur publik. Enggak cuma satu atau dua berita yang meliput kita. Semakin banyak, semakin membantu proses verifikasi,” kata Tirta saat dihubungi terpisah.
Menurutnya, proses verifikasi yang dilakukan Twitter memang lebih ketat dibandingkan platform medsos lainnya. Ia mencontohkan, seperti Instagram proses verifikasi yang dilakukan terkesan tidak jelas.
Baca juga: Kominfo Undur Pemblokiran Twitter, Clubhouse, TikTok, Instagram, cs ke Desember | Asumsi
“Instagram acuan verifikasinya lebih enggak jelas. Kayak akun private saja bisa verified. Twitter lebih susah proses dapat centang birunya dibandingkan Instagram. Kalau akun kita pernah di-banned 7 hari karena melanggar community guideliness, itu enggak akan pernah bisa dapat verifikasi,” jelas dia.
Maka tak heran akun Twitter dengan centang biru memiliki nilai jual yang tinggi. Hal ini diakuinya berdasarkan pengakuan rekan-rekannya yang merupakan influencer di Twitter.
“Centang biru di mata publik, dari sisi trust memang tinggi, dan kalau dapat job, nilai jualnya naik. Agensi periklanan juga ngomong ke saya, akun verified beda harganya buat dijual ke brand. Cuma sayangnya, banyak yang jadi tengil suka nge-tweet seenaknya setelah dapat centang biru,” jelasnya.
Saat ini, Tirta mengaku masih memproses pengajuan mandiri verifikasi akun Twitter miliknya. Namun, buat dia secara pribadi, verifikasi akun di Twitter sebenarnya tidak terlalu penting.
“Twitter saya juga sudah mengajukan dan kalau buat saya, sebenarnya enggak terlalu pengaruh juga diverifikasi atau enggak. Kalau saya, Twitter buat having fun saja. Bukan kayak Instagram yang memang lebih buat jualan,” kata dia.