Produser sekaligus CEO Base Entertainment, Shanty Harmayn mengakui perilisan film melalui layanan streaming atau video on demand (VOD) makin meningkat di tengah pandemi Covid-19 yang melanda dunia. Namun, ia enggan untuk merilis filmnya secara digital. Baginya, bioskop tetap menjadi sarana yang ideal untuk menayangkan film.
“Saya enggak mau terkesan putus asa gitu lho. Kami sekarang kan, ada project film yang akan mulai dikerjakan, judulnya “Lara Ati” kolaborasi dengan Bayu Skak. Kami ingin, film ini tetap rilis di bioskop nanti,” katanya kepada Asumsi.co, Senin (8/3).
Menurut Shanty, upaya tim produksi dalam membuat karya di masa pandemi seperti ini memang membutuhkan kerja keras luar biasa. Para insan perfilman punya tugas besar untuk membuktikan bahwa industri film tanah air bisa terus berjalan.
“Pokoknya, sesulit apa pun tantangannya, kami akan terus berkarya untuk perfilman Indonesia dengan terus mengupayakan supaya eksistensi bioskop ini terus terjaga. Rilis lewat streaming, bukan prioritas,” ucapnya.
Sineas Indonesia surati Presiden Jokowi
Tak hanya Shanty, sejumlah pelaku film Indonesia pun punya tekad yang sama untuk berjuang. Di akhir pekan (5/3/21), sejumlah sutradara dan aktor kenamaan Indonesia seperti Mira Lesmana, Hanung Bramantyo Joko Anwar, Baim Wong hingga Dian Sastrowardoyo mengunggah surat terbuka yang ditujukan kepada Jokowi. Surat tersebut berisi permohonan kepada pemerintah untuk memberikan dukungan agar industri perfiman Indonesia dapat terus berjalan di masa pandemi Covid-19. Sejumlah asosiasi pefilman tanah air, seperti Badan Perfilman Indonesia (BPI), Asosiasi Produser Film (APROFI), dan Indonesia Film Efditor (INAFed), ikut menjadi bagian dari penulisan surat tersebut.
Apa isi suratnya?
Ada dua poin yang dikemukakan dalam surat tersebut. Pertama, fakta bahwa puluhan ribu pekerja film sulit bertahan hidup karena proses produksi yang terhambat. Kedua, bioskop sebagai potensi pemasukan terbesar juga masih dihindari oleh masyarakat luas, sehingga mengakibatkan setidaknya dua ancaman; yakni kelangsungan hidup karyawan bioskop dan juga meningkatnya pembajakan.
Surat tersebut juga menyatakan harapan mereka agar industri perfilman Indonesia diberi bantuan paket stimulus, subsidi, perlindungan hukum dan juga kesehatan. Selain itu, mereka juga berharap pemerintah bisa memberi rasa aman kepada penonton untuk kembali ke bioskop.
Salinan lengkap surat terbuka sineas Indonesia untuk Jokowi
Jakarta, 5 Maret 2021
Yang terhormat
Bapak Presiden Joko Widodo.
Kami semua mendoakan Bapak dalam keadaan sehat walafiat dan diberi kekuatan membimbing Indonesia untuk bisa terus bertahan dan berjuang melawan pandemi Covid-19.
Bapak Presiden yang baik,
Industri film adalah bagian penting dari indonesia; bagi pekerjanya, bagi penontonnya, bagi keseluruhan industri kreatif. Seperti juga berbagai sektor industri lain, industri film kini mengalami pukulan keras di tengah pandemi Covid-19. Puluhan ribu pekerjanya kesulitan bertahan hidup akibat proses pra hingga pasca produksi film yang terhambat. industri film juga sudah kehilangan potensi pemasukan terbesarnya, karena bioskop sedang kesulitan bertahan. Bioskop, yang walau telah dibuka dengan kapasitas hanya 50%, ternyata masih ditakuti masyarakat untuk dikunjungi. Akibatnya karyawan bioskop yang besar jumlahnya dan tersebar di seluruh indonesia makin terancam kehilangan pekerjaan. Sementara pembajakan film yang di masa pandemi ini kian merajalela, terus mengancam masa depan industri film Indonesia.
Bapak Presiden yang tercinta,
Seperti yang Bapak ketahui, masih banyak yang tidak memahami pentingnya eksistensi film Indonesia untuk bangsa ini. Keberhasilan industri film di sebuah negara adalah investasi besar. Film tidak hanya menyumbangkan kontribusi pada perekonomian, tapi juga memberikan kekuatan nilai terhadap identitas dan strategi budaya. Film adalah media yang populer. Film bisa efektif membangun ke-Indonesia-an kita di dalam negeri dan memperkenalkan nama indonesia ke panggung dunia. Semakin indonesia dikenal di dunia, maka akan semakin memperlancar jalan berba ai sektor industri untuk ikut melaju.
Sejak Bapak membuka Daftar Negatif Investasi di bidang perfilman di tahun 2016, perfilman Indonesia memasuki era baru dengan jumlah penonton yang terus meningkat dari tahun ke tahun, dengan pertumbuhan sebesar 20% per tahun selama 4 tahun terakhir sebelum pandemi. Pertumbuhan ini kemudian menjadikan Indonesia sebagai pasar film nomor sepuluh terbesar di dunia dengan nilai pasar sebesar 500 juta dollar AS di akhir tahun 2019.
Bapak Jokowi yang kami hormati,
Kami semua siap untuk mempertahankan apa yang telah kami capai, tetapi kami tidak bisa melakukannya sendiri. Kami butuh bantuan dan dukungan negara agar apa yang sudah terbangun tidak musnah sia-sia. Para pembuat film harus terus berkarya dan membuat film-film yang dicintai penontonnya sendiri dan dihargai di mata dunia. Bioskop harus bisa bertahan karena di sanalah film-film kami dipertemukan dengan penontonnya. Pembajakan film harus segera diberantas tuntas karena itu adalah potensi ekonomi digital untuk dieksplorasi pelaku industrinya dan ada hak pemasukan negara di dalamnya untuk membangun Indonesia.
Film adalah bakti kami untuk negeri. Kami ingin bertahan hingga pandemi berakhir agar kami tidak tertinggal jauh dan bisa langsung meneruskan laju perekonomian perfilman demi Indonesia. Kami sangat sangat berharap koordinasi pemerintah Indonesia melalui kementerian yang terkait di Kabinet Indonesia Maju dan Satuan Tugas COVID-19 untuk bisa memberikan bantuan kepada perfilman Indonesia melalui paket stimulus, subsidi, serta perlindungan hukum dan kesehatan. Dukungan dari pemerintah akan membuat kami bisa terus bekerja membuat film, menayangkannya dan memberikan rasa aman ke penonton untuk kembali ke bioskop.
Bapak Jokowi yang kami rindukan kehadirannya di bioskop,
Sekali lagi kami berdoa untuk kesehatan Bapak dan semoga cobaan ini cepat berlalu. Dengan bantuan pemerintah Indonesia, kami, seluruh insan perfilman Indonesia siap mempertahankan dan menyelamatkan perfilman Indonesia. Kami siap menyelamatkan investasi besar identitas budaya Indonesia.