Isu Terkini

Bertanya Aturan dan Izin ke Pemerintah, Pekerja Seni: Jangan Anggap Kami Bodoh

Ray Muhammad — Asumsi.co

featured image

Foto: Artjog.id

Direktur ARTJOG, Heri Permad menjelaskan soal surat terbuka untuk Presiden yang disampaikan pihaknya beserta para penyelenggara seni lain. Ia mengatakan, surat itu merupakan aspirasi para pekerja seni agar aktivitas mereka dalam berkesenian dapat terus berjalan.

“Ini kan, sebenarnya surat terbuka bersama asosiasi penyelenggara seni lainnya. Ada APMI (Asosiasi Promotor Musik Indonesia), FESMI (Federasi Serikat Musisi Indonesia), Ivendo (Indonesia Event Industry Council) dan masih banyak lagi. Kami itu maksudnya meminta supaya penyelenggaraan kegiatan seni itu jangan dibiarkan lesu terus,” kata Heri kepada Asumsi.co. Rabu (3/3/21).

Dirinya menjamin, para pekerja seni selama masa pandemi ini kepada protokol kesehatan dalam menyelenggarakan kegiatan. Namun, menurutnya yang terjadi di lapangan, saat ini kerap menimbulkan kesalahpahaman.

Bertanya aturan

Heri mengungkapkan, tidak semua penyelenggara seni yang diizinkan oleh pemerintah setempat untuk kembali menjalankan kegiatannya di masa pandemi, meski sudah menaati syarat-syarat keamanan penyelenggaraannya.

Selain itu, ia juga mempertanyakan soal ketegasan aturan dari penyelenggaraan kegiatan seni yang menurutnya terkesan tidak jelas, termasuk batasan kerumunan yang diperbolehkan.

“Kami sudah patuh pada prokes tetap saja nggak diizinkan. Nah, kami juga mempertanyakan ketegasan aturannya itu seperti apa. Misalnya batas kerumunan yang boleh itu seperti apa? Ini kan sebenarnya membingungkan. Seperti separuh kapasitas ruangan, maksudnya kapasitas kursi atau kapasitas auditoriumnya?” ujarnya.

Ia juga mengaku kerap menerima laporan dari pekerja seni yang tiba-tiba dibubarkan saat sedang melakukan syuting hanya karena dinilai menimbulkan kerumunan. Padahal, lanjutnya, mereka mengaku sudah menjalankan sejumlah prosedur dan perizinan yang diperlukan.

“Soal kerumunan ini, mereka melakukan kegiatan syuting atau taping kan, tidak mungkin tidak ada kerumunan internal seperti kru. Katanya dibubarkan padahal sudah tes swab dan negatif semua. Nah, jumlah kru yang dibolehkan itu berapa banyak yang diperbolehkan supaya tidak dibubarkan?” tutur pria yang juga dikenal sebagai kurator seni kontemporer ini.

Berkesenian bukan cuma soal mencari uang

Direktur ARTJOG menegaskan bahwa segala bentuk penyelenggaraan festival maupun aktivitas lainnya oleh para pekerja seni bukan soal mencari uang semata. Ia mengatakan, seni bagi para seniman adalah bagian hidup yang terasa menyengsarakan bila tak disalurkan.

“Ini bukan semata-mata soal uang ya. Kalau uang, oke lah kita sama-sama lagi nggak punya uang. Cuma kami ini orang seni, nggak bisa untuk terus-menerus dibatasi ruang geraknya. Nggak bisa kami terus menahan semangat untuk berkesenian,” ujar Heri.

Dengan demikian, ia mengharapkan pemerintah agar menyambut aspirasi parapekerja seni yang ingin terus berkesenian dengan menerapkan adaptasi kebiasaan baru.

“Rantai yang ada di bawahnya ini luas. Ada pelukis, pemahat, aktor, aktris musisi sampai vendor-vendor yang sebelum pandemi ini pemasukan utamanya dari penyelenggaraan kegiatan seni,” ucapnya.

Sementara itu, terkait kampanye vaksinasi, mereka menyatakan siap bila pemerintah membutuhkan para pekerja seni untuk menyerukan pentingnya vaksnasi agar bisa terhindar dari penularan Covid-19.

Namun menurutnya, hal yang paling penting bukan soal mau atau tidaknya para pekerja seni ikut serta mengampanyekan vaksinasi. Ia menekankan bahwa poin pentingnya adalah kegiatan seni dapat terus berjalan dengan aturan yang jelas.

“Tolong jangan anggap kami bodoh. Jangan anggap kami tujuannya mengumpulkan banyak orang, tapi nggak memperhatikan prokes. Mohon supaya kegiatan seni ini terus berjalan. Percayalah kalau kami mengerti batasan-batasan adaptasi barunya,” tuturnya.

ARTJOG akan kembali gelar festival tahun ini

Tim Publikasi Media ARTJOG, Amelberga Ami mengatakan pihaknya berencana untuk kembali menyelenggarakan festival pada tahun ini. Ia mengatakan, sejumlah persiapan sudah mulai dilakukan pihaknya.

“Format penyelenggaraannya sama dengan tahun lalu. Ada kunjungan terbatas di lokasi dan beberapa  program online, di website jadi masih dalam dua format itu,” kata Amel.

Rencananya juga, pelaksanaan ARTJOG tahun ini tak hanya mengggelar pameran seni rupa, namun juga mengakomodasi para musisi dan seniman panggung lainnya untu ikut serta di dalamnya.

Dengan demikian, ia mengharapkan agar seluruh pekerja seni yang terdampak di masa pandemi bisa sama-sama mulai bangkit berkesenian bersama melalui perhelatan festival ini.

“Tahun ini, rencananya kami ada program yang menghadirkan seni pertunjukan juga. Program ini bisa mengakomodasi seni pertunjukan yang biasanya musik, tari, teater dan lainnya. Tahun ini kita belum tahu konsepnya seperti apa. Kalau sebelum pandemi kan, formatnya ada panggung,” terangnya.

Amel mengungkapkan, festival ini rencananya akan digelar pada 8 Juli mendatang. Sedangkan, untuk urusan perizinannya, pihak ARTJOG saat ini masih memprosesnya sesuai dengan prosedur yang berlaku.

“Pandemi ini tentu nggak akan pergi segera. Dari tahun lalu kia juga sudah memikirkan bagaimana supaya bisa tetap berkreasi. Jadi ya, tahun ini kami rencananya tetap ada dan menyesuaikannya dengan kondisi saat ini,” pungkasnya.

Share: Bertanya Aturan dan Izin ke Pemerintah, Pekerja Seni: Jangan Anggap Kami Bodoh