Isu Terkini

Anugerah Sains Paling Kocak Sepanjang Masa Telah Kembali

Raka Ibrahim — Asumsi.co

featured image

Sumber Gambar: CNN

Bak secercah cahaya di penghujung terowongan gelap yang teramat panjang, anugerah ilmu pengetahuan paling cemerlang di muka bumi telah kembali. Ya, tahun ini adalah edisi ke-30 dari Ig Nobel Prize, parodi Nobel Prize, yang dianugerahkan untuk penelitian dan perilaku manusia yang “awalnya bikin ketawa, lalu malah bikin mikir.”

Sejak 1991, para otak encer di balik Ig Nobel Prize menobatkan penghargaan tersebut untuk penelitian yang penting-nggak-penting tapi beneran terjadi dari berbagai disiplin ilmu. Dalam malam penganugerahan Ig Nobel, para pemenang dituntut untuk menjelaskan hasil penelitiannya dengan teknik 24/7: dirangkum dalam waktu maksimal 24 detik, digambarkan hanya dalam tujuh kata.

Hadiah untuk pemenang Ig Nobel Prize pun ngeri-ngeri sedap. Selain kemahsyuran sebagai juara tarung ilmiah paling selengean di dunia, mereka pun menerima uang 10 triliun dollar–tepatnya dollar Zimbabwe. Sejak 2009, negara di benua Afrika itu berhenti menggunakan kurs lokalnya yang habis digerus inflasi. Pecahan uang 100 triliun dollar Zimbabwe, misalnya, pernah dihargai setara 40 sen dollar AS atau Rp5.800 saja.

Meski tahun ini acara terpaksa beralihrupa jadi seminar daring akibat pandemi COVID-19, reputasi Ig Nobel Prize tetaplah gemilang. Di kategori Studi Bunyi, misalnya, pemenangnya ialah tim ilmuwan yang menyuruh seekor aligator Cina betina bersendawa dan melenguh di ruangan penuh helium.

Teorinya begini: aligator kerap mengeluarkan bunyi untuk menarik calon pasangan. Ada kemungkinan, suara yang lebih “dalam” mengindikasikan ukuran tubuh yang lebih besar, sehingga aligator dengan suara lebih dalam akan lebih banyak digandrungi calon pasangan. Temuan para peneliti tidak meleset: begitu suaranya jadi cempreng, seekor aligator jantan sama sekali tidak dilirik oleh betina.

Di bidang psikologi, Miranda Giacomin dan Nicholas Rule dinobatkan sebagai kampiun usai menerbitkan studi mereka: teknik mencari tahu seberapa narsisnya seseorang hanya dengan memeriksa bentuk alis matanya. Semisal kamu penasaran, mereka mendapati bahwa orang dengan bentuk alis yang “khas” cenderung memiliki kecenderungan kepribadian narsistik ketimbang yang lainnya. Terima kasih, Giacomin dan Rule, tukang creambath pun tahu itu.

Pemenang Ig Nobel ekonomi–peneliti asal Inggris, Christopher Watkins, dan timnya–jadi juara berkat sebuah temuan agung: penduduk negara dengan kesenjangan ekonomi yang tinggi lebih sering bercumbu hebat dengan pasangannya. Kata mereka, di negara-negara berekonomi rentan, setiap orang cenderung bersikap lebih “romantis” kepada pasangannya karena ia membutuhkan pasangan yang sanggup menanggung risiko ekonomi bersama. Sebagai bahan perbandingan, Kristen R. Ghodsee pernah menulis kolom ciamik di The New York Times, judulnya “Kenapa perempuan mengalami seks yang lebih bermutu di bawah sosialisme.”

Terkadang, pemenang Ig Nobel 2020 terdengar membingungkan. Ambil contoh Richard Vetter, seorang ahli entomologi, atau ilmuwan yang meneliti serangga. Melalui risetnya, ia mendapati bahwa mayoritas entomolog ternyata punya “ketakutan luar biasa” terhadap laba-laba, padahal laba-laba bukan serangga. Atau ambil contoh antropolog Metin Eren dari AS, yang membuat pisau dari kotorannya sendiri yang dibekukan. Ia mencoba menggunakan pisau tahi beku itu untuk memotong kulit hewan. Tentu saja ia gagal.

Menariknya, tak semua pemenang Ig Nobel Prize tahun ini berasal dari dunia akademik. Sebagian manusia cemerlang pun mendapat penghargaan khusus atas tindak tanduk mereka. Sebagai contoh, anugerah Ig Nobel Perdamaian diberikan kepada pemerintah India dan Pakistan, yang terlibat dalam perseteruan kekanak-kanakan tahun lalu.

Relasi kedua negara tersebut buruk sejak lama, tapi penelusuran The Guardian mendapati bahwa Dubes kedua negara rupanya kerap melakukan perbuatan iseng terhadap Kedubes satu sama lain. Contohnya: mematikan listrik atau air di gedung Kedubes lawan, menguntit mobil Kedubes, menelepon hanya untuk memaki-maki, dan–ini paling juara–memencet bel gedung Kedubes, kemudian ngacir. Iya, seperti anak-anak SD.

Pemenang hadiah Ig Nobel bidang Manajemen lebih seru lagi. Hadiah tersebut jatuh kepada lima orang pembunuh bayaran profesional di Cina karena cara mereka menangani sebuah pekerjaan.

Xi Guang-An, seorang pembunuh, menerima kontrak pertama. Barangkali karena malas, Guang-An menyuruh Mo Tian-Xiang saja yang melakukan pembunuhan, tentu setelah biaya awal dipotong komisi. Dari sinilah keseruan bermula. Tian Xiang mengoper kerjaan itu lagi ke Yang Kang-Sheng, yang kemudian mengoper kerjaan itu ke Ling Xian-Si, sampai akhirnya uang hasil pesanan pertama sudah habis dan tak bisa dioper ke orang lain lagi. Tentu saja, pembunuhan itu tak pernah terlaksana dan korban selamat.

Kami menghaturkan selamat yang sebesar-besarnya kepada para pemenang. Sungguh, superioritas spesies kita tak terbantahkan.

Share: Anugerah Sains Paling Kocak Sepanjang Masa Telah Kembali