Kabar duka datang dari dunia musik Indonesia. Penyanyi campursari kenamaan Didi Kempot meninggal dunia di Solo, Jawa Tengah, Selasa (5/5), pada pukul 07.30 WIB. Ia berpulang pada usia 53 tahun. Kabar tersebut disampaikan oleh Lilik, kakak kandung Didi Kempot.
Dionisius Prasetyo, atau yang lebih dikenal dengan nama panggung Didi Kempot, dikenal secara luas sebagai penyanyi sekaligus pengarang lagu-lagu Jawa campursari. Ia memulai kariernya sebagai musisi jalanan di kota Surakarta sejak 1984 hingga 1986, kemudian mengadu nasib ke Jakarta pada 1987 hingga 1989.
Didi Kempot adalah anak dari pelawak terkenal, mendiang Ranto Edi Gude atau lebih dikenal dengan nama Mbah Ranto. Ia juga merupakan adik dari seorang komedian Srimulat, mendiang Mamik Pondang.
Nama panggung “Kempot” yang dipilih Didi merupakan singkatan dari “Kelompok Pengamen Trotoar,” grup musik asal Surakarta yang membawanya hijrah ke Jakarta.
Sebagian besar lagu-lagu Didi Kempot berkisah tentang kesedihan, cinta, dan patah hati. Pria kelahiran 31 Desember 1966 tersebut pernah mengungkapkan alasannya memilih tema tersebut: rata-rata orang pernah mengalaminya dan ia ingin lagu-lagunya terasa dekat dengan masyarakat.
Keinginan itu tercapai, tentu saja. Lagu-lagu patah hati Didi Kempot sangat populer, bahkan di kalangan anak muda dalam beberapa tahun terakhir. Para penggemarnya yang berusia muda–mereka kerap menyebut diri Sobat Ambyar–menjuluki Didi Kempot sebagai Bapak Loro Ati Nasional, Bapak Patah Hati Indonesia, Lord Didi, hingga The Godfather of Brokenheart.
Sebelum berpulang, Didi Kempot sempat mengeluarkan lagu baru berjudul “Ojo Mudik” yang berisi ajakan kepada masyarakat untuk melawan pandemi COVID-19.