Lini masa Twitter sempat ramai pada Senin, 14 Januari 2019 kemarin. Warganet dihebohkan dengan cuitan Marzuki Mohamad alias @killthedj yang meluapkan kekesalan lantaran lagu ‘Jogja Istimewa’ dipakai untuk kampanye tim Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Pasalnya lagu yang merupakan karyanya itu punya makna mendalam.
Kekesalan Kill The DJ sendiri muncul lantaran berawal dari postingan video akun Twitter @CakKhum pada Kamis, 10 Januari 2019 lalu. Dalam video berdurasi 39 detik itu, terdapat emak-emak yang tengah menyanyikan lagu Jogja Istimewa namun dengan lirik yang sudah diganti dengan kampanye politik. Kill The DJ pun langsung merespons dengan membalas postingan tersebut.
Kill The DJ akhirnya memberikan klarifikasi sembari memberi penjelasan. Ia menegaskan bahwa ia tak akan pernah mengizinkan lagu itu digunakan sembarangan. Dalam arti di sini, lagunya digunakan untuk kampanye politik pasangan calon mana pun di Pilpres 2019.
“Maling laguuuu bangsat !!! Yang gak terima bukan cuma saya sebagai pemilik hak cipta, orang Jogja juga gak akan terima lagu ini dipakai buat kampanye Pilpres !!!” tulis Kill The DJ, seperti dikutip dari akun Twitter-nya, Selasa 15 Januari 2019.
Emak-emak Jogja Kompaknya Mantul#2019TidakPilihPetugasPartai #2019GantiPresiden #2019PrabowoPresidenRI pic.twitter.com/v6uMISqRTp— CAK KHUM (@CakKhum) January 10, 2019
Kamu bakal punya masalah !!!— Marzuki Mohamad (@killthedj) January 14, 2019
Maling laguuuu bangsat !!! Yang gak terima bukan cuma saya sebagai pemilik hak cipta, orang Jogja juga gak akan terima lagu ini dipakai buat kampanye Pilpres !!! https://t.co/WyJ1uSOGnq— Marzuki Mohamad (@killthedj) January 14, 2019
“Bahwa saya tidak akan pernah memberikan ijin kepada siapa pun lagu Jogja Istimewa tersebut digunakan untuk kampanye pilpres, baik itu pasangan nomer urut 01 maupun 02.”
Setelah ditelusuri lebih jauh, lagu Jogja Istimewa yang dinyanyikan Jogja Hip Hop Foundation tersebut memang sudah menjadi lagu rakyat Yogyakarta. Lagu yang dirilis pada 9 November 2009 ini juga memiliki makna yang mendalam. Saat dihubungi, Selasa, 15 Januari 2019, Kill The DJ menyampaikan kepada Asumsi.co bahwa makna lagu tersebut sudah pernah ia tulis jauh sebelumnya.
Kill The DJ pun mempersilahkan Asumsi.co untuk mengutip tulisannya perihal makna yang terkandung dari bait per bait lirik lagu karyanya tersebut. Dikutip dari killtheblog.com, blog milik Kill The DJ, lagu Jogja Istimewa memang sudah melekat dengan kehidupan warga Yogyakarta.
Bahkan, sejak kemunculannya, lagu berirama hip hop dengan groove tradisional tersebut banyak diputar di rumah-rumah warga, kawasan pertokoan, radio, hingga acara-acara besar. Lagu Jogja Istimewa juga pernah diperdengarkan di sidang rakyat Yogyakarta yang menentang Rancangan Undang-Undang Keistimewaan Yogyakarta oleh Pemerintah Pusat, 13 Desember 2010, hingga acara peringatan berpindahnya Ibu Kota Republik Indonesia, 4 Januari 2011.
Menariknya, sepertinya masih banyak yang belum tahu jika lirik lagu Jogja Istimewa banyak bersumber dari kalimat yang diucapkan oleh para tokoh perjuangan kemerdekaan RI. Bahkan 70 persen lirik Jogja Istimewa mengambil kalimat-kalimat yang diungkapkan oleh tokoh-tokoh seperti Soekarno, Sultan Hamengkubuwono IX , Ki Hadjar Dewantoro, RM Sosrokartono, dan lainnya.
Selebihnya, Kill The DJ mengaku lirik tersebut merupakan hasil tulisannya sendiri. Ia mengaku sangat terinspirasi oleh teks-teks tradisional Jawa. Kemudian, ia mengubah teks-teks itu ke dalam rima agar lebih enak di-rap-kan. Seperti apa makna dari lirik lagu Jogja Istimewa tersebut, berikut rinciannya.
1. “Holopis Kuntul Baris…”
Bagian ini merupakan ungkapan tradisional Jawa, sebuah ajakan untuk bekerja bersama-sama)
2. “Jogja! Jogja! Tetap Istimewa
Istimewa Negrinya, Istimewa Orangnya
Jogja! Jogja! Tetap Istimewa
Jogja Istimewa untuk Indonesia”
Bagian ini diucapkan Soekarno untuk memberikan apresiasi setinggi-tingginya terhadap kraton dan rakyat Yogyakarta dalam perjuangan kemerdekaan)
3. “Rungokna iki gatra saka ngayogyakarta
Nagari paling penak rasane koyo swarga
Ora peduli donya dadi neraka
Neng kene tansah edi peni lan merdika”
Lalu, untuk bagian ini, Kill The DJ mengatakan bahwa lirik tersebut 100% merupakan tulisannya sendiri. Teks ini, lanjut Kill The DJ, juga digunakan untuk lagu Dubyouth feat. Ki Jarot Bombassu. Artinya; “dengarlah ini untaian kata dari Yogyakarta, Negeri paling nyaman seperti surga, tidak peduli dunia sudah jadi neraka, di sini kami selalu nyaman dan merdeka”
4. “Tanah lahirkan Tahta, Tahta untuk Rakyat
Dimana Rajanya Bercermin di kalbu Rakyat
Demikianlah singgasana bermartabat
Berdiri kokoh tuk mengayomi rakyat”
Kemudian untuk bagian ini merupakan semangat tahta Sultan HB 9 yang kemudian ditambahi oleh anaknya Sultan HB 10 dalam jumenengan (diangkat menjadi raja)
5. “Memayu hayuning bawana”
Bagian ini merupakan visi Kraton Yogyakarta yang dicangangkan oleh HB I, artinya; membuat bumi menjadi indah, atau dalam Islam; Islam rahmatal lil alamin
6. “Saka jaman perjuangan nganthi mardhika
Jogja istimewa bukan hanya daerahnya
Tapi juga karena orang-orangnya”
Bagian ini kembali merujuk ungkapan Soekarno
7. “Tambur wis ditabuh suling wis muni
Holopis kuntul baris ayo dadi siji
Bareng para prajurit lan senopati
Mukti utawa mati manunggal kawula Gusti”
Untuk bagian ini, Kill The DJ kembali menulisnya sendiri, namun terpengaruh oleh teks-teks macapat tradisional kraton. Artinya; “Tambur telah ditabuh, seruling sudah berbunyi, Bersatu padu menjadi satu, Bersama prajurit dan senopati, Mulia atau mati rakyat dan raja adalah satu”
8. “Menyerang tanpa pasukan
Menang tanpa merendahkan
Kesaktian tanpa ajian
Kekayaan tanpa kemewahan”
Bagian ini memiliki teks aslinya seperti ini: “Nlgurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake, sugih tanpa raja brana, sekti tanpa aji” ditulis oleh RM Sosrokartono menggambarkan pribadi Sultan HB 9
9. “Tenang bagai ombak gemuruh laksana Merapi”
Penggalan kalimat ini merupakan teks dari puisi WS Rendra
10. “Tradisi hidup di tengah modernisasi
Rakyate jajah deso milang kori
Nyebarake seni lan budi pekerti”
Kembali, bagian ini 100% merupakan tulisan Kill The DJ sendiri, aya tulis sendiri dengan mengambil pepatah Jawa; “Jajah desa milangkori” yang artinya berkelana kemana-mana.
11. “Elingo sabdane Sri Sultan Hamengkubuwono kaping sanga
Sak duwur-duwure sinau kudune dewe tetep wong Jawa
Diumpamakne kacang kang ora ninggal lanjaran
Marang bumi sing nglahirake dewe tansah kelingan”
Bagian ini merupakan ungkapan Sultan HB 9 yang dikagumi Kill The DJ: “ik ben een blijf in de allereerste plaats javaav”, dalam bahasa Indonesia Sultan HB 9 menerangkan seperti ini; “setinggi-tingginya aku belajar ilmu barat, aku adalah dan bagaimanapun jua tetap Jawa”.
12. “Ing ngarso sung tuladha
Ing madya mangun karsa
Tut wuri handayani
Holopis kuntul baris ayo dadi siji”
Menurut Kill The DJ, bagian ini merupakan konsepsi social movement Jawa yang dipopulerkan oleh bapak pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara; “yang di depan meberi contoh, yang di tengah memberi dorongan, yang di belakang memberi semangat, jika inging mulia harus dengan usaha”
13. “Sepi ing pamrih rame ing nggawe”
Ungkapan Jawa untuk “perjuangan tak kenal pamrih, tapi bekerja secara nyata”
14. “Sejarah wus mbuktekake
Jogja istimewa bukan hanya untuk dirinya
Jogja istimewa untuk Indonesia”
Bagian ini kembali merujuk ungkapan Soekarno “sejarah sudah membuktikan”.