Meikarta, proyek pembangunan kota terencana yang merupakan anak perusahaan dari Lippo Group sampai saat ini masih terganjal perizinan. Bahkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) baru aja menggeledah rumah CEO Lippo Group James Riady sejak malam hingga Kamis pagi, 18 Oktober 2018.
Juru bicara KPK Febri Diansyah bilang, dari penggeledahan tersebut pihaknya menyita sejumlah dokumen terkait perizinan pembangunan Meikarta oleh Lippo Group ke Pemkab Bekasi, catatan keuangan, dan barang bukti elektronik seperti komputer.
Perlu diketahui nih, bahwa Lippo Group ini sendiri merupakan salah satu perusahaan yang besar (banget) yang didirkan oleh Mochtar Riady, pria keturunan Tionghoa yang lahir di Malang, Jawa Timur. Dimulai dari membuka Bank Lippo yang kini telah berganti nama menjadu Bank CIMB Niaga dan kini berkembang di usaha properti, rumah sakit, telekomunikasi, serta banyak bidang lainnya.
Sebenarnya, Mochtar Riady mengawali bisnis saat usianya 22 tahun dengan membuka bisnis sepeda, dan pada tahun 1959 barulah ia mengenal dunia perbankan dari Andi Gappa, sang pemilik Bank Kemakmuran. Perjalanannya pun terus berlanjut, Mochtar berpindah ke Bank Buana, menyatukan dua bank menjadi Panin Bank, di masa orde baru ia bergabung ke Bank Central Asia (BCA), dan barulah ia mendirikan bank-nya sendiri.
Kini nama Mochtar Riady bertengger sebagai orang terkaya nomor 8 di Indonesia dengan total kekayaan 2,7 miliar. Dalam buku Manusia Ide yang ia luncurkan pada Januari 2016 lalu, Mochtar membeberkan bahwa perusahaan raksasanya itu sudah ia siapkan untuk diteruskan kepada anaknya yang bernama James Tjahaja Riady sebagai generasi penerus.
Mochtar tentunya punya pertimbangan yang matang ketika memilih James dibanding tiga anaknya yang lain untuk melanjutkan bisnis yang ia bangun dengan susah payah. James yang lahir di Jakarta 1957 itu disekolahkan di Macau dan Australia agar mampu hidup mandiri. Setelah lulus, James muda masih dikirim lagi ke Amerika untuk bisa terjun langsung ke dunia bisnis di bidang perbankan.
Kemampuannya tak diragukan lagi, ia mampu mendirikan Worthen Bank dengan modal $20 juta Dollar, dan namanya makin dikenal sebagai banker asal Arkansas dan berhail menjadi direktur di sana pada tahun 1984.
Setelah beberapa tahun barulah James Riady mulai menjalankan cabang Lippo Group milik bapaknya yang ada di Los Angeles. Sayangnya, perkembangan bisnis Lippo Bank yang diurus James tak berjalan baik karena adanya bukti kredit macet dan pelanggaran undang-undang yang berkaitan dengan pencucian uang.
James yang punya kedekatan dengan mantan Presiden Amerika Bill Clinton pun sempat terkena kasus pemberian sumbangan dana illegal untuk kampanye politik di Amerika Serikat. Pada 2001 James akhirnya mengaku bersalah dan bersedia membayar denda $8,6 juta.
Belum lagi kedekatannya dengan kandidat presiden Amerika Bill Clinton pada tahun 1992. James Riady bahkan rela memberikan dana kampanye lebih dari $475.000 kepada patrai pendukung Bill Clinton. Pemberiannya itu cukup menguntungkan tatkala Bill terpilih menjadi presiden di tahun 1993, James pun mendapatkan kemudahan berbisnis dan akses ke berbagai pejabat tinggi serta politikus di AS.
Tapi itu tak berlangsung lama, pada tahun 2001, James Riady bahkan didakwa oleh pengadilan Los Angeles. Dakwaan itu ternyata berkaitan dengan sumbangan dana ilegal yang ia berikan saat masa kampanye politik di Amerika Serikat. James Rinaldy pun mengaku bersalah dan bersedia membayar denda sekitar $8,6 juta dollar atas kasus tersebut.
Dari kejadian itu, James dikenal sebagai pengusaha yang lebih agresif dibanding ayahnya dalam mengembangkan kerajaan bisnisnya di Lippo Group. Kini, menurut majalah Forbes, kekayaan James Riady beserta keluarga ditaksir senilai 1,87 miliar dollar US atau sekitar 24,6 triliun Rupiah dan masih masuk dalam sepuluh besar orang terkaya di Indonesia. Namun, kini James kembali mendapatkan kasus, ia pun harus berurusan dengan KPK berkat dugaan suap yang terjadi mega proyek Meikarta.