Isu Terkini

Empat Catatan Untuk INASGOC di Perhelatan Asian Games 2018

Winda Chairunisyah Suryani — Asumsi.co

featured image

Perhelatan Asian Games 2018 sudah berjalan hingga satu minggu lebih, sejak pembukaanya pada 18 Agustus 2018 lalu, di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Dari berbagai serangkaian agenda yang diadakan empat tahun sekali itu, tentu saja ada beberapa hal yang perlu dijadikan bahan evaluasi ke depannya.

Indonesia, sebagai negara yang berkemsempatan menjadi tuan rumah Asian Games, perlu memperbaiki empat catatan berikut ini:

1. Tindakan Represif Polisi Dalam Mengamankan Asian Games

Sebuah organisasi non-pemerintah yang bertujuan mempromosikan Hak Asasi Manusia (HAM), Amnesty International Indonesia, mencatat ada 77 orang tewas ditembak polisi tanpa prosedur demi mengamankan perhelatan Asian Games. Semua itu dilakukan demi memberantas kejahatan di jalanan kota di seluruh Indonesia.

“Perhelatan acara olah raga internasional tidak boleh mengorbankan hak asasi manusia (HAM). Pembunuhan harus dihentikan dan semua kematian harus diselidiki dengan cepat dan efektif,” kata Usman dilansir dari situs resmi Amnesty, Kamis, 16 Agustus 2018.

Kepolisian Republik Indonesia juga tak menampik bahwa pihaknya melakukan operasi besar-besaran untuk memberantas kejahatan jalanan dan terorisme demi perhelatan pesta olahraga se-Asia, Asian Games 2018, di Jakarta dan Palembang, meskipun jumlahnya tak sama seperti yang disebutkan Amnesty.

“Dari 1.400-an (yang ditangkap), yang ditembak hanya 27 orang, kemudian 11 mati. Tentu ada parameter polisi mengapa kami melakukan tindakan tegas,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono, di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, dilansir dari Kumparan.com pada Rabu, 18 Juli 2018.

Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto juga mengatakan bahwa penggunaan senjata api itu sesuai dengan prosedur operasional yang berlaku, seperti adanya perlawanan dari pelaku kejahatan saat proses penangkapan.

“Polri itu bekerja dengan SOP yang jelas. Ketika dia membawa senjata dan mengancam harta atau nyawa manusia, kami mempunyai dasar hukum untuk melakukan tindakan tegas yang terukur,” ujar Setyo ditulis Cnnindonesia.com pada Rabu, 18 Juli 2018.

Namun, Koalisi Masyarakat Sipil berpendapat bahwa pembunuhan di luar jalur peradilan (extra judicial killing) itu harus dihentikan. Bahkan, mereka telah melaporkan masalah itu ke Ombudsman RI.

Hasilnya, Komisioner Ombudsman RI Adrianus Meliala mengungkapkan administrasi polisi dalam mengeluarkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) di Polda Metro Jaya berantakan, dan belum menyerahkan data SP3 terkait 11 tersangka yang ditembak mati tersebut.

2. Sosialisasi dan Transparansi Penjualan Tiket

Indonesia Asian Games 2018 Organizing Committee (INASGOC), sebagai panitia penyelenggara mengakui tentang keluhan masyarakat tentang penjualan tiket. Ketua Deputi ll INASGOC, Francis Wanandi, menerangkan bahwa pihaknya telah berupaya untuk menyelesaikan persoalan tiket.

“INASGOC langsung merespon cepat dengan perpindahan vendor, yang sebelumnya kiostix langsung kerjasama dengan beberapa vendor kompeten. Sebelumnya di kiostix (tiket online) harus tukar lagi dan sekarang tidak perlu ditukar, cukup memperlihatkan e-tiket,” kata Francis pada media saat konferensi pers di Jakarta Convention Center, Senayan, Jumat, 24 Agustus 2018.

Selain rumitnya proses penjualan tiket, masyarakat juga mengeluhkan tentang banyaknya bangku kosong yang terlihat di layar kaca, sedangkan tiket telah berstatus sold out alias habis. Ternyata itu terjadi karena kuota tempat duduk sebesar 30-40 persen diperuntukan untuk rekanan Asian Games.

“Jadi solusinya, nanti kuota itu kita batasi menjadi 10 persen saja,” kata Francis.

Untuk mengantisipasi masalah baru, seperti kehadiran calo, terhitung sejak 24 Agustus 2018, INASGOC menetapkan pembelian tiket untuk pertandingan cabang olahraga akuatik, bulutangkis, bola basket, sepak bola dan bola voli  hanya dapat dilakukan secara online. Untuk cabang olahraga lain, tiket offline tersedia pada hari pertandingan, dengan jumlah terbatas.

3. Suporter Indonesia Malah Dukung Tim Lawan

Banyak orang Indonesia yang mungkin memiliki ikatan batin dengan negara Palestina karena melihat usaha meraih kemerdekaannya. Seperti yang terlihat saat pertandingan sepak bola Timnas Indonesia U-23 melawan Palestina di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, pada Rabu, 15 Agustus 2018.

Para suporter Indonesia dengan jelas-jelas memberikan semangat untuk lawannya sendiri. Seperti bendera Palestina yang ikut tersemat di dinding tribune bersandingan dengan Merah Putih. Bahkan, saat  Palestina mencetak gol pertama ke gawang Timnas U-23, sebagian penonton Indonesia bertepuk tangan.

Dukungan terhadap kemerdekaan Palestina memang sah-sah saja dilakukan, namun itu masuk ke dalam ranah politik. Sedangkan, segala bentuk dukungan politik itu sebenarnya tidak diperbolehkan dalam pertandingan olahraga.

Sekedar mengingatkan, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) pernah menjatuhkan sanksi kepada PERSIB Bandung karena melakukan koreografi “SAVE ROHINGYA” yang dilakukan oleh supporter PERSIB, Bobotoh. Dukungan itu dinilai mengkampanyekan unsur politik.

Sanksi karena memasukkan unsur politik itu memang mengikuti aturan dari Federation of International Football Association (FIFA), di mana tidak boleh membawa unsur politik dan rasisme ke dalam sepakbola.

Bahkan, di Skotlandia saja, Glasgow Celtic juga pernah mendapatkan sanksi karena melakukan koreografi mendukung Palestina. Di Jakarta, PERSIJA mendapatkan sanksi beberapa bulan yang lalu karena Jakmania memasang spanduk SAVE ULAMA.

4. Komentator yang Harusnya Punya Andil Dalam Memberikan Informasi

Valentino Simanjuntak, seorang presenter olahraga yang kini kian terkenal berkat kata-kata unik yang ia lontarkan saat menjadi komentator pertandingan Piala Federasi Sepak Bola Asia Tenggara (AFF) U-19. Bung Jebret, itulah nama yang kini disematkan pada pria kelahiran Jakarta, 11 Juli 1982 itu.

Namun, ketenaran dan kelucuannya kini menimbulkan beragam protes dari penonton pertandingan di Asian Games 2018, khususnya di cabang olahraga bulu tangkis. Seperti yang ditulis oleh pemilik akun bernama Arya P, ia mengatakan bahwa seharusnya komentator mampu memberikan informasi mendasar kepada penonton, seperti umur para atlet yang sedang berjuang, ada di peringkat berapa di Badminton World Federation (BWF), prestasi terbaru para atlet, dan sebagainya.

“Komentator bulutangkis semalam gagal memberi konteks. Kaya misalnya nomor beregu mainin berapa partai, urutannya gimana, siapa tunggal pertama kedua ketiga, siapa lawan mereka,” tulis Arya pada Rabu, 22 Agustus 2018.

Hal itu sangat berbeda dengan komentator dari cabang olahraga marathon di televisi Jepang.

Nonton siaran langsung marathon #AsianGame2018 dr tv Jepang, komentatornya ngejelasin best record atlit ini brp dimana, jelasin jalan yg dilewatin, Hayam Wuruk artinya apa, Monas kepanjangannya apa, artinya apa.. Penonton tambah pinter.. pic.twitter.com/Ekq8vOMw0R— Tri Wulaningsih (@my_dizzaft) August 24, 2018

Share: Empat Catatan Untuk INASGOC di Perhelatan Asian Games 2018