Budaya Pop

Yang Harus Jadi Wajah Terdepan Asian Games adalah Atlet Indonesia, Bukan yang Lain

Pangeran Siahaan — Asumsi.co

featured image

Setiap kali ajang olahraga multi-event digelar di sebuah negara, salah satu yang membuat masyarakat negara tersebut antusias menyambutnya adalah karena mereka menunggu bagaimana pahlawan lokal akan berlaga di depan publiknya sendiri.

Ketika Olimpiade London 2012, publik Britania Raya menunggu kiprah dari Andy Murray (Tenis), Mo Farah (Atletik), Bradley Wiggins (Sepeda), dan Rebecca Adlington (Renang). Masing-masing mereka adalah atlet top di cabang olahraga masing-masing. Murray malang melintang di papan atas petenis pro dunia. Farah begitu superior di lari 10000 meter. Wiggins adalah juara Tour de France. Publik Inggris punya superstar olahraga yang ingin mereka lihat bertanding dari dekat dengan homecourt advantage.

Menjelang Olimpiade tersebut, berbagai promo untuk menggembar-gemborkan masing-masing atlet tersebut semakin gencar. Tidak hanya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa akan ada ajang multi-event akbar digelar di rumah mereka, tapi juga untuk menciptakan urgensi kenapa warga harus peduli. Kebanggaan muncul bukan hanya karena menjadi tuan rumah, tapi juga karena tuan rumah punya deretan atlet berprestasi yang siap menjadi ujung tombak kejayaan.

Mulai ada kekhawatiran bahwa Asian Games 2018 yang hanya tinggal hitungan bulan lagi digelar di Jakarta dan Palembang belum bergaung sama sekali dalam masyarakat. Persiapan telah dilakukan, berbagai venue dan fasilitas hampir semuanya rampung, tapi masyarakat nampak adem-adem saja dalam menyambutnya. Tak sedikit yang bahkan hanya tahu sedikit atau bahkan tidak tahu sama sekali soal Asian Games. Lebih banyak lagi yang tahu soal Asian Games namun tak mengerti mengapa mereka harus peduli dan ambil pusing soal perhelatan olahraga terakbar di Asia tersebut.

Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa rakyat harus dibuat demam soal Asian Games karena sejauh ini hangat pun tidak, bahkan cenderung dingin. Bagi saya, salah satu penyebabnya adalah ketiadaan urgensi dalam masyarakat soal mengapa mereka harus peduli dan antusias soal Asian Games.

Selama ini yang selalu menjadi narasi utama promosi Asian Games adalah soal infrastruktur yang dibangun dan soal kebanggaan Indonesia menjadi tuan rumah. Ini bukanlah sesuatu yang salah tentu saja karena menjadi tuan rumah ajang besar seperti Asian Games merupakan sebuah hal yang kompleks dan patut dibanggakan. Namun perihal soal kebanggaan menjadi tuan rumah ini sepertinya belum cukup untuk menciptakan kepedulian dan menumbuhkan antusiasme masyarakat. Belum ada urgensi yang tercipta karena isu soal infrastruktur olahraga tidak punya proximity (kedekatan) dengan masyarakat luas.

Salah satu cara untuk menciptakan kedekatan dengan masyarakat adalah dengan mengedepankan para atlet top Indonesia yang akan berlaga di Asian Games nanti. Kita punya banyak olahragawan hebat yang punya peluang besar untuk menjadi yang paling superior di benua Asia nanti. Kita kesampingkan dulu bulutangkis yang memang ajangnya orang Indonesia.

Kita punya Eko Yuli Irawan di angkat besi, pemegang medali perak Olimpiade Rio 2016.

Di Wushu ada Lindswell Kwok, juara dunia tahun 2017 dan pemegang medali perak Asian Games 2014.

Kita juga ada Riau Ega Agatha yang begitu fenomenal di cabang panahan pada Olimpiade Rio 2016 karena mengalahkan peringkat 1 dunia ketika itu.

Di Atletik kita punya Maria Londa, juara bertahan cabang lompat jauh yang menang medali emas Asian Games 2014 di Incheon dan juga pembawa bendera Merah Putih pada Olimpiade 2016.

Belum lagi kalau kita bicara soal pebulutangkis nomor 1 dunia seperti Kevin Sanjaya/Marcus Gideon dan juga Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir.

Kita tidak kekurangan pahlawan lokal dan nama-nama di atas baru beberapa saja.

Pertanyaannya, pernah anda melihat wajah mereka semua dalam berbagai konten promosi Asian Games ini?

Saya rasa tidak. Saya beberapa kali melihat billboard Asian Games di jalanan Jakarta dan seingat saya, bukan wajah atlet yang saya temui di sana.

Saya juga kerap melihat konten video dan foto promosi Asian Games berseliweran di media sosial dan lagi-lagi tidak ada wajah atlet pahlawan lokal di sana.

Rasanya kegagalan sejauh ini adalah untuk memberikan wajah kepada Asian Games. Masyarakat akan lebih bisa merasa dekat kepada atlet yang tanah airnya sama dengan mereka, dibanding dengan benda mati seperti infrastruktur dan jargon-jargon yang akan terdengar selewat semata.

Tak jadi soal misalnya jika dipermasalahkan bahwa cabang-cabang seperti panahan atau atletik bukanlah cabang olahraga populer. Urgensi bisa diciptakan. Lagipula, superstar global seperti Michael Phelps atau Usain Bolt pun bergelut di cabang olimpik yang hanya dapat perhatian publik 4 tahun sekali, maka sesungguhnya ini bukan alasan.

Dalam situasi politik sosial Indonesia yang cenderung terpolarisasi seperti sekarang, manuver apa pun yang dilakukan yang bersinggungan dengan pemerintah bisa mengundang kecurigaan. Apalagi ini adalah tahun politik dan Pemilu 2019 sudah di depan mata. Namun sudah banyak peristiwa di mana olahraga bisa menjadi ajang pemersatu dan secara temporer meruntuhkan sekat-sekat pemisah.

Maka seyogianya dan secepatnya urusan Asian Games harus diletakkan kembali dalam koridor olahraga dengan para atlet Indonesia sebagai wajah utamanya dan bukan yang lain-lain.

Olahraga sebagai sebuah kompetisi hanya berlaku bagi para atlet di lapangan. Namun bagi penonton dan masyarakat, olahraga kompetitif adalah soal cerita dan wajah manusia. Pentas olahraga adalah ajang dramaturgi tanpa naskah yang selalu mengharubiru. Pentas olahraga adalah kisah soal usaha manusia untuk menjadi yang terbaik. Bisa berakhir dengan bahagia, walau lebih banyak yang berakhir dengan nestapa.

Presiden Jokowi menginginkan masyarakat agar segera demam Asian Games dan demam ini hanya bisa tercapai jika ada relasi dan urgensi kedekatan dari masyarakat.

Jadikan atlet-atlet Indonesia sebagai bintang dan tampilkan mereka di depan.

Ini harus dilakukan segera. Belum terlambat kalau dimulai dari sekarang.

Pangeran Siahaan adalah founder dan editor-in-chief Asumsi.co

Share: Yang Harus Jadi Wajah Terdepan Asian Games adalah Atlet Indonesia, Bukan yang Lain