Mungkin saja iklan Ramayana yang menampilkan kepala ibu-ibu di dalam rice cooker, enggak bakalan seheboh saat ini, jika tak ada sentuhan tangan dingin Dimas Djayadiningrat, sutradara video dan film. Termasuk faktor-faktor penting lainnya.
Khusus iklan Ramayana edisi Ramadan tahun ini, memang banyak cerita di belakangnya yang ikut berperan besar. Salah satunya soal Malin Kundang yang sebenarnya jadi ide pertama dari proyek iklan Ramayana tersebut.
Priskila Eirene, salah satu tim kreatif Rekreasi (creative agency), menceritakan awal mula pembuatan video iklan Ramayana. Menurut perempuan yang akrab disapa Kila itu, awalnya mereka punya ide lain, jauh sebelum ide yang ada sekarang.
“Jadi sebenarnya kita udah ngajuin dan present satu ide, soal Malin Kundang ya. Tapi klien kurang sreg nih,” kata Kila saat bercerita kepada Asumsi di Kantor Rekreasi, Kemang, Rabu, 23 Mei.
Lalu, setelah ide soal Malin Kundang tak di-approve dan minta untuk diganti jelang bulan Ramadan, Kila dan tim kreatif pun langsung berpikir untuk mencari ide lain yang lebih kece. Dalam waktu yang terhitung cukup singkat, akhirnya ide kasidah pun muncul.
“Nah, lalu muncul ide soal kasidahan dan sebenarnya ide kasidah itu muncul saat detik-detik terakhir pas gue mau meeting internal,” ucap Kila.
“Kita kan terdiri dari tim kreatif dan tim internal. Jadi kita tim kreatif present, ajuin dulu ide kasidahnya ke tim internal dan ke atas-atasan, nah pas itu gue baru bikin slide presentasinya 15 menit sebelum meeting di sini.”
“Akhirnya ya udah di-approve ide kasidah itu.”
Kila mengungkapkan bahwa ide awal soal Malin Kundang itu sebenarnya sudah di-present sejak beberapa bulan sebelum bulan Ramadan. Saat ide itu tak disetujui, Kila dan rekan-rekannya benar-benar harus memutar otak mencari ide yang lebih segar.
Setelah ide kasidah mantap diusung untuk menggantikan ide Malin Kundang yang gagal menembus selera klien, Kila kemudian mulai merencanakan apa saja langkah selanjutnya yang harus diambil. Ia pun berpikir untuk mengembangkan ide kasidah agar bisa berbau Ramayana.
“Terus gue kayak maping doang aja sebenarnya apa aja sih yang berhubungan dengan bulan suci Ramadan. Bisa gue tarik misalnya oke ada musik, ada fashion yang berhubungan dengan Ramayana,” ujarnya.
“Terus akhirnya pas dari musik gue tarik lagi tuh maping-nya, oh ternyata kita punya kasidah nih. Dari kasidah, apa nih yang bisa ditarik, oh ternyata meme-meme nasida ria yang lagi happening di Twitter, karena sejujurnya gue ngefans banget juga sama nasida ria.”
Sementara itu, Vellen menambahkan bahwa mereka mulai mengembangkan ide kasidah dengan komposisi yang menarik.
“Seperti yang diomongin Kila, ide dasarnya sih emang kasidah. Dulu itu awalnya kita sebenarnya bikin cerita tentang couple, tentang pasangan. Ada cowok, yang setiap dia galau, ada nyokapnya dateng nyanyiin kasidah rame-rame gitu,” kata Vellen.
Lalu, Vellen mengatakan bahwa setelah mereka present ide tersebut, si klien ternyata sangat senang dan excited. Namun, si klien meminta untuk dimasukkan unsur-unsur mudik yang mewakili segmen Ramayana.
“Jadi kita mikir gimana caranya masukin unsur mudik itu. Karena dari pada kita paksain, akhirnya jadi kita coba lah nge-crafting lagi cerita tentang dua orang dari pasangan itu jadi cerita soal kesulitan-kesulitan pemudik di Jakarta karena kan kebanyakan orang di sini tuh perantau, jadi ide dasarnya dari situ.”
Vellen mengungkapkan bahwa ada tiga faktor besar yang membuat iklan Ramayana tersebut bisa seviral dan seheboh seperti saat ini. Ketiga faktor itulah yang akhirnya saling melengkapi hingga bisa melahirkan karya terbaik.
“Yang pertama, ide dasarnya dari kita dan kita pilih ide soal qasidah, terus elemen-elemen mudik, kesusahan-kesusahan perantau, itulah faktor pertama,” kata Vellen.
“Yang kedua, kliennya harus siap. Siap dengan budgetnya, siap dengan berbagai kemungkinan apakah iklan itu nantinya bakal sebagus ini, klien harus siap dengan situasi itu. Kalo kliennya udah oke, langsung lanjut.”
“Yang ketiga, crafting dari director itu sendiri. Jadi kalau ketiga faktor ini di-approve dan udah klop, gue rasa semua iklan akan jadi iklan yang bagus.”
Jadi, menurut Vellen, andai saja ide awal soal Malin Kundang itu di-approve, maka enggak akan ada iklan kasidahan dengan kepala ibu-ibu masuk rice cooker itu hari ini.
Baca Juga: Ternyata Ini Rahasia Ide Kepala Ibu-ibu Dalam Rice Cooker di Iklan Ramayana
“Jadi emang ada berkahnya juga pas ide pertama ditolak, lalu muncul ide kasidahan di last minute,” ujar Vellen.
Selain itu, ide yang sudah digagas tim Rekreasi kemudian mendapatkan sentuhan dari tangan dingin Dimas Djayadiningrat, sutradara video dan film Indonesia. Kila mengatakan peran Dimas Djay sangat besar dalam penggarapan video iklan itu.
“Soal ide detail aksi ibu-ibu kasidahan, sebenarnya itu emang udah lebih ke crafting-nya si Dimas Djay ya. Kita tuh bersyukur dapet Dimas yang emang otaknya kurang satu sendok,” kata Kila.
“Iya, pas kita wawancara juga dia bilang kalau otaknya kurang satu sendok,” ujar Kila sembari tertawa.
Kila menuturkan bahwa Dimas memang sangat tertarik untuk men-direct langsung ide kasidah tersebut. Pucuk dicinta ulam pun tiba, ketertarikan Dimas Djay dan tim Rekreasi pun akhirnya membuat segala proses menjadi lancar.
“Jadi kita emang saling menemukanlah. Jadi di saat kita yakin kalau Dimas Djay bisa bikin bagus dan ternyata Dimas Djay selama ini emang menanti-nanti untuk dapet ide soal kasidah.”
“Jadinya emang bagus banget dan sedetail itu. Dan gue tau sih dia emang bener-bener pake hati sih itu bikinnya.”
Senada dengan Kila, Vellen pun sepakat bahwa dalam proyek pengerjaan video iklan tersebut, semua pihak diberikan kemudahan dan saling mengerti.
“Bener kata Kila tadi, bahwa kita emang saling menemukan dalam proyek ini. Semuanya tuh dilancarin, bayangin dengan persiapan yang sangat mepet dan itu beberapa bulan mau tayang sebelum Ramadan, itu kita kan mulai dari nol lagi kan,” kata Vellen.
Vellen mengaku memang perjalanan mereka masih sangat panjang terutama setelah ide kasidah di-approve. Banyak hal yang mesti dilakukan terutama dalam membangun komunikasi dengan Dimas, harus menjaga brand, dan harus mencari talent yang cocok.
“Jadi emang saling menemukan sih lagi-lagi, udah rezeki Ramadan kita semua ya kayaknya. Ada Dimas Jay, Rekreasi, Ramayana, ibu-ibu qasidahan, semua itu bersatu dalam satu komponen dan emang saling menemukan.”
Vellen dan Kila mengatakan bahwa pesan yang ingin disampaikan dalam iklan Ramayana edisi Ramadan itu adalah beratnya perjuangan seorang perantau saat mudik demi bertemu dan membahagiakan keluarga.
“Jadi pesan yang ingin disampaikan itu jelas ya. Bahwa target Ramayana itu sendiri kan, kita ngeliat target itu adalah perantau yang ada di Jakarta, bahwa mereka hidup kerja keras yang pada ujungnya adalah ya sampai di Ramadan itu,” kata Kila.
“Mereka ingin balik pulang, mudik setahun sekali dan pulangnya ingin bawa sesuatu untuk keluarga di rumah.”
Selain itu, Vellen menambahkan bahwa sebenarnya iklan itu juga ingin mengembalikan nostalgia berbelanja bareng keluarga, karena hal itulah yang bisa menyatukan keluarga di momen langka seperti bulan Ramadan. Apalagi anak muda saat ini sudah jarang melakukan itu.