Isu Terkini

Mantan Kepala BNN: Pembantu Presiden Masih Acuh Masalah Narkoba

Winda Chairunisyah Suryani — Asumsi.co

featured image

Indonesia termasuk ke dalam daftar negara yang masih memberlakukan hukuman mati. Salah satu tindakan kriminal yang beresiko dijatuhi hukuman ini adalah penyebaran narkoba. Karenanya, tidak asing jika kita sering mendengar berita soal eksekusi mati atas bandar narkoba, baik mereka yang berasal dari dalam maupun luar negeri.

Tapi ternyata, hukuman ini dinilai belum cukup efektif memberantas penyebaran narkoba di tanah air. Adalah mantan kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Budi Waseso (Buwas) yang menyebut bahwa pemerintah masih enggak serius menangani kasus narkoba. Pernyataan perang melawan narkoba, kata Buwas, masih berupa ujaran tanpa ada tindakan.

“Sampai hari ini Indonesia belum ada ketegasan, lip service aja” kata Buwas seperti dilansir Liputan6.com pada Kamis, 15 Maret.

Ketidaktegasan yang dimaksud Buwas adalah terkait belum adanya program-program dari pemerintah untuk meminimalisir kemungkinan penyebaran narkoba. Selain itu, kementerian atau instansi lainnya juga masih belum memiliki program pencegahan narkoba seperti yang dimiliki BNN. Bahkan di kurikulum sekolahpun, masih menurut Buwas, juga tidak memiliki materi kampanye anti narkoba.

“Dibilang perang, tapi pembantu-pembantu presiden juga acuh, ini masalah bangsa dan negara, bukan BNN dan polisi doang,” ujar Buwas.

Apalagi, Indonesia termasuk ke dalam target pasar terbaik untuk penyebaran narkoba di dunia. Bahkan kata Buwas, Indonesia menjadi laboratorium percobaan untuk kartel narkoba internasional.

“40% dari pasar dunia. Jadi percobaan,” ungkapnya.

Memang, meskipun sudah ada hukuman mati bagi para pengedar narkoba, namun peredaran narkoba masih banyak. Kita tahu, akhir-akhir ini saja, segelintir nama artis tak henti-hentinya mewarnai media pemberitaan karena terjaring masalah narkoba. Sekedar informasi, saat ini ada 43 sampai 45 orang meninggal dunia setiap harinya akibat narkoba.

Buwas pun memberi gambaran bagaimana sebenarnya, tingginya kedaruratan pemasalahan narkoba di Indonesia. Katanya, kekuatan jaringan narkoba tidak hanya ada di kota-kota besar, namun juga sudah masuk ke berbagai pelosok daerah di Indonesia. Laki-laki maupun wanita, orang dewasa ataupun anak-anak bisa menjadi sasaran empuk para pengedar narkoba.

“Beli teh ditaruh di plastik, dikasih ekstasi dalam jumlah kecil, besok-besok ketagihan, gak beli di warung lain, tapi di warung itu, dia addict, ini fakta bukan main-main,” ujar Buwas.

Share: Mantan Kepala BNN: Pembantu Presiden Masih Acuh Masalah Narkoba