Isu Terkini

Survei: 29,1 Persen Pengguna Tetap Pakai Ojol Meski Tarif Naik

Joko Panji Sasongko — Asumsi.co

featured image
ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/wsj

Hasil survei Polling Institute mencatat sebanyak 29,1 persen
pengguna ojek online (ojol) akan tetap memakai ojol sebagaimana biasanya, meski
tarifnya naik menyusul kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

Direktur Eksekutif Polling Institute Kennedy Muslim dalam
paparannya menjelaskan bahwa pilihan untuk tetap menggunakan ojol sebagaimana
biasanya itu jadi opsi utama, disusul oleh opsi untuk menggunakan sepeda motor
pribadi.

“Opsi untuk tetap menggunakan ojol sebagaimana biasanya
itu memang tertinggi, ada 29,1 persen. Ini menunjukkan bahwa betapa
tergantungnya masyarakat urban dengan transportasi ojek online,” katanya
seperti dilansir Antara.

Respons tertinggi kedua jika kenaikan tarif ojol
diberlakukan, lanjut Kennedy, adalah menggunakan sepeda motor pribadi sebanyak
26,6 persen diikuti tetap menggunakan ojol dan kombinasi motor sendiri sebesar
14 persen, menggunakan motor sendiri/angkutan umum 5,3 persen, atau menggunakan
angkutanumum 5,3 persen.

“Memang kita melihat mereka yang beralih ke angkutan
umum masih sangat kecil, rata-rata di bawah enam persen,” katanya.

Lebih lanjut, Kennedy mengemukakan kenaikan tarif ojol juga
mengancam mitra ojol itu sendiri. Misalnya, dengan kenaikan tarif sebesar
Rp2.000 per perjalanan, sekitar 25 persen pengguna mundur dan beralih ke moda
lain.

Adapun jika kenaikan tarif mencapai sekitar Rp4.000 per
perjalanan, maka kemungkinan ada sekitar 72 persen pengguna yang tidak akan
menggunakan ojol lagi.

Oleh karena itu, meski mayoritas mitra driver setuju/sangat
setuju dengan kenaikan tarif, namun demikian konsekuensi logis sebagai dampak
kenaikan tarif mendapat respons yang sangat bertolak belakang oleh mitra
driver.

“Mayoritas cenderung menitikberatkan pada volume order
yang tidak berkurang tanpa ada kenaikan tarif, 53,1 persen. Atau bahkan cukup
besar kalangan mitra yang lebih menginginkan tarif diturunkan agar order lebih
banyak, 21,1 persen,” katanya.

Kennedy menuturkan kenaikan harga BBM kemungkinan akan
menjadi faktor peredam pergeseran para pengguna ojol ke moda transportasi lain,
terutama kendaraan pribadi, akibat kenaikan tarif ojol.

Dengan kenaikan harga BBM pada kisaran yang kurang lebih
sama, sekitar Rp2.000/liter, sehingga harga per liter BBM subsidi menjadi
setara dengan harga rata-rata tarif minimum ojol.

“Ini akan menjadi pertimbangan serius bagi pengguna,
terutama kelompok-kelompok yang lebih cenderung tetap menggunakan ojol meski
mengalami kenaikan tarif (secara umum kelompok ini ada sekitar 29 persen),
yaitu kelompok perempuan, usia 31 tahun ke atas, pendapatan semakin tinggi, dan
terutama yang semakin intens dalam penggunaan ojol,” katanya.

Kennedy juga mengungkapkan jika diasumsikan pola preferensi
umum tersebut berlaku konstan terhadap pengguna yang cenderung beralih ke motor
pribadi, maka kenaikan harga BBM paling tidak akan mengurungkan niat sekitar
7-8 persen pengguna ojol yang akan beralih menggunakan motor pribadinya.

Survei Polling Institute bertajuk “Kenaikan Tarif Ojek
Online di Mata Pengguna dan Pengemudi” itu dilakukan dalam periode 16-24
Agustus 2022 lalu. Oleh karena survei dilakukan sebelum kenaikan tarif ojol,
maka survei diharapkan bisa memotret persepsi masyarakat sebelum kenaikan
tarif.

Populasi survei tersebut adalah warga yang berumur 17 tahun
atau lebih, atau sudah menikah dan merupakan pengguna ojek online yang pernah
bepergian minimal satu hari dalam seminggu terakhir (atau mitra driver) ojek
online berbasis aplikasi.

Dari populasi itu dipilih secara random (multistage random
sampling) dengan sample basis sebanyak 1.030 responden yang tersebar secara
proporsional di 31 kabupaten/kota, kemudian dilakukan oversample sebanyak 190
responden pada kelompok pengguna rutin ojek online, sehingga total sample yang
dianalisis sebanyak 1.220 responden.

Sementara margin of error dari ukuran sampel basis tersebut
sebesar +/- 3,1 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen (dengan asumsi simple
random sampling).

Sedangkan sampel mitra driver dipilih secara random
(multistage random sampling) sebanyak 810 responden dengan margin of error
sampel sekitar +/- 3,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen (dengan asumsi
simple random sampling).

Baca Juga

Share: Survei: 29,1 Persen Pengguna Tetap Pakai Ojol Meski Tarif Naik