Isu Terkini

Sampah Plastik di Perut Paus dan Upaya Kita Selamatkan Bumi

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Lima hari yang lalu, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengunggah sebuah video di akun Twitter pribadinya @susipudjiastuti terkait seekor penyu yang tersiksa karena sedotan plastik di hidungnya. Dalam video itu, tampak tim peneliti asal Texas berusaha menolong seekor penyu tersebut.

Terlihat jelas hidung penyu yang ditemukan di wilayah Costa Rica itu tersumbat sedotan plastik yang membuat pernapasannya terganggu. Setelah bersusah payah menarik dengan menggunakan tang, akhirnya sedotan plastik tersebut berhasil dikeluarkan. Tentu dengan darah yang mengucur deras dari hidung penyu.

Sampai hari ini, Selasa, 20 November 2018, cuitan yang diposting pada 15 November 2018 itu sudah 922.000 kali ditonton, 44.898 kali diretweet, 30.493 disukai, dan sebanyak 1885 akun yang ikut mengomentari. Betapa perhatian warganet terhadap keberlangsungan makhluk hidup memang sangat besar, terutama yang terdampak sampah plastik.

Stop penggunaan sedotan plastik. Menjadi sampah di laut dan menyakitkan kesayangan kita. ???????? pic.twitter.com/t2j6F8m5Yo— Susi Pudjiastuti (@susipudjiastuti) November 16, 2018

Sayangnya, baru-baru ini, Indonesia kembali dikejutkan dengan adanya bangkai paus yang terdampar di perairan Pulau Kapota, Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Mirinya, ternyata isi perut bangkai paus tersebut terdapat bermacam-macam sampah plastik.

“Taman Nasional Wakatobi SPTN Wilayah I Wangi-Wangi menerima laporan dari Staf WWF SESS adanya bangkai paus yang terdampar di perairan Pulau Kapota, Resort Wangi-Wangi,” kata Kepala Balai Taman Nasional Heri Santoso dalam keterangannya, Senin, 19 November 2018.

Heri menjelaskan bahwa personel SPTN (Seksi Pengelolaan Taman Nasional) Wilayah I bersama WWF SESS, tim dosen Akademi Komunitas Perikanan dan Kelautan (AKKP) Wakatobi, dan masyarakat sekitar, melakukan peninjauan lapangan pada 19 November 2018 sekitar pukul 08.00 WITA. Hasil peninjauan lapangan, jenis paus yang terdampar adalah paus sperma (Physeter macrocephalus) dengan ukuran panjang kurang-lebih 9,5 meter dan lebar kurang-lebih 4,37 meter. Paus itu dalam keadaan mati dan sudah mulai membusuk.

View this post on Instagram

A post shared by WWF-Indonesia (@wwf_id) on Nov 19, 2018 at 2:46pm PST

Setelah itu, tim langsung mengidentifikasi paus sperma tersebut. Hasilnya, terdapat banyak sampah plastik di perut paus yang sudah jadi bangkai tersebut. “Hasil identifikasi isi perut paus yang dilakukan di Kampus AKKP Wakatobi ditemukan sampah plastik,” ujar Heri.

Banyak Sampah Plastik di Perut Paus

Ternyata tak hanya banyak sampah plastik saja yang terdapat di dalam perut paus tersebut. Ada juga sampah sandal jepit yang terlihat. “Hasil identifikasi isi perut paus yang dilakukan di Kampus AKKP Wakatobi ditemukan sampah plastik dengan komposisi sampah gelas plastik 750 gr (115 buah), plastik keras 140 gr (19 buah), botol plastik 150 gr (4 buah), kantong plastik 260 gr (25 buah),” ucap Heri.

Selain itu, lanjut Heri, ada pula serpihan kayu 740 gr (6 potong), sandal jepit 270 gr (2 buah), karung nilon 200 gr (1 potong), tali rafia 3.260 gr (lebih dari 1.000 potong). Adapun total berat basah sampah yaitu 5,9 kg.

Rencananya, bangkai paus yang terdampar itu akan dikubur hari ini, Selasa, 20 November 2018, di sekitar pantai Kolowawa, Desa Kapota Utara, saat air pasang sehingga memudahkan dalam penarikan bangkai ke darat. Menurut Heri, tindakan penguburan ini dilakukan guna mendapatkan spesimen paus yang digunakan sebagai salah satu bahan pendidikan dan penelitian di kampus AKKP Wakatobi.

Cara Mengurangi Sampah Plastik

Bahan-bahan plastik yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari memang punya dampak yang berbahaya. Terlihat sepele memang, namun ada bumi dan seisinya seperti makhluk hidup yang harus dipertaruhkan hidupnya karena keberadaan sampah-sampah plastik yang memerlukan waktu lama untuk terurai tersebut.

Bayangkan saja, barang sekali pakai seperti botol, plastik kresek, dan sedotan plastik, ternyata berperan besar pada 40% pencemaran sampah plastik. Bahkan, setiap tahunnya, sekitar 8,8 juta ton plastik mengambang di lautan. Ini dapat mencemari air, berbahaya bagi kehidupan alam liar, serta memengaruhi kesehatan manusia.

Sebenarnya, manusia bisa mencegah beredar luasnya sampah plastik di bumi dengan melakukan aksi-aksi kecil dalam kehidupan sehari-hari. Apa saja hal-hal yang bisa kita lakukan untuk mengurangi sampah plastik dan dampak bahayanya?

Ganti sedotan plastik. Kebiasaan sehari-hari masyarakat kita yang masih sulit dihindari adalah menggunakan sedotan plastik setiap hari. Order es teh manis pakai sedotan plastik, order es kopi pakai sedotan plastik, beli junk food juga enggak lupa minta sedotan plastik. Memang sedotan plastik ini sulit dihindari.

Tapi, kebiasaan itu bisa diubah yakni dengan mengganti sedotan plastik dengan sedotan bambu atau baja. Ini tentu sangat praktis di mana kalian bisa membawa sedotan ramah lingkungan tersebut setiap bepergian ke tempat makan mana saja. Sedotan ini sudah banyak dijual.

Bawa botol minuman sendiri. Kebiasaan masyarakat lainnya yang masih sering terjadi adalah membeli minuman botol di warung. Padahal sebenarnya, kita bisa mengurangi sampai botol plastik jika kita mau selalu membawa botol minuman sendiri ketika bepergian.

Keberadaan botol minuman juga tentu sangat praktis. Hal ini dilakukan untuk menghindari agar tak lagi membeli minuman dalam botol atau gelas plastik.

Enggak cuma membawa botol sendiri saja, kalian juga perlu untuk membeli es krim dengan cone. Jadi, setiap membeli es krim, pilihlah dengan cone, dan jangan membeli es krim yang menggunakan gelas plastik.

Bawa tas sendiri. Setiap berbelanja di minimarket, petugas sering memberikan kantung plastik alias keresek untuk membungkus barang belanjaan, meski sudah banyak juga minimarket yang menyediakan tas non plastik. Terkait hal ini, disarankan bagi kalian yang berbelanja di minmarket ataupun pasar, untuk membawa tas belanja sendiri yang ukurannya lebih besar.

Tak hanya itu saja, kalian juga perlu membatas belanja online yang sampai saat ini tengah marak-maraknya terjadi. Ya berat sih memang, tapi setidaknya dengan mengurangi belanja online yang barang belanjaannya kerap dibungkus plastik atau kardus, maka bisa mengurangi sampah plastik.

Buang sampah pada tempatnya. Kalau bukan kita, siapa lagi? Setidaknya imbauan ini bisa kita terapkan ke kehidupan sehari-hari, terutama dalam untuk tak membuang sampah sembarangan. Mulailah dari diri kita sendiri lebih dulu, biar orang lain bisa mengikuti.

Jika kalian pergi berlibur ke pantai, gunung, atau tempat wisata lainnya, pastikan bahwa tak ada sampah plastik yang tertinggal di sana. Jika pun ada sampah plastik di pinggir pantai, maka segeralah ambil dan buang pada tempat semestinya.

Perlu diketahui bahwa sampah plastik yang mengapung di lautan dapat membahayakan kehidupan hewan di sana, ya tengok saja kejadian penyu dan paus seperti yang dijelaskan di atas. Selain itu, manfaatkan sampah plastik untuk didaur ulang, misalnya saja bekas botol minuman dan pot tanaman, bisa didaur ulang menjadi hiasan atau tempat menaruh barang-barang.

Share: Sampah Plastik di Perut Paus dan Upaya Kita Selamatkan Bumi