Isu Terkini

Penyakit Berdatangan Akibat Kebakaran Hutan dan Asap Tebal di Riau

Winda Chairunisyah Suryani — Asumsi.co

featured image

Pertengahan Februari ini ramai dikabarkan terjadi bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kabupaten Bengkalis, Riau. Anging kencang membuat karhutla itu terus meluas dan sulit dikendalikan, akibatnya cuaca pun makin panas. Kabut asap juga semakin tebal.

Setidaknya sejak satu minggu, atau tepatnya Rabu, 20 Februari 2019, kebakaran lahan gambut terjadi di Kelurahan Pergam. Kabut asap sangat tebal di lokasi kebakaran tersebut. Sebab, api yang ada di dalam gambut masih menyala. Komandan Regu III Manggala Agni Daops Dumai Hamdani mengaku bencana karhutla di Kelurahan Pergam kembali parah.

“Bertambah parah. Sebab, cuaca sangat panas dan angin kencang,” kata Hamdani.

Puluhan petugas gabungan dari Manggala Agni, kepolisian, damkar, dan masyarakat peduli api (MPA) di wilayah Kecamatan Rupat, bekerja sama untuk mematikan api, dengan menggunakan mesin pompa air. Sayangnya karena angin kencang, membuat api terus menjalar. Belum lagi gambut yang kering sangat mudah terbakar api.

“Karena angin kencang, api muncul lagi ke permukaan di beberapa titik. Sehingga kami terus berusaha mematikan api di permukaan dan di dalam gambut. Setelah itu dilakukan pendinginan,” kata Hamdani.

Perlu diketahui, luas lahan yang terbakar di Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis, Riau, sudah mencapai ribuan hektar. Pihak kepolisian mengaku telah melakukan penyelidikan. Meskipun belum mendapatkan kepastian, apakah ada indikasi lahan terbakar dengan sengaja atau tidak.

“Sejauh ini masih proses penyelidikan di beberapa titik kasus karhutla di Kecamatan Rupat. Lahan terbakar yang kami selidiki saat ini seluruhnya milik masyarakat. Yang dari pihak perusahaan belum ada terindikasi terbakar,” ujar Kapolsek Rupat AKP Masrial.

Imbas Asap Kebakaran, Masyarakat Alami Infeksi Pernapasan

Asap yang terus meluas sempat dikhawatirkan akan merambat ke negara tetangga, Malaysia. Namun, sebelum hal itu dikhawatirkan, tentunya pemerintah lebih dulu memperhatikan masyarakatnya yang terpapar asap dan mengalami infeksi pernapasan. Perlu diketahui, kabut asap paling parah kini menyelimuti kota Dumai dan Kabupaten Bengkalis.

Di Kota Dumai, sejumlah titik api memang ada yang bisa dipadamkan. Beda dengan kebakaran di Bengkalis, apinya kini masih membara dan terus menimbulkan asap pekat. Kondisi itu juga membuat asap mengepung ke dua wilayah dan menimbulkan penyakit bagi masyarakat sekitar.

Baca Juga: Pemprov DKI Tak Kunjung Jalankan Tugas, Kantor Damkar Gagal Dibangun

Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau, untuk Kota Dumai tercatat ada 2.199 terkena infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Untuk pneumonia ada 7 orang, asma 52 orang, iritasi mata 58 orang, dan iritasi kulit 28 orang. Pneumonia sendiri adalah penyakit infeksi yang menyerang paru, sehingga menyebabkan kantung udara di dalam paru meradang dan membengkak. Kondisi kesehatan ini sering kali disebut dengan paru-paru basah, sebab paru bisa saja dipenuhi dengan air atau cairan lendir.

“Data sementara ini, Kota Dumai paling banyak terpapar asap dari kebakaran lahan,” kata Kadis Kesehetan Riau Mimi Yuliani Nazir, Selasa, 26 Februari 2019.

Lebih lanjut dia menjelaskan, kondisi yang sama juga dirasakan masyarakat Kabupaten Bengkalis. Data saat ini, ada 247 warga terkena infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), asma 15, pneumonia 4, iritasi mata 24, dan iritasi kulit 13. Adapun di Kabupaten Rokan Hilir, ada 42 terkena ISPA, ada 4 orang terkena iritasi mata, dan iritasi kulit 16 orang. Oleh sebab itu, selama asap tebal masih melanda, masyarakat mau tak mau harus mengurangi aktivitasnya di luar rumah.

“Untuk wilayah yang kini terpapar asap, kami imbau mengurangi aktivitas di luar rumah. Kalau harus keluar rumah, sebaiknya menggunakan masker,” kata Mimi.

Anak Sekolah Menjadi Korban

Akibat asap yang terus mengganggu kesehatan, beberapa sekolah di Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau harus diliburkan. Rais, seorang Korwil Kecamatan Rupas Disdik Kabupaten Bengkalis mengungkapkan untuk Sekolah Dasar (SD) ada sepuluh yang terpaksa diliburkan, sedangkan untuk SMP ada tiga sekolah.

“Hari ini sepuluh sekolah terpaksa diliburkan lantaran kondisi kabut asap semakin parah. Untuk SD ada 10 sekolah yang diliburkan, sedangkan SMP 3 sekolah,” tutur Rais.

Rais bercerita, anak-anak yang datang ke sekolah akhirnya dipulangkan. Sebab seluruh sekolah telah diliburkan atas persetujuan dari pihak Disdik Kabupaten Bengkalis. Hal ini tentunya akibat asap yang dapat membahayakan kondisi kesehatan anak-anak.

“Tadi pagi anak-anak dipulangkan, dan itu sudah disetujui oleh dinas pendidikan kabupaten,” ujar Rais.

Pada anak, asap yang dapat menimbulkan penyakit pneumonia sangatlah berbahaya, bahkan dapat menyebabkan kematian. Seperti yang tertulis dalam laporan dari badan kesehatan dunia (WHO), yang menyebutkan bahwa penyakit pneumonia adalah penyebab 16% kematian balita di dunia pada tahun 2015. Sementara, di Indonesia sendiri, dilansir dari CNN, penyakit pneumonia menyebabkan 2-3 anak meninggal setiap jamnya.

Share: Penyakit Berdatangan Akibat Kebakaran Hutan dan Asap Tebal di Riau