Isu Terkini

John McCain dan Mimpi Kepemimpinan Global Amerika Serikat

Hafizh Mulia — Asumsi.co

featured image

John Sidney McCain, anggota Partai Republik sekaligus senator untuk Arizona semenjak tahun 1987, meninggal dunia Sabtu kemarin (25/8). Sebagai seorang Republikan sejati, ia selalu bernafas dalam patriotisme dan semangat membela nilai-nilai konservatif Amerika Serikat. Jiwa patriotismenya selalu diperlihatkan di tempatnya mengabdi, baik saat menjadi anggota Angkatan Udara dan ketika terjun dalam dunia politik Amerika Serikat. Berikut adalah beberapa peran signifikannya selama mengabdi pada negaranya:

John McCain, Seorang Patriot dan ‘Maverick

Darah kepahlawanan McCain sudah mengalir dalam keluarganya. Kakek dan ayahnya dulu juga menjadi tentara dan ini yang memotivasinya untuk mengikuti jejak mereka. Salah satu sejarah penting selama John McCain menjadi tentara adalah berperang di perang Vietnam untuk Amerika Serikat. Bahkan, McCain pernah ditawan Vietnam sebagai tawanan perang selama 7 tahun (1967-1973). Kala itu, ia tertangkap oleh Vietnam karena pesawatnya ditembak jatuh.

Pensiun dari angkatannya di tahun 1981, ia pun memutuskan untuk terjun ke dunia politik. Di tahun 1982, ia terpilih menjadi wakil rakyat di House of Representatives, setara dengan Dewan Perwakilan Rakyat di Indonesia. Tahun 1987, ia pun terpilih sebagai senator untuk wilayah Arizona. Sejak saat itu, ia selalu terpilih sebagai senator hingga meninggal dunia.

Selain memiliki jiwa patriotik dalam setiap hal yang ia lakukan, McCain juga mendapat istilah sebagai seseorang yang “Maverick” dalam karir politiknya. Alasannya, sebagai seorang Republikan, ia beberapa kali bertentangan dengan gagasan-gagasan yang dicetuskan oleh partainya. Salah satunya adalah ketika John McCain memilih untuk menolak penghapusan Obamacare, sesuatu yang amat digencarkan oleh Partai Republik.

Mimpinya Tentang Kepemimpinan Global Amerika Serikat

Selama karir politiknya, gagasan yang dibawa McCain selalu terkait dengan multilateralisme, intervensionisme ke negara lain, dan bagaimana Amerika Serikat menjadi pemimpin global. Hal ini salah satunya terlihat dari kedekatannya dengan berbagai negara aliansi Amerika Serikat. Sebagai seseorang yang menginginkan Amerika Serikat menjadi pemimpin global, kedekatan dengan seluruh aliansi Amerika Serikat di dunia merupakan sebuah kewajiban. Dengan begitu, kepemimpinan Amerika Serikat tidak diganggu gugat. Selain itu, intervensionisme yang ia percaya juga membuat ia menjadi seseorang yang pro-perang, terutama perang dengan negara yang kehadirannya dianggap mengancam kepemimpinan global Amerika Serikat dan aliansi.

Beberapa contoh dari intervensionisme tersebut antara lain suara McCain yang mendorong Amerika Serikat untuk berperang dengan Serbia, dukungan untuk mengintervensi Afghanistan hingga menjadi negara yang demokratis, dukungan untuk menginvasi Irak dan Libya, dukungan untuk ikut serta di perang sipil Suriah, dan dukungannya untuk membantu Arab Saudi ketika menyerang Yaman. Tak lupa, ia juga mengadvokasi dukungannya untuk berperang dengan Korea Utara secara militer.

Tentunya, tidak sedikit yang mengutuk kebijakan-kebijakan John McCain tersebut. Namun, jika dilihat dari kacamata seorang McCain, hal tersebut dilakukan bukanlah semata-mata karena ia ingin menghancurkan negara lain. Sebaliknya, kebijakan luar negeri tersebut dilakukan karena McCain percaya bahwa perang dan intervensi dapat menjaga kepentingan nasional Amerika Serikat dan aliansi. Alasan menjaga kepentingan nasional ini pun membuat intervensi terjustifikasi, terutama jika dipahami sebagai sebuah tindakan realpolitic.

Hubungan dengan Donald Trump

Salah satu yang menjadi kontroversial adalah hubungan McCain dengan Donald Trump. Dalam beberapa tahun terakhir, John McCain menjadi satu dari banyak anggota Partai Republik yang anti-Trump. Alasannya, banyak kebijakan-kebijakan yang Trump lakukan bertentangan dengan apa yang McCain percaya, meskipun berasal dari spektrum politik yang serupa.

Namun sebenarnya, hubungannya dengan Donald Trump jauh lebih kompleks dari itu. Pada tahun 1999, Donald Trump pernah menghina kemiliteran McCain, dengan mengatakan bahwa tertangkapnya McCain di Vietnam tidak seharusnya membuat ia menjadi seorang pahlawan perang.

“He was captured. Does being captured make you a hero? I don’t know. I’m not sure,” ujar Trump dalam wawancaranya dengan Dan Rather.

Di tahun 2015, ia mengulang lagi perkataan tersebut. Kali ini, nada Trump lebih keras. Ia benar-benar menyatakan bahwa McCain bukanlah seorang pahlawan perang.

“He’s not a war hero. He’s a war hero because he was captured. I like people who weren’t captured,” ujar Trump.

Dalam kasus lain, McCain juga bertentangan dengan Donald Trump dalam masalah menghapuskan Obamacare. Di kasus ini, sebagai seorang maverick, McCain menolak Obamacare dihapuskan. Padahal, selama Donald Trump berkampanye menjadi presiden Amerika Serikat, salah satu gagasan yang paling nyaring terdengar adalah tentang penghapusan Obamacare tersebut. Hal ini juga membuat McCain dan Trump tidak memiliki hubungan yang baik.

Share: John McCain dan Mimpi Kepemimpinan Global Amerika Serikat