Isu Terkini

WHO: Layanan Kesehatan Terdisrupsi, Angka Kematian Anak Dapat Meningkat Drastis

Permata Adinda — Asumsi.co

featured image

Kematian anak berusia di bawah lima tahun mencapai angka terendahnya pada 2019, yaitu dari 12,5 juta kematian pada 1990 menjadi 5,2 juta pada 2019. Namun, pandemi COVID-19 membuat layanan kesehatan terdisrupsi secara signifikan—mengancam kemajuan yang telah tercapai selama berdekade-dekade.

Selama lebih dari 30 tahun, layanan kesehatan untuk anak terus ditingkatkan dengan fokus pada vaksinasi, mencegah terjadinya kelahiran bayi dengan berat badan rendah, komplikasi saat melahirkan, sepsis neonatal (infeksi darah pada bayi berusia kurang dari 90 hari), pneumonia, diare, dan malaria.

Intervensi-intervensi kesehatan semacam ini berperan penting dalam mencegah terjadinya kematian anak-anak dan bayi. Perempuan yang ditangani oleh bidan yang terlatih sesuai standar internasional, misalnya, punya 16% risiko lebih rendah untuk kehilangan bayinya. Ia juga punya risiko 24% lebih rendah untuk melahirkan secara prematur.

Namun, semenjak pandemi COVID-19, disrupsi terhadap layanan kesehatan untuk anak dilaporkan di berbagai negara. Hasil survei UNICEF di 77 negara menemukan bahwa hampir 68% negara melaporkan disrupsi terhadap layanan pemeriksaan kesehatan dan imunisasi untuk anak-anak. Sebesar 63% negara juga melaporkan disrupsi terhadap layanan pemeriksaan kehamilan dan pascamelahirkan.

Laporan dari WHO juga menunjukkan bahwa 52% dari 105 negara di dunia mengalami disrupsi layanan kesehatan dalam mengobati anak yang sakit, dan 51% melaporkan disrupsi terhadap layanan perbaikan malnutrisi.

Direktur Eksekutif UNICEF, Henrietta Fore, mengatakan bahwa kemajuan terhadap layanan kesehatan anak selama ini semestinya tidak terhenti karena pandemi. “Ketika anak-anak tidak mendapatkan akses layanan kesehatan karena membludaknya pasien, ketika perempuan enggan untuk melahirkan di rumah sakit karena takut terinfeksi, mereka juga adalah korban dari COVID-19. Tanpa investasi segera untuk menghidupkan kembali sistem layanan kesehatan yang terdisrupsi, jutaan anak-anak di bawah usia lima tahun dapat meninggal,” ujarnya dalam rilis pers WHO.

Disrupsi layanan kesehatan ini disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu alasan yang paling banyak disampaikan adalah orang tua dari anak-anak enggan untuk datang ke rumah sakit karena khawatir akan terinfeksi COVID-19. Faktor lainnya termasuk dibatasinya akses layanan transportasi, ditutupnya layanan dan fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan yang terbatas karena stok APD untuk menangani pasien terbatas, dan ketidakmampuan untuk berobat ke rumah sakit karena masalah finansial akibat pandemi.

Negara-negara yang sistem layanan kesehatannya paling terdisrupsi mencakup Afghanistan, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Bolivia, Libya, Madagascar, Pakistan, Sudan, dan Yemen. Sebanyak 7 dari 9 negara tersebut telah memiliki angka kematian anak yang tinggi sebelum pandemi: angka kematian anak berusia di bawah lima tahun mencapai 50 kematian per 1.000 anak yang lahir pada 2019, 1 dari 17 anak meninggal sebelum usia 5 tahun di Afghanistan pada 2019, 1 dari 38 bayi meninggal di Kamerun pada 2019.

Secara keseluruhan, seorang bayi yang baru lahir meninggal dunia setiap 13 detik di seluruh dunia—meembuat bayi memiliki risiko paling besar untuk meninggal dunia. Hasil pemodelan dari Johns Hopkins University menunjukkan bahwa akan ada 6.000 tambahan anak yang meninggal dunia setiap harinya akibat dari COVID-19 yang mendisrupsi layanan kesehatan.

WHO menilai temuan ini menunjukkan perlunya tindakan segera untuk memulihkan sistem layanan kesehatan untuk anak—termasuk layanan persalinan dan perawatan sebelum dan sesudah melahhirkan. “Pandemi COVID-19 telah menempatkan kemajuan global dalam mengakhiri kematian anak dalam bahaya,” kata Direktur Global Kesehatan, Gizi, dan Kependudukan di Bank Dunia.

“Penting sekali untuk melindungi layanan kesehatan yang telah berperan signifikan dalam mengurangi angka kematian anak. Kami akan terus bekerja dengan pemerintah dan mitra untuk memperkuat sistem pelayanan kesehatan demi memastikan ibu dan anak-anak mendapatkan layanan yang mereka butuhkan.”

Share: WHO: Layanan Kesehatan Terdisrupsi, Angka Kematian Anak Dapat Meningkat Drastis