Isu Terkini

Warga Nigeria Melawan Brutalitas Polisi Lewat Media Sosial

Permata Adinda — Asumsi.co

featured image

Foto: Unsplash/Tobi Oshinnaike

Selama Oktober 2020, ribuan anak-anak muda di Nigeria melakukan aksi protes di jalan dengan tuntutan pembubaran tim SARS (Special Anti-robbery Squad) yang dituduh telah melakukan pembunuhan di luar proses hukum, pemerkosaan, dan penyiksaan terhadap warga sipil.

Meskipun ini bukanlah aksi protes pertama warga Nigeria terhadap kekerasan dan impunitas polisi, media sosial berkontribusi terhadap meluasnya dukungan dan liputan dari media-media internasional.

Setelah sebuah video yang menunjukkan SARS membunuh seseorang beredar luas secara daring, tagar #EndSARS menjadi trending—didukung pula oleh selebritas dan figur publik di Nigeria. Popularitas tagar ini di luar Nigeria juga didukung oleh pengguna-pengguna Twitter yang bersolidaritas menanggung pulsa internet sesama supaya tagar tidak turun dari trending.

Keramaian di media sosial ini juga memantik orang-orang untuk mengorganisir aksi protes mereka sendiri. Uloma Nwoke dan teman-temannya, misalnya, memutuskan untuk melakukan aksi protes di kota Lekki yang termasuk dalam wilayah komersial Ibu Kota Nigeria, Lagos. Membagikan poster berisikan waktu dan lokasi protes di berbagai platform media sosial, mereka terkejut ketika melihat hampir 1.000 orang datang turut serta dalam aksi protes pada 10 Oktober lalu.

“Banyak selebritas dan orang-orang berpengaruh datang,” ujar Nwoke, dikutip dari Aljazeera.

Ada pula pengacara HAM asal Pretoria, Afrika Selatan, Omolara Oriye, yang mengorganisir aksi protesnya melalui WhatsApp. “Saya mengontak Asosiasi Pelajar Nigeria di Pretoria yang mempertemukanku dengan mahasiswa-mahasiswa Nigeria. Kami kemudian bertemu di kedutaan Nigeria.”

Dukungan bahkan datang dari CEO Twitter, Jack Dorsey, yang mem-posting tautan donasi mendukung #EndSARS. “Berdonasi via #Bitcoin untuk mendukung #EndSARS,” kata Dorsey sembari mengutip (quote tweet) tautan dari Feminist Coalition, salah satu kelompok yang paling vokal mendukung aksi protes di Nigeria.

Selain untuk meningkatkan kesadaran tentang brutalitas polisi dan untuk mengoordinasi aksi protes di lapangan, pengorganisir aksi juga menggunakan tagar #EndSARS di media sosial untuk terhubung dengan para relawan, menerima donasi, dan melaporkan arus kas hasil donasi secara berkala. Ada pula informasi soal bantuan darurat dan cara-cara yang bisa dilakukan untuk menghindari pemadaman internet.

Sejumlah pengamat mengatakan bahwa media sosial berkontribusi untuk mendemokratisasi gerakan #EndSARS, memungkinkan pengguna media sosial untuk mengusulkan ide demonstrasi, membuka kanal donasi, hingga membuka bank makanan untuk memberi makan kepada para peserta aksi.

“Seluruh gerakan lahir, tumbuh, dan bertahan secara daring,” ujar Chioma Agwuegbo, pimpinan komunikasi organisasi Not Too Young to Run yang didedikasikan untuk mendorong lebih banyak anak muda berpartisipasi di politik. “Tidak ada pemimpin dalam gerakan ini, dan ini memperkuat suara orang-orang dan menutup semua jalan untuk berkompromi.”

Apalagi, pers nasional enggan untuk melaporkan berita tentang demonstrasi—mendapatkan arahan dari direksi media untuk tidak membuat konten yang “mempermalukan” pemerintah. Hal ini membuat para peserta aksi protes kecewa. “Menyakitkan bagi saya ketika orang-orang terbunuh di jalanan dan saluran berita hanya menayangkan acara memasak atau topik lain yang tidak relevan,” ujar Nwoke.

Oleh karena itu, informasi utama justru datang dari media sosial—termasuk video aparat keamanan menembak demonstran yang bersirkulasi di Instagram dan memicu kemarahan publik. Amnesty International pun ikut mengkonfirmasi bahwa aparat keamanan membunuh 12 demonstran di Lekki dan Alausa yang melakukan aksi secara damai.

“Pers Nigeria menolak untuk memberitakan isu ini, jadi kami terpaksa menjadi bergantung dengan media sosial untuk merekam informasi dan mengumpulkan bukti-bukti,” ujar Oriye.

“Saya pikir masa depan negara ini menjadi menarik. Di satu sisi, ada kemarahan terhadap negara. Tapi ada juga kesadaran bahwa jika kita bersatu dan merencanakan sesuatu, kita bisa melakukannya,” tambah Nwoke.

Share: Warga Nigeria Melawan Brutalitas Polisi Lewat Media Sosial