Isu Terkini

Viral #UninstallBukalapak dan Produk-produk Lainnya yang Diboikot Karena Politik

Winda Chairunisyah Suryani — Asumsi.co

featured image

Tagar #Uninstallbukalapak menjadi trending topic nomor satu di jagad raya Twitter, setidaknya hingga pukul 10.00 WIB tadi. Tagar ini digunakan untuk gerakan menghapus aplikasi Bukalapak. Awalnya, hal itu bermula ketika CEO layanan e-commerce Bukalapak, Achmad Zaky menyinggung soal anggaran pemerintah untuk riset dan pengembangan (research and development/R&D).

Zaky menyebut bahwa anggaran R&D industri 4.0 Indonesia sangat rendah ketimbang negara lain. Menurut Zaky hal ini akan menghambat semangat untuk mengembangkan industri 4.0. Ia pun membandingkan jumlah anggaran dari negara lainnya, dan menjadikan Indonesia berada posisi ke-43.

Di akhir tulisan, dia berucap, “mudah-mudahan presiden baru bisa naikin.” Sontak pernyataan itu mengundang perhatian pendukung calon presiden (capres) petanaha Joko Widodo (Jokowi). Zaki dianggap tidak memiliki data yang valid, dan juga dituduh sebagai orang yang tidak berterima kasih. Pasalnya, saat hari ulang tahun Bukapalak beberapa waktu lalu, Jokowi hadir untuk memberikan kata sambutannya.

Kini cuitan Zaky tersebut telah dihapus, dan untuk menanggapi reaksi nitizen ia kembali mengunggah cuitan. Ia mengklarifikasi, bahwa tujuan dari cuitannyatersebut hanya untuk menyampaikan fakta. Bahwa dalam 20-50 tahun ke depan, Indonesia perlu investasi dalam riset dan SDM kelas tinggi agar tidak kalah dibanding negara-negara lain.

Pria kelahiran Sragen, 24 Agustus 1986 itu kemudian minta maaf kepada pendukung Jokowi. Ia mengaku mengenal baik capres nomor urut 01 tersebut. Ia mengaku tak ada niat buruk dari tweet-nya yang telah terlanjut viral itu.

Ahmad Zaky dan Jokowi saat HUT Bukalapak. Sumber Foto: Biro Pers Setpres

“Buat pendukung pak Jokowi, mohon maaf jika ada yg kurang sesuai kata2 saya, jadi misperception. Saya kenal Pak Jokowi orang baik. Bahkan sudah saya anggap seperti Ayah sendiri (sama2 orang solo). Kemarin juga hadir di HUT kami. Tidak ada niat buruk tentunya dari tweet saya.”

Selain Bukalapak, Indonesia telah menyuarakan bentuk ketidaksukaan terhadap suatu produk karena perbedaan politik. Gerakan uninstal maupun boikot pun bukanlah yang pertama kali terjadi. Setidaknya ada beberapa produk lain yang juga mengalami nasib yang serupa.

Sari Roti Diboikot Setelah Aksi 212

Gerakan memboikot Sari Roti ini bermula ketika ada demo 212 di Jakarta pada 2017 lalu. Awalnya Sari Roti menuai pujian setelah tersebar beberapa foto yang menggambarkan adanya pembagian Sari Roti secara gratis untuk peserta demo. Namun kemudian situasi berbalik arah ketika pihak Sari Roti, yakni PT Nippon Indosari Corpindo Tbk membuat keterangan klarifikasi.

Melalui situs resmi sariroti.com di laman depan langsung terpampang klarifikasinya:

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dengan ini PT Nippon Indosari Corpindo Tbk. menyampaikan bahwa: Produk Sari Roti tersebut adalah produk yang dibeli oleh salah seorang Konsumen melalui salah satu Agen yang berlokasi di Jakarta.

Pihak Pembeli meminta agar produk tersebut dapat diantarkan ke area pintu masuk Monas dan dipasangkan tulisan “gratis” tanpa pengetahuan dan perijinan dari pihak PT Nippon Indosari Corpindo Tbk.

Demikian informasi ini kami sampaikan agar tidak terjadi kesalahpahaman diberbagai pihak. PT Nippon Indosari Corpindo Tbk. berkomitmen untuk selalu menjaga Nasionalisme, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika, serta tidak terlibat dalam semua aktivitas kegiatan politik.

Klarifikasi ini ternyata membuat jengah banyak kalangan bahkan mengancam akan memboikot produk Sari Roti. Pendukung atau simpatisan demo 212 merasa tersakiti dengan klarifikasi Sari Roti yang menyatakan kalau aksi roti gratis tidak dari perusahaan Sari Roti namun ada yang memborong roti lalu dibagikan gratis.

“Uninstall Traveloka” Sebagai Dukungan Kepada Anies Baswedan

Sepanjang, Selasa siang  pada 14 November 2017 tagar yang intinya mengajak warganet mencopot aplikasi Traveloka digaungkan. Ribuang pengguna Twitter yang memakai tagar #UnisntallTraveloka dalam kicauan mereka kebanyakan dari para pendukung Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Mereka bereaksi setelah berlangsungnya acara di Perayaan 90 Tahun Kolese Kanisius.

Pasalnya pada acara tersebut ada seorang pianis bernama Ananda Sukarlan yang melakukan walk out saat Gubernur Anies berpidato. Bos Traveloka, Derianto Kusuma, pun dituding warganet mendukung gerakan walkout tersebut dengan bentuk menyalami Ananda Sukarlan. Namun diketahui pula bahwa Derianto tidak hadir dalam acara tersebut.

”Kami bangga salah satu pendiri kami menerima penghargaan dari Alumni Kanisius. Akan tetapi beliau berhalangan hadir karena sedang melakukan perjalanan dinas,” ungkap Busyra, salah seorang dari pihak Traveloka dalam menanggapi tagar yang sedang viral.

Boikot Starbucks dan Ancaman Masuk Neraka

Di Twitter, kemunculan tagar ‘boikot Starbucks’ ini jadi perbincangan luas pada Jumat, 30 Juni 2017 lalu. Wakil Ketua Komite III DPD RI Fahira Idris dan PP Muhammadiyah  pun ikut mentautkan berita tentang seruan pemboikotan tersebut. Anwar Abbas dari Muhamadiyah mengatakan pemerintah harus menarik izin operasi Starbucks karena dukungan mereka terhadap LGBT tidak sesuai dengan ‘ideologi negara’.

“Jika Starbucks hanya berbisnis, tidak masalah. Tapi jangan membawa ideologi ke sini,” katanya seperti dikutip kantor berita Reuters.

Lebih dari itu, Ustaz Abdul Somad bahkan juga jadi perbincangan karena menyebut bahwa pembeli Starbucks nantinya akan masuk neraka. Hal itu dikatakan Abdul Somad dalam sebuah ceramah, yang rekaman videonya beredar luas.

“Nanti di akhirat nampak sumbangannya untuk LGBT. Ditanya malaikat ‘LGBT, kenapa kalian besar?’ ‘Karena ada sumbangan’. ‘Siapa yang menyumbang?’. ‘Itu yang di surga’ Eh tarik balik. Diobok-obok masuk neraka, gara-gara menyumbang ke Starbucks,” kata Abdul Somad.

Meskipun begitu, sikap Starbucks untuk merangkul kaum LGBT sebetulnya bukanlah hal yang baru. Pada tahun 2013, ketika pemegang saham mengeluh bahwa perusahaan kehilangan konsumen karena dukungan mereka pada LGBT, Schultz mengatakan bahwa pihaknya merangkul keberagaman.

“Jika Anda merasa Anda bisa mendapat keuntungan lebih dari 38% dari apa yang Anda dapat tahun lalu, ini adalah negara bebas. Anda dapat menjual saham Anda di Starbucks dan membeli saham di perusahaan lain,” katanya seperti dikutip oleh Forbes.

Namun menanggapi viral yang baru muncul di Tanah Air, PT Sari Coffee Indonesia, yang memegang lisensi Starbucks, menyatakan pihaknya akan selalu mematuhi peraturan yang berlaku dan menghargai nilai-nilai budaya di Indonesia.

“Kami juga menghargai latar belakang religius para pelanggan dan karyawan kami,” kata Fetty Kwartati, seorang direktur di PT MAP Boga Adiperkasa Tbk, perusahaan induk Sari Coffee Indonesia.

Hingga akhirnya percakapan tentang pemboikotan Starbucks di Twitter sudah agak meredup sejak Senin, 3 Juli 017.

Share: Viral #UninstallBukalapak dan Produk-produk Lainnya yang Diboikot Karena Politik