Isu Terkini

Vina, Pegawai PLN Asal Semarang yang Jadi Korban Tsunami Anyer

Fariz Fardianto — Asumsi.co

featured image

Duka mendalam masih menyelimuti rumah bernomor 25 tersebut. Berada di ujung Gang Mahesa Utara IV, Pedurungan Tengah, Semarang, Jawa Tengah, sejumlah karangan bunga masih terpasang di halaman rumah bercat cokelat.

Sorang wanita paruh baya menyapa Asumsi.co yang masuk ke dalam rumah. Mirita Dyah Cipawati, nama wanita itu mempersilahkan masuk ruang tamu.

Raut sedih terlihat dari rona wajahnya. Sebab, Avina Junita Fitri, putri kesayangannya telah berpulang. Vina, sapaan intim putrinya menjadi korban keganasan gelombang tsunami yang menerjang garis pantai Selat Sunda.

“Iya, Mas. Ini rumahnya Vina,” kata Mirita sembari mempersilahkan Asumsi.co masuk rumah, Selasa, 25 Desember 2018.

Adik almarhumah, Hestina Junita Tsani, tak menyangka kakanya menjadi korban bencana tsunami di Selat Sunda. Saat kejadian, sang kakak kebetulan ikut gathering bareng kantornya di Tanjung Lesung Resort, Carita, Banten.

Kakaknya hampir tiga tahun bekerja di PLN Transmisi Jawa Bagian Barat. Sebuah jabatan pun telah diembannya. Terakhir almarhumah menjabat sebagai Junior Accounting.

Kebanggaan Keluarga

Sebagai anak pertama yang bekerja di BUMN, tentu almarhumah menjadi kebanggaan keluarganya. Kantornya berada di PLN Transmisi Jawa Bagian Barat, Cinere Gandul, Depok Jabar. Dengan intensitas kesibukannya selama ini, Hesti bercerita bila almarhumah rutin pulang ke rumah saban empat bulan sekali.

“Sebelum kejadian tsunami, kakak sempat pulang seminggu lalu. Pas itu dia dapat tugas menghadiri acara di kantor transmisi PLN di Ungaran. Tapi kelihatannya saat itu sikapnya agak-agak aneh,” akunya.

Ia mengatakan almarhumah berulang kali meminta ibundanya mengantarnya ke Ungaran pulang pergi. Permintaan itu pun dituruti ibundanya.

“Tumben-tumbenan dia itu pengen dianter sama ibu. Pokoknya hawanya minta dianter ibu bolak balik dari Ungaran ke Pedurungan juga minta dijemput. Tapi pas hari terakhir dia tugas di Ungaran, akhirnya mau pas aku jemput,” tuturnya.

Diakuinya bahwa almarhumah bertugas di Ungaran selama empat hari. Setelahnya almarhumah balik ke Jakarta karena ikut ujian semesteran di kampus Perbanas Jakarta. “Tapi sempat pulang rumah lagi karena ada kondangan di Banyumanik. Sampai akhirnya berangkat ke Tanjung Lesung buat menghadiri acara sama PLN,” ungkap perempuan 24 tahun ini.

Sedang Nonton Seventeen

Saat tsunami muncul, katanya almarhumah kebetulan sedang berada tepat di depan panggung pertunjukan musik yang diisi grup band pop asal Yogyakarta, Seventeen.

Informasi itu didapatnya dari rekan almarhumah yang berada di tempat yang sama. “Ketika saya sedang main keluar rumah, saya iseng-iseng buka instagram story salah satu temannya. Waktu itu di ngepost pas Mbak Vina kelihatan maju ke depan panggung nonton Seventeen,”.

“Nah, saat saya tanyain lagi, temannya bilang kalau Mbak Vina hapenya enggak bisa dihubungi. Dapat kabar lagi, Mbak Vina kena tsunami dan belum ditemuin. Kabar itu sampai ke saya Sabtu malam,” katanya.

Mendapati kabar buruk menimpa kakaknya, ia pun bertolak ke Jakarta. Minggu pagi ia dapat kabar jika almarhumah ditemukan dan sudah diidentifikasi. Ia syok dapat kabar itu. Pasalnya, sebelum kejadian almarhumah sempat meminta doa karena sebentar lagi akan naik jabatan.

“Hes doain ya Januari besok aku mau naik jabatan. Katanya sih mau jadi Supervisor PLN Transmisi Bagian Barat,” ujarnya sembari menirukan permintaan kakaknya tersebut.

Keinginan lain yang gagal dipenuhi almarhumah ialah berangan-angan membeli rumah sendiri. Almarhumah juga bercita-cita membangun kijing bagi kuburan ayahandanya.

Namun, nasib berkata lain. Vina yang lahir pada 1 April 1993 silam menemui ajalnya di tepi pantai Tanjung Lesung. Impiannya menuntaskan kuliah S1 di Perbanas Kuningan, akhirnya kandas.

Dikenal Sebagai Karyawan Terbaik

Soal proses kuliahnya di Perbanas, Hesti menilai sosok almarhumah yang cerdas. Almarhumah kerap meraih predikat sebagai karyawan terbaik dan kerap bertugas ke luar kota.

“Pas kejadian, sebetulnya semua pegawai PLN diajak. Tapi terserah mau ikut atau tidak. Dari kantornya, ada tiga orang yang berangkat. Dua temannya selamat, namun dia ditemukan meninggal. Malahan sempat dicari di laut tapi enggak ketemu. Ketemunya Sabtu malam dalam kondisi bibir membiru, badannya penuh lumpur dan rumput,” bebernya.

Anak pasangan Mirita Dyah Cipawati dan almarhum Junaedi Rahardyo itu meninggalkan dunia fana selama-lamanya.

Satu impiannya paling mendalam yakni membangun rumah tangga agar dapar pindah kerja ke Ungaran, tak pernah kesampaian.

Jenazah Vina telah dimakamkan ke TPU Bergota pukul 10:30 siang kemarin. Hesti bilang pusara kakaknya berada tepat di samping ayahandanya. “Makamnya sampingnya ayah. Karena dia memang dekat banget dengan ayah. Sebenarnya liang lahat itu sudah dibelinya buat ibu jika kelak meninggal. Ternyata takdir berkata lain,” urainya.

Pemulangan jenazah kakaknya cukup menguras energinya. Hesti harus mengawal pemulangan jenazah kakaknya dari RS Fatmawati Jakarta Selatan sampai ke rumah menggunakan ambulans. Jarak tempuhnya hampir 10 jam.

“Pemberangkatan jenazah iring-iringan dengan rombongan asal Boyolali dan Solo. Sampai rumah langsung dimakamkan,” cetusnya.

Share: Vina, Pegawai PLN Asal Semarang yang Jadi Korban Tsunami Anyer