Isu Terkini

Victoria’s Secret: Rahasia Itu Bernama Misogini

Permata Adinda — Asumsi.co

featured image

Beberapa tahun lalu, “thigh gap” atau paha bercelah sempat jadi tren kecantikan yang diidamkan banyak perempuan. Agar dianggap ideal, paha perempuan mesti cukup kurus hingga keduanya tidak bersentuhan. Tren ini pertama kali dipopulerkan oleh Victoria’s Secret Fashion Show pada Desember 2012. Saat itu, model-model dengan ukuran paha yang kurus mendapat sorotan, dan media dengan cepat mempopulerkannya sebagai sumber inspirasi.

Sejak itu, muncullah buku, artikel, dan video yang mendorong perempuan untuk punya thigh gap. Buku The Thigh Gap Hack karya Camille Hugh, misalnya, menuliskan kiat-kiat untuk memperolehnya. Ada pula artikel yang terang-terangan menyebut thigh gap pada perempuan akan menarik perhatian laki-laki. Model-model perempuan yang punya thigh gap dianggap sebagai panutan, sementara model yang tidak mencapai standar tersebut dicaci-maki dengan sebutan “babi”, “terlalu gemuk”, dan lainnya.

Padahal, “thigh gap” bukan hanya nyaris mustahil diraih, tetapi juga jadi satu dari sekian tren berbahaya yang membuat perempuan punya obsesi berlebihan terhadap “tubuh ideal,” tidak pernah merasa cukup kurus, dan berpotensi membuat perempuan mengalami gangguan makan (eating disorder).

Walaupun tren tersebut telah surut dan semakin banyak orang yang menyadari pentingnya menerima bentuk tubuh apa adanya, Victoria’s Secret, brand lingerie dan produk kecantikan terbesar di Amerika Serikat, diam-diam tetap saja mempromosikan thigh gap. Situs resminya memamerkan model-model dengan bentuk tubuh yang sama: perempuan bertubuh kurus, punya thigh gap, dan berpose seksi.

Representasi perempuan dalam Victoria’s Secret berbeda 180 derajat dengan brand pakaian dalam Aerie, misalnya, yang menampilkan model-model dengan bentuk tubuh beragam dan lebih sesuai dengan kenyataan—dengan selulit, bekas luka, dan rambut di ketiak.

Ketika New York Times melaporkan tuduhan pelecehan seksual oleh jajaran eksekutif Victoria’s Secret kepada para model dan anggota staf, banyak orang yang tidak kaget. “Investigasi New York Times menduga jajaran senior eksekutif Victoria’s Secret membicarakan perempuan secara merendahkan—tetapi perempuan memang selalu diperlakukan sebagai komoditas [di perusahaan itu],” kata Hadley Freeman dalam The Guardian.

Laporan yang terbit pada 1 Februari 2020 ini menyorot perilaku Ed Razek, mantan Chief Marketing Officer Victoria’s Secret, yang telah berkali-kali dikomplain karena mencoba mencium model, meminta mereka untuk duduk di pangkuannya, dan menyentuh selangkangan salah satu dari mereka sebelum perhelatan fashion show 2018.

Salah satu mantan model Victoria’s Secret, Andi Muise, mengungkapkan bahwa Razek pernah mengundangnya untuk makan malam berdua, mengiriminya pesan-pesan intim, hingga mengajaknya untuk tinggal serumah. Suatu kali, Razek memintanya untuk datang ke rumahnya untuk makan malam bersama. Muise yang merasa tidak nyaman menolak ajakan tersebut. Setelah penolakan itu, Muise tidak lagi dipilih untuk tampil dalam peragaan busana 2008, meski telah tampil selama empat tahun berturut-turut.

Ed Razek adalah orang penting Victoria’s Secret. Ia bergabung sejak tahun 1983, punya kuasa tertinggi dalam meng-casting model-model, dan bertanggung jawab terhadap fashion show tahunannya. Razek dikatakan begitu dekat dengan pemilik Victoria’s Secret, Leslie Wexner, hingga karyawan-karyawan Victoria’s Secret menganggap dirinya tak terkalahkan.

Model lain, Alyssa Miller, mendeskripsikan Ed Razek sebagai wajah dari maskulinitas beracun. Miller merangkum perilakunya sebagai: “aku adalah pemegang kuasa. Aku bisa menciptakanmu atau menghancurkanmu.”

Ed Razek pun pernah mengungkapkan keengganannya untuk meng-casting model transgender dan model plus-size. “Menurutku tidak perlu. Kenapa? Pertunjukan ini adalah fantasi, 42 menit hiburan istimewa,” kata Razek dalam wawancara dengan Vogue.com pada 2018.

Razek bilang Victoria’s Secret telah mencoba untuk membuat program khusus untuk plus-size pada 2000. Namun, menurutnya, “Tak ada orang yang tertarik, sekarang pun masih tidak,” katanya.

Pernyataan Ed Razek mengundang banyak protes, sekaligus mengonfirmasi studi yang menunjukkan bahwa Victoria’s Secret tidak pernah berubah. Brand ini selalu merekrut model-model bertubuh kurus. Bahkan, semakin ke sini, standar tubuh model Victoria’s Secret menjadi semakin kecil—dari lingkar pinggang rata-rata sebesar 62,7 cm pada 1995, menjadi sekitar 59,9 cm pada 2018. Padahal, ukuran tubuh rata-rata perempuan Amerika Serikat terus meningkat. Model Victoria’s Secret pun rata-rata mengenakan pakaian berukuran 3,7—ketika kebanyakan perempuan Amerika Serikat mengenakan ukuran 16.

Model-model Victoria’s Secret juga dilaporkan mesti melakukan program diet yang tak manusiawi demi mencapai ukuran tubuh “ideal” versi Victoria’s Secret. Model Robyn Lawley menyebut program tersebut sebagai “kamp kelaparan”. Model Adriana Lima mengaku tidak lagi mengonsumsi makanan padat sembilan hari sebelum fashion show. Bahkan, ada pula model yang tidak mengonsumsi apa-apa lagi, termasuk cairan. “Dehidrasi adalah masalah besar,” kata salah satu editor fashion kepada The Guardian.

Pernyataan Razek saat itu semakin memojokkan reputasi Victoria’s Secret. Nilai saham Victoria’s Secret sedang menurun drastis saat itu, puluhan tokonya di Amerika Serikat dikabarkan akan gulung tikar, dan Razek hanya memperburuk kondisi perusahaan. Protes keras dari publik membuatnya meminta maaf di media sosial. Ia pun memutuskan untuk mengundurkan diri. Tak lama kemudian, Victoria’s Secret juga merekrut model transgender dan plus-size pertamanya, Valentina Sampaio dan Ali Tate.

Namun, terlepas dari pemberitaan-pemberitaan yang memuji Victoria’s Secret dan menganggapnya sedang melakukan terobosan, model plus-size Ali Tate tidak benar-benar direkrut oleh Victoria’s Secret. Perusahaan ini bekerja sama dengan perusahaan lingerie asal UK, Bluebella, yang memang terkenal karena inklusivitasnya. Kontrak Ali Tate berada di bawah Bluebella, bukan Victoria’s Secret.

Dengan munculnya brand-brand pakaian dalam lain yang mengutamakan keragaman tipe tubuh seperti Aerie dan Savage X Fenty, langkah Victoria’s Secret dinilai reaksioner alih-alih revolusioner. “Jika brand ini dikritik karena hanya merepresentasikan satu tipe tubuh perempuan sejak dulu, kenapa baru sekarang menampilkan model plus-size, beberapa minggu setelah berlangsungnya fashion show Savage X Fenty?” kata Amanda Krause dalam artikelnya di Insider.com.

Tak hanya Ed Razek, Victoria’s Secret juga dikelilingi dan dipimpin oleh orang-orang bermasalah lain. Fotografer andalan Victoria’s Secret, Russell James, kerap meminta model-model Victoria’s Secret untuk berpose telanjang. Mereka tidak dibayar untuk pekerjaan itu, dan beberapa model menuduh James telah mempublikasikan foto-foto tersebut tanpa persetujuan mereka. Pengelola harta Leslie Wexner, Jeffrey Epstein, diketahui kerap mengaku sebagai agen Victoria’s Secret, mengundang para model baru untuk mengikuti audisi palsu, dan melakukan kekerasan seksual kepada mereka. Leslie Wexner sendiri sering dikatakan gemar merendahkan perempuan.

Dengan proses casting yang diskriminatif, pelatihan atau program diet yang membahayakan kesehatan fisik dan psikis mereka, hingga kondisi kerja yang membuat mereka rentan dilecehkan, Victoria’s Secret dan produk-produknya bukan hadir untuk menjawab kebutuhan perempuan, tetapi memenuhi hasrat seksual laki-laki.

Audiens-audiens mereka pun ikut berada dalam bahaya. Studi “Victoria’s Dirty Secret: How Sociocultural Norms Influence Adolescent Girls and Women” (2008) menyatakan bahwa Victoria’s Secret membuat perempuan selalu merasa kurang. Perempuan menentukan nilai diri mereka dari penampilan fisik, sementara laki-laki mendapat sinyal hijau untuk mengobjektifikasi perempuan. “Apa yang dikatakan Ed Razek kepada transpuan dan perempuan gemuk memang kejam, tetapi perusahaan ini selalu kejam kepada semua perempuan,” Hadley Freeman dalam The Guardian mengutarakan hal serupa.

Sementara itu, Ed Razek menyanggah tuduhan-tuduhan yang disampaikan kepada dirinya. “Tuduhan-tuduhan di laporan ini tidak benar, disalahartikan, atau  diambil di luar konteks,” kata Razek. Menurutnya, ia selalu berkomitmen untuk menghargai satu sama lain, dan hal ini dibuktikan dari rekam kerjanya dengan model kelas dunia yang jumlahnya tak terhitung. Namun, tidakkah Razek sadar pernyataannya mirip predator-predator seksual kelas internasional seperti Harvey Weinstein di Hollywood dan Roger Ailes di Fox News?

Share: Victoria’s Secret: Rahasia Itu Bernama Misogini