Isu Terkini

Usai Rumah Mewah, Kini Muncul Fenomena Orang Kaya Obral Vila

Ray Muhammad — Asumsi.co

featured image
Foto: Lamudi

Bila sebelumnya muncul fenomena orang kaya yang menjual, bahkan mengobral rumah yang ada di kawasan emas di Jakarta seperti Menteng, Pondok Indah, Kemang, hingga Kelapa Gading kini konglomerat menjual vila di kawasan Puncak, Bogor hingga Bandung, Jawa Barat.

Fenomena baru ini mencuri perhatian publik karena disinyalir pandemi Covid-19 yang tak berkesudahan hingga membuat lesu pariwisata Tanah Air, semakin bikin para konglomerat cekak dan memutuskan untuk menjual aset mereka, yakni vila yang selama ini menjadi salah satu sumber pemasukan keuangan mereka.

Di bawah Rp1 miliar

Vila-vila yang dijual murah ini ditawarkan para pemiliknya di situs jual-beli properti dengan harga di bawah Rp1 miliar, seperti yang muncul di situs Lamudi. Vila dengan luas bangunan 55 meter persegi yang terletak di Bogor Tengah, Baranangsiang, dijual dengan harga Rp800 juta. 

Vila yang berdiri di atas lahan seluas 84 meter persegi ini memiliki tiga kamar tidur, dua kamar mandi, lahan parkir dan taman bermain anak dengan jaminan keamanan 24 jam.

“Hunian dengan konsep villa di tengah Kota Bogor,” demikian disampaikan penawaran pihak penjual vila tersebut.

Ada juga vila di kawasan Indo Alam Puncak Cipanas, Jawa Barat yang menawarkan vila seharga Rp850 juta dengan spesifikasi  luas tanah 675 meter persegi, lebar depannya seluas 21,5 meter persegi, lebar belakang memiliki luas 22.50 meter persegi, dan panjang 30 meter persegi.

“DIJUAL CEPAT. Villa INDO ALAM PUNCAK CIPANAS: 8 kamar tidur, 3 kamar mandi, dua lantai, listrik 5.500 watt, semi furnish, SHM (sertifikat hak milik). Rp850 juta,” jelas pihak penjual.

Bahkan ada vila lainnya yang ada di kawasan yang sama, menawarkan vila dengan harga yang lebih murah, yaitu seharga Rp395 juta dan itu pun masih bisa ditawar harganya. “Dijual Murah Villa Indo AlamC Jl Raya Cipanas, Puncak Jawa Barat. Tinggal bawa koper Rp. 395 juta/nego,” demikian disampaikan penjual. 

Vila yang ditawarkan ini, memiliki luas tanah 265 meter persegi, luas bangunan 180 meter persegi, dilengkapi empat kamar tidur, tiga kamar mandi, listrik 2.200 watt, dan full furnish.

Sementara itu di Bandung, ada Villa Istana Bunga Parongpong yang terletak di kawasan Lembang Cibodas, Bandung, Jawa Barat dijual dengan harga Rp775 juta. 

Vila ini memiliki luas bangunan 80 meter persegi, luas tanah 116 meter persegi, serta lahan parkir. Besar tegangan listriknya 1.300 watt dan memiliki dua kamar tidur serta satu kamar mandi. 

“Rumah Villa Istana Bunga Parongpong Berada di istana bunga Parongpong, view villa alam indah ,sejuk ,nyaman. Dilengkapi dengan full furnish,” kata penjualnya di situs rumah.com. 

Terbebani biaya perawatan

Pengamat properti dan Senior Associate Director Capital Markets Colliers International Indonesia, Aldi Garibaldi menilai ramainya orang kaya dan konglomerat yang menjual vila mereka karena terbebani biaya perawatan yang tak diimbangi dengan pemasukannya.

Menurutnya, ini bukanlah fenomena baru yang terjadi di masa pandemi COVID-19, melainkan aktivitas jual-beli properti yang sudah lama berlangsung namun baru menjadi sorotan karena relevan dengan situasi saat ini.

“Ini kan, second home yang jadi masalahnya adalah biaya maintance dan mereka enggak sering juga pakainya. Kebanyakan pola liburan sekarang juga sudah beda, bukan lagi ke Puncak terus nginep ramai-ramai di vila. Tren seperti itu kayaknya cuma sampai akhir 2005. Ini tentu bikin pemasukannya jadi minim,” jelas Aldi kepada Asumsi.co melalui sambungan telepon, Selasa (24/8/21).

Ia menambahkan, tren liburan masyarakat yang saat ini ingin lebih ringkas dan tidak lagi beristirahat di vila sebagai tujuannya melainkan memperbanyak aktivitas di luar ruangan untuk kebutuhan konten medsos, memperkuat era liburan di vial sudah berakhir.

“Tren sekarang itu orang kan, liburannya kepingin lebih ringkes. Menginap di hotel murah, tapi cari pengalaman di luar ruangannya yang mahal. Saya juga mendengar sebenarnya pelaku alias pemilik vila ini, sekarang juga sudah tidak bisa menikmati bisnis ini lagi,” terangnya.

Meski demikian, ia menyebut orang yang membeli vila mewah tetap ada. Namun, tentu saat ini untuk membeli vila sebagai bagian dari investasi tentu perlu ekstra hati-hati.

“Kalau bicara, memangnya masih ada yang cari properti di Puncak atau vila mewah gini? Masih ada cuma lebih tricky situasinya. Tantangannya juga sekarang muncul developer baru yang menawarkan rumah seperti vila dengan harga yang lebih murah,” ujarnya.

Kehabisan dana

Konsultan keuangan dari Tatadana Consulting Tejasari Asad pun angkat bicara terkait fenomena ini. Menurutnya, banyak orang kaya yang jual vila menunjukkan kalau mereka semakin kehabisan dana cair untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

“Memang perilaku ini menunjukkan kalau bayak orang kaya ini yang dana liquid-nya sudah habis. Dana liquid ini kan, diperlukan untuk membiayai kebutuhan hidup. Awal-awal ter-cover tapi lama kelamaan habis juga,” katanya saat dihubungi terpisah.

Bukan cuma untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarga, dana cair di masa pandemi ini juga dibutuhkan para konglomerat untuk menutupi biaya bisnis yang tetap harus berjalan, meski operasionalnya tidak maksimal.

“Bisnis mereka banyak yang enggak jalan maksimal atau bahkan enggak jalan sama sekali. Akhirnya uang simpanan mereka ini habis karena kebutuhan jalan terus,” ucapnya.

Tejasari mengatakan pilihan mereka menjual aset supaya memiliki uang tunai untuk membuayai kebutuhan hidup merupakan pilihan yang sebenarnya sulit untuk diambil oleh mereka.

“Ini kan, karena satu persatu asetnya habis. Setelah misalnya sudah jual rumah mewah, apalagi yang bisa dijual supaya punya cash? Akhirnya jual vila ini. Tentu pasti ada pertimbangan kayak wah asetnya jadi hilang satu tapi kalau dipertahankan bisa bikin bengkak keuangan juga karena mesti ada biaya perawatannya,” tuturnya.

Ia menilai investasi dengan membeli vila di masa pandemi proyeksi keuntungannya kurang menjanjikan. Namun bila memiliki uang yang banyak, boleh saja asalkan bijak mengeluarkan uang untuk membeli vilanya.

“Katakanlah punya Rp10 miliar, nah kalau di masa normal silakan saja Rp8 miliar buat investasi properti dan sisanya biarkan jadi dana cair yang suatu saat bisa dialokasikan buat investasi lain. Cuma masa pandemi ini, sebaiknya 50:50. 50 persennya saja dari jumlah uang tadi yang digunakan buat properti karena arahnya kan, bisa saja buat dijual lagi,” tandasnya.

Share: Usai Rumah Mewah, Kini Muncul Fenomena Orang Kaya Obral Vila