Isu Terkini

The Unmentioned Heroes: Rasa Bangga Dari Balik Kostum Maskot Asian Games 2018

Dinda Sekar Paramitha — Asumsi.co

featured image

Setelah secara resmi ditutup melalui closing ceremony yang diselenggarakan pada 2 September 2018 kemarin, pihak panitia Asian Games 2018 juga berpamitan melalui sebuah video berdurasi satu menit yang tersebar di media sosial. Sama seperti berita-berita Asian Games 2018 kebanyakan, video ini viral dan ramai dibahas banyak orang. Bahkan banyak orang yang merasa sedih melihatnya. Apalagi dalam video tersebut diperlihatkan bagaimana tiga maskot Asian Games 2018, Bhin-bhin, Atung, dan Kaka, berpamitan ke seluruh warga Indonesia dan penonton setia Asian Games 2018.

Belum merasa puas dengan gegap gempita Asian Games 2018 dan belum siap berpisah dengan ketiga maskot tersebut, akhirnya Asumsi.co berbincang dengan Roy sebagai Head of Event dari Funtastico, sebuah event organizer berbasis di Jakarta, yang ikut memeriahkan perhelatan olahraga terbesar di Asia ini. Dalam ceritanya, Ce Roy, sapaan akrabnya, mengatakan bahwa ia ‘menurunkan’ 27 orang untuk mengisi kostum Bhin-bhin, Atung, dan Kaka secara bergantian.

Pemilihan ini juga tidak dilakukan dengan sembarangan. Kriteria tinggi badan dan keahlian menari dibutuhkan untuk menampilkan ketiga maskot yang tidak mudah dilupakan banyak orang ini. Dari 27 orang tersebut, Asumsi.co juga sempat ngobrol dengan tiga penampil kostum-kostum ini ketika acara pembukaan dan penutupan Asian Games 2018. Mereka adalah Marta Adi Chandra (Marta) yang mengisi kostum Bhin-bhin, Amos Imanuel Putra Matindas (Amos) yang menjadi Atung, dan Ari Kurniawan (Ari) ang tampil dengan kostum Kaka.

Dari wawancara yang dilakukan pada Senin, 10 September 2018 kemarin, diketahui bahwa mereka melakukan persiapan yang matang dan cukup memakan waktu. Namun, menjadi bagian dari acara pembukaan dan penutupan Asian Games 2018 telah memberikan suatu pengalaman yang akan selalu mereka ingat seumur hidup.

View this post on Instagram

A post shared by Funtastico Event Organizer (@funtasticoevent) on Sep 3, 2018 at 6:46am PDT

Pendalaman Karakter, Awal Dari Suksesnya Penampilan

Kriteria tinggi badan, sudah dipenuhi Marta, Amos, dan Ari. Lincah menari juga dapat mereka lakukan dengan mudah. Ce Roy pun yakin kalau mereka dapat menampilkan penampilan terbaik di acara pembukaan dan penutupan Asian Games 2018.

Meski begitu, mereka juga tetap melakukan persiapan khusus untuk mendalami karakter dari masing-masing maskot Asian Games 2018. Dilakukan dua bulan sebelum ajang olahraga ini dimulai, pendalaman karakter ini meliputi cara jalan, penghafalan nama, dan juga arti dari tiap maskot. Lebih lagi, tiap karakter menyimpan arti yang sarat dengan nilai esensial budaya Indonesia. Makanya persiapan matang adalah sebuag keharusan.

Baca juga: The Unmentioned Heroes: Susah Sinyal di Media Center Asian Games 2018 Bukanlah Masalah Karena Mereka

Seperti yang sudah banyak dibahas, nama-nama Bhin-bhin, Atung, dan Kaka berasal dari semboyan Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika, yang berarti “berbeda-beda tetapi tetap satu”. Bhin-bhin sendiri diambil dari kata Bhinneka dan melambangkan nilai “strategi” yang biasa digunakan dalam menyiasati kemenangan suatu pertandingan olahraga. Maskot ini mengenakan kostum rompi khas suku Asmat, Papua, seirama dengan bentuknya yang mewakili burung cedrawasih dari Papua.

Atung, dari kata “Tunggal”, melambangkan nilai kecepatan dan ditampilkan dengan bentuk rusa Bawean, hewan khas Jawa Timur. Uniknya, kostum Atung ini mengenakan sarung dengan motif Tumpal khas DKI Jakarta. Di sini terjadi sebuah akulturasi dua budaya di Pulau Jawa. Sedangkan Kaka yang diambil dari kata “Ika” dilambangkan dengan hewan badak bercula satu. Kaka yang besar badannya mengartikan suatu kekuatan dan, uniknya, ia mengenakan busana yang menampilkan motif bunga khas Palembang, Sumatera Selatan.

Alhasil, Marta, Amos, dan Ari harus mendalami personalitas masing-masing karakter selama dua bulan. Tapi mereka tidak menghadapi kesulitan yang berarti karena pihak Inasgoc sudah memberikan briefing di awal dan ini bukan kali pertama mereka menampilkan maskot-maskot tertentu. “Pada dasarnya semua talent saya TERBIASA untuk menjadi pemain maskot,” tutur Ce Roy ketika diwawancara.

Baca juga: The Unmentioned Heroes: Kisah Mengesankan Dari Dua ‘Volunteer’ Asian Games 2018

Mendekati pembukaan Asian Games 2018 yang diadakan di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada 18 Agustus kemarin, mereka juga sempat berlatih selama empat hari di venue. Latihan itu hanya meliputi formasi barisan ketika acara berlangsung. Hal ini disebabkan tidak ada koreografi tarian khusus yang harus akan ditampilkan sehingga mereka hanya harus memastikan benarnya posisi mereka pada hari H. Yang pasti, mereka harus bergoyang dan tampil sesuai karakter masing-masing. “Opening kita ikut latihan selama 4 hari, sebelum day show (kita latihan untuk barisan). Gerakan tertentu tidak ada karena bagian kita dibebaskan untuk berperan sesuai karakter masing-masing, hanya moment kita keluar untuk diurutan terakhir saja,” lengkap Ce Roy.

Berbeda dari acara pembukaan, persiapan acara penutupan dilakukan dengan waktu yang lebih singkat. Hanya dibutuhkan dua hari latihan sebelum acara penutupan Asian Games 2018, yaitu pada 2 September 2018 lalu. Yang spesial dari acara penutupan ini adalah hujan yang mengguyur Jakarta di hari itu.

Kehujanan Tapi Tetap Merasa Bangga

Masih jelas sekali diingatan kita, sore itu langit Jakarta seketika menjadi gelap. Seakan-akan Dementor akan menyerang ibukota Indonesia ini. Padahal upacara penutupan Asian Games 2018 akan dilaksanakan. Akhirnya, hujan pun turun dengan sangat deras, termasuk di kawasan SUGBK.

Ketika acara dimulai, hujan masih mengguyur SUGBK. Tidak mengherankan, terlihat banyak orang-orang basah kuyup kehujanan. Para atlet, volunteer, dan pendamping yang ikut dalam defile juga terlihat basah dan banyak yang mengenakan jas hujan plastik.

Marta, Amos, dan Ari yang tampil menutup parade ini pun ikut merasakan hujan dan basah. Hujan ini pun mendatangkan dilema tersendiri, sekaligus kesan khusus bagi Marta, selain rasa bangga yang menyelimuti hati mereka.“Hampir semua perjalanan Asian Games berkesan buat kita. Tapi kalau buat saya pribadi, yang paling berkesan ada di closing ceremony, yang di mana kami maskot Asian Games keluar dengan cuaca hujan. Tapi itu lah yang membuat kesan paling membekas sampai kapanpun. Dan kami bangga bisa menjadi bagian dari acara sebesar Asian Games 2018 ini,” jelas Marta.

Baca juga: The Unmentioned Heroes: Cerita Dari Balik Dapur Asian Games 2018

Marta menambahkan, kegalauan untuk keluar dari balik panggung ketika penutupan inilah yang sulit untuk ia lupakan. “Berkesan karena dilema (harus keluar atau tidak), mengingat kostum akan kotor dan lepek,” ungkap pria yang juga berprofesi sebagai pengemudi ojek online ini.

Rasa bangga juga dirasakan oleh Amos dan Ari. Bagi Amos, bisa terlibat dalam acara yang belum tentu bisa dialami semua orang meninggalkan impresi bagi dirinya. “Kesan spesialnya, yang pasti bisa masuk di opening dan closing ceremony karena kita dapat pengalaman-pengalaman yang tidak semua orang bisa rasakan atau dapatkan”, kata Amos, sang penari.

Senada dengan Marta dan Amos, Ari juga merasa bangga dan beruntung sekali bisa menampilkan keahliannya menari di event besar kemarin. “Saya bangga bisa bergabung dalam event negara karena tidak semua orang bisa beruntung,” tutup Ari yang juga bekerja menjadi pengemudi taksi online.

Terakhir, tak lupa mereka bertiga dan Ce Roy mengucapkan rasa terima kasih mendalam pada Inasgoc dan seluruh masyarakat Indonesia atas kesempatan yang diberikan untuk turut serta menyukseskan Asian Games 2018. Ini pastinya menjadi pencapaian tersendiri bagi mereka yang tidak akan dilupakan.

Share: The Unmentioned Heroes: Rasa Bangga Dari Balik Kostum Maskot Asian Games 2018