General

“Transformational Leadership”, Keahlian yang Dimiliki Pemimpin dari Churchill Hingga Ridwan Kamil

Dinda Sekar Paramitha — Asumsi.co

featured image

Seorang pemimpin yang baik, apalagi yang bisa menciptakan sebuah transformasi, pastinya dituntut memiliki karakter tertentu. Pemimpin dengan kemampuan melakukan transformasi tersebut bisa disebut memiliki karakter transformational leadership atau kepemimpinan transformasional. Mampu memotivasi dan mampu menciptakan perubahan menjadi karakter utama seorang pemimpin yang bisa melakukan transformasi tersebut. Alhasil, perubahan tersebut dapat dirasakan langsung oleh orang-orang sekitar dan pastinya bisa membawa manfaat tersendiri.

Dari waktu ke waktu, dari masa ke masa, sudah banyak pemimpin-pemimpin dunia yang bisa dibilang menjadi pemimpin yang membawa transformasi. Beberapa nama pun bisa membawa perubahan signifikan dan akhirnya terkenal di banyak negara. Kita bisa lihat Winston Churchill, Dalai Lama, dan Nelson Mandela. Mereka adalah contoh-contoh pemimpin transformasional yang berhasil membawa pengaruh bagi kehidupan khalayak ramai.

Membuat Transformasi Lewat Perbuatan Mereka

Winston Churchill terkenal sebagai Perdana Menteri Inggris Raya di tahun 1940-an sampai 1950-an. Anak seorang politikus ini berhasil memimpin negara secara demokratis, bukannya menjadi seorang pemimpin diktator totalitarian. Bahkan kharismanya berhasil membuat orang-orang percaya dengan kemampuan memimpinnya yang disampaikan lewat pidato-pidato Churchill. Menurut catatan sejarah, Churchill dikenal sebagai seorang pemimpin yang berani dan punya optimisme. Makanya wajar aja kalau orang-orang Inggris jadi yakin akan kemampuan beliau dalam memimpin.

Beralih ke Dalai Lama, seorang pemimpin yang visioner, menurut penulis Daniel Goleman. Ia sendiri merupakan pemimpin Tibet yang masih berkuasa sampai hari ini. Figurnya pun dinilai penting karena ia mampu menyatukan negara-negara kecil Tibet dan merepresentasikan nilai-nilai luhur Budha. Menurut Goleman, keistimewaan Dalai Lama terletak pada perhatiannya pada dunia.

Ketika para pemimpin dunia banyak yang berpolitik secara kotor dan mementingkan kelompok tertentu, Dalai Lama malah memberikan banyak manfaat bagi banyak orang. Ia tak pernah memandang latar belakang dan kepentingan kelompok tertentu. Inilah yang membuat Dalai Lama bisa menjadi pemimpin yang transformatif. Beliau mengabdikan dirinya pada sisi kemanusiaan, tidak seperti kebanyakan pemimpin lainnya.

Terakhir, Nelson Mandela. Mantan presiden Afrika Selatan ini meninggal pada 2013 dan kematiannya menjadi sorotan banyak orang dari berbagai belahan dunia. Bahkan ketika kondisi kesehatannya menurun pun orang-orang sudah mengirimkan doa dan ucapan lekas sembuh padanya.

Hal ini bisa dibilang wajar aja mengingat jasanya sebagai pahlawan anti-apartheid di negaranya. Visinya untuk mengakhiri politik perbedaan warna kulit sendiri sudah ia miliki sejak ia menginjak usia 20-an. Mandela pun popular dengan kepribadiannya yang mampu merangkul banyak orang dan merangkul mereka supaya memiliki keyakinan dengan diri mereka sendiri. Hal inilah yang juga menjadi karakteristik seorang pemimpin yang transformasional menurut Northouse (2013).

Di Indonesia Juga Ada Lho!

Enggak kalah dengan negara-negara lain, Indonesia juga punya pemimpin yang bisa digolongkan sebagai pemimpin transformasional. Bisa dilihat dari presiden pertama kita, Soekarno jelas-jelas bisa disebut sebagai pemimpin transformasional. Lewat karisma dan keahliannya dalam memotivasi orang-orang, pidatonya selalu dinanti rakyat Indonesia. Setiap pesannya didengar dan diresapi dengan baik.

Nah, kalau untuk pemimpin masa sekarang, Ridwan Kamil pun bisa disebut sebagai pemimpin yang mampu melakukan transformasi. Enggak percaya? Boleh dibilang kalau Kang Emil, sapaan akrabnya, sudah dipercaya oleh masyarakat Jawa Barat. Buktinya, posisinya sebagai walikota Bandung berhasil membawanya ke posisi lebih tinggi, yaitu sebagai gubernur Jawa Barat.

Sebelum ngomongin cara Kang Emil merangkul warganya, harus juga kita tahu prestasi-prestasinya saat menjadi walikota Bandung periode 2013-2018. Salah satu yang paling ramai dibicarakan khalayak itu keberadaan taman jomblo. Meski namanya taman jomblo, sayangnya banyak pasangan yang pacaran di taman yang sebenarnya bernama Taman Pasupati ini. Padahal Kang Emil sudah menjelaskan kalau taman ini tidak ditujukan bagi para pasangan yang lagi dimabuk cinta.

Selain taman jomblo, Kang Emil juga membangun taman-taman lain yang salah satu fungsinya untuk mengurangi pencemaran udara. Tujuan lain dari pembangunan taman di era kepemimpinannya adalah untuk memberikan ruang gerak lebih banyak pada warganya. Jadi, para warga bisa melakukan banyak kegiatan di sini, mulai dari olahraga sampai nongkrong bareng teman-teman.

Kang Emil yang punya latar pendidikan sebagai arsitek ini juga terkenal dengan kreativitasnya. Makanya beliau membangun Bandung Creative Hub. Dibangun bersama Oded Danial yang sekarang menjadi walikota Bandung, gedung ini khusus dibangun untuk mendukung pertumbuhan industri kreatif di ibukota Jawa Barat itu. Ruangan komunitas, studio musik, dan kelas interaksi merupakan beberapa ruangan yang ada.

Ya, hasil kerjanya sebagai walikota memang bisa dibilang cukup baik. Satu hal yang menjadi catatan mengenai transformasinya sebagai pemimpin adalah seringnya beliau melakukan komunikasi dengan banyak orang. Komunikasi ini sendiri seringnya dilakukan melalui sosial media. Lewat akun Twitter dan Instagram, Kang Emil sering berkomunikasi dengan membalas komen-komen followers-nya. Berbagai pertanyaan atau pernyataan beliau jawab dengan sabar dan acap kali jawabannya mengundang gelak tawa.

Belum lagi caption yang ia buat pada banyak post-nya pun membuat followers-nya tertawa. Lewat akun sosial media pula Kang Emil sering menginformasikan program kerjanya. Makanya bukan hanya warga Bandung yang tau kinerjanya, tapi juga banyak orang di seluruh Indonesia. Meski caption dan perkataannya sering membuat orang-orang tertawa, kharismanya sebagai pemimpin pun enggak hilang begitu saja. Jadi ya wajar aja kalau beliau bisa “naik kelas” jadi gubernur sekarang.

Kemampuanya dalam menjadi pemimpin yang transformasional juga sedang “diuji” sekarang. Setelah dilantik sebagai gubernur Jawa Barat pada September lalu, ia langsung mendeklarasikan diri mendukung penuh pasangan calon presiden-wakil presiden nomor urut 01, Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Kang Emil bahkan disebut-sebut sebagai tangan Jokowi untuk wilayah Jawa Barat. Mengingat Jokowi sempat kalah suara di Jawa Barat pada 2014 lalu, apakah kemampuan Ridwan Kamil sebagai transformational leader bisa mendongkrak suara Jokowi-Ma’ruf Amin?

Share: “Transformational Leadership”, Keahlian yang Dimiliki Pemimpin dari Churchill Hingga Ridwan Kamil