Isu Terkini

Tarian Syahdu Anthony Ginting dan Predikat The Giant Killer

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Benar adanya kata penyanyi legendaris Indonesia Iwan Fals bahwa “tujuan bukan utama, yang utama adalah prosesnya”. Potongan lirik dalam lagu berjudul ‘Seperti Matahari’ itu benar-benar menggambarkan sosok Anthony Ginting hari ini.

Ginting yang berjuang dari bawah dengan keras dan pantang menyerah. Ginting yang menikmati proses demi proses dan tumbuh sebagai pebulutangkis kelas dunia setelah banyak menyerap pelajaran penting dari kekalahan.

Bayangkan saja, atlet mana yang tidak terpukul jika dalam sebuah kejuaraan besar harus menelan kekalahan secara menyakitkan? Situasi sulit itu sempat dialami Ginting kala dirinya harus menyerah karena cedera dari Shi Yuqi di Asian Games 2018 beberapa waktu lalu. Lebih sedih lagi, Ginting kalah di kandang sendiri, di hadapan pendukung setianya.

Tak berhenti sampai di situ, meski kalah dan dihantam cedera, Ginting tetap saja menjadi sasaran kritik warganet yang ‘menyerbu’ kolom komentar di akun Instagram pribadinya. Ginting dianggap lemah, Ginting dianggap hanya berakting cedera, dan tuduhan-tuduhan lainnya yang menganggap Ginting seolah-olah tak mau berjuang lebih keras.

Meski tetap mendapatkan dukungan dari warganet lainnya, Ginting tetap saja harus melalui jalan yang terjal. Ibarat sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Seberat itu beban yang harus dipikul Ginting usai kalah di Asian Games 2018.

Jalan Terjal Ginting Sejak Asian Games 2018

Ternyata, Ginting memetik banyak pelajaran berharga dari Asian Games 2018, di mana ia hanya meraih medali perunggu di nomor perorangan, dan medali perak bersama tim beregu putra. Ia bangkit dan terus berlatih keras.

Tak ada luka yang tak bisa diobati. Ginting pelan-pelan sembuh dari cedera dan pelan-pelan pula ia melempar jauh kritikan pedas warganet. Grafik penampilan Ginting terus menanjak dan atlet kelahiran Cimahi, Jawa Barat pada 20 Oktober 1996 ini menyebut belajar banyak hal demi meningkatkan performanya.

“Hal paling penting yang saya pelajari adalah dari Asian Games kemarin, saya mencoba untuk lebih menikmati permainan saya di lapangan. Kalau dari segi persiapan, yang paling berpengaruh adalah soal fisik saya,” kata Ginting seperti dilansir PBSI, Minggu, 23 September.

Baca Juga: Kekalahan Ginting: Apresiasi Jokowi dan ‘Ledakan’ Reaksi di Twitter

“Kita tidak tahu bagaimana hasil undian kita di sebuah turnamen, jadi kalau dapat lawan yang berat terus, harus punya fisik yang prima untuk bisa sampai ke final dan juara,” ujar pebulutangkis berusia 21 tahun tersebut.

Selesai Asian Games, Ginting ikut serta dalam kejuaraan bergengsi Japan Open 2018. Sayangnya, perjalanan Ginting terhenti di perempat final usai kalah dua set langsung 17-21, 15-21 dari unggulan pertama wakil Denmark, Viktor Axelsen, di Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo, Jumat, 14 September lalu.

Meski lagi-lagi kalah, setidaknya level permainan Ginting terus menanjak dan kalahnya pun di babak perempat final. Bahkan, Axelsen pun memuji permainan Ginting usai laga selesai.

Pujian itu disampaikan Axelsen lewat postingan di akun Instagram pribadinya, @viktoraxelsen. Dalam postingan itu, Axelsen mengunggah foto dirinya yang sedang rebahan di lapangan dan tampak letih. Ia mengakui bahwa permainan Ginting bagus.

Dalam keterangan fotonya, Axelsen berterima kasih kepada Ginting atas permainan yang apik. “Good win today! Thanks for a good match @sinisukanthony. Excited to get on court again in the semifinal tomorrow! Let’s go!,” tulis Axelsen di akun Instagram pribadinya.

View this post on Instagram

A post shared by viktoraxelsen (@viktoraxelsen) on Sep 14, 2018 at 3:33am PDT

Mari sekali lagi lihat cara Ginting menikmati proses dan belajar dari kekalahan. Ia terus meningkatkan performanya dari pertandingan ke pertandingan. Puncaknya begitu apik, Ginting berhasil meraih gelar juara di China Open 2018.

Ginting Bangkit dan Libas 4 Juara Dunia Sekaligus

Layaknya Jonatan Christie yang meraih gelar juara sensasional di Asian Games 2018, Ginting pun tak mau kalah dan punya cara sendiri yang spesial dalam menciptakan panggung juaranya. Ya, Ginting melibas habis empat sosok juara dunia sebelum akhirnya naik podum juara di China Open 2018.

Perjuangan Ginting menuju gelar juara China Open 2018 memang tidak mudah. Datang sebagai non-unggulan di turnamen level Super 1000 ini, ia harus menghadapi lawanberat sejak babak pertama.

Baca Juga: Pertandingan Asian Games 2018 Terheboh di Sosmed: Dari Bulutangkis Sampai Silat Malaysia Ngamuk

Di babak pertama, Ginting sudah harus menghadapi Lin Dan, peraih medali emas Olimpiade Beijing 2008 dan Olimpiade London 2012. Tak disangka, Ginting sukses menumbangkan Lin Dan lewat permainan tiga set, 22-24, 21-5, 21-19.

Baru sebentar bernapas lega setelah lepas dari jerat Lin Dan di babak pertama, Ginting sudah harus menghadapi lawan tangguh di babak kedua yakni pemain rangking satu dunia asal Denmark Viktor Axelsen.

Di babak ini, tentu banyak yang sudah pasrah dengan nasib Ginting lantaran di kejuaraan sebelumnya (Japan Open), Ginting disingkirkan Axelsen dalam dua set langsung. Namun, situasi justru berbalik dan memihak Ginting.

Yap, Ginting bahkan bisa mengalahkan Axelsen yang memiliki tinggi badan mencapai 194 cm itu lewat pertandingan dua set langsung dengan skor akhir 21-18, 21-17. Sampai di babak ini, Ginting mendapatkan pujian setinggi langit.

Usai takluk dari Ginting, Axelsen lagi-lagi memuji penampilan Ginting yang memang pantas menang. Lewat akun Instagram pribadinya, Axelsen menyebut salah satu penyebab kekalahannya dari Ginting adalah karena sakit asma.

View this post on Instagram

A post shared by viktoraxelsen (@viktoraxelsen) on Sep 20, 2018 at 6:59am PDT

Belum puas puja-puji dirasakan, Ginting sudah ditunggu lawan yang tak kalah tangguh di babak perempat final yakni peraih medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016 Chen Long. Hebatnya, Ginting berhasil mengalahkan Chen Long di depan pendukungnya sendiri dengan skor 18-21, 22-20, 21-16.

Berlanjut ke babak semifinal, Ginting juga berhasil membalas kekalahannya atas Chou Tien Chen (Taiwan) yang terjadi di semifinal Asian Games 2018 lalu. Ginting mengalahkan Chen dengan skor 12-21, 21-17, 21-15.

Partai puncak pun tak juga mudah bagi Ginting, pasalnya ia harus menghadapi sang juara dunia 2018 Kento Momota. Meski begitu, Ginting tak mundur selangkah pun dan berhasil menang dua set langsung, 23-21, 21-19.

Menariknya, Ginting mengalahkan pemain-pemain kelas dunia ini dengan gaya permainannya yang tenang berpadu dengan trik pukulan yang bervariasi. Dari banyak aksi Ginting, satu teknik pukulan yang menuai decak kagum adalah permainan netting-nya.

Dalam beberapa kesempatan pemain-pemain jagoan dunia seperti Lin Dan, Chen Long, Axelsen, sampai Momota hanya bisa melongo saat dihantam pukulan netting Ginting. Banyak yang berkomentar bahwa itu merupakan pukulan sinting Ginting. Tak tanggung-tanggung, induk organisasi bulutangkis dunia (BWF) sampai menyematkan predikat ‘The Giant Killer’ kepada Ginting.

Play Of The Day | VICTOR CHINA OPEN 2018 F #badminton #HSBCBWFbadminton pic.twitter.com/rEEQ50EQ9N— BWF (@bwfmedia) September 23, 2018

The Giant Killer #badminton #HSBCBWFbadminton pic.twitter.com/ZvbuG0dHWb— BWF (@bwfmedia) September 23, 2018

Mari kita lihat lagi aksi Ginting yang seolah menari-nari di atas lapangan dengan permainan netting-nya saat mengalahkan pemain-pemain kelas dunia.

I DON’T BELIEVE IT!!!
LOOK AT THAT!!! pic.twitter.com/R9KxY4mYB9— mbak ri (@tsundereponyo) September 19, 2018

MELINTIR DI NET :’ pic.twitter.com/vgGU8AFeJl— mbak ri (@tsundereponyo) September 19, 2018

Catatan dan Statisik Keren Ginting

Berhasil mengalahkan sang juara dunia 2018 Kento Momota, membuat Ginting benar-benar merasa puas. Pencapaian sempurna itu tak pernah disangka akan dirasakan oleh Ginting.

“Saya bersyukur bisa melewati undian yang berat, kuncinya ya saya cuma berusaha, nggak terbebani. Waktu draw keluar, saya cuma melihat siapa lawan saya di babak pertama, itu saja,” kata Ginting usai laga.

“Makanya kalau ditanya, peluang lawan si A si B di perempat final, semifinal, saya tidak tahu, karena saya tidak perhatikan sampai ke sana. Saya fokus pada lawan yang akan saya hadapi.”

Menurut Ginting, gelar juara kali ini terasa sempurna lantaran ia juga mengalahkan para unggulan kelas dunia di setiap babaknya hingga di partai final. Ia pun merasa perjuangannya selama ini tak sia-sia.

“Sekarang baru beda rasanya, saya merasa senang karena mendapat gelar di turnamen level Super 1000 pertama saya, dan saya merasa perjuangan di turnamen ini komplet karena saya bisa keluar sebagai juaranya. Bukan cuma mengalahkan unggulan saja,” kata Ginting.

Dengan hasil ini, Ginting pun berhasil tampil sebagai salah satu penakluk turnamen level 1000 di tahun 2018 ini. Hanya ada 3 turnamen level 1000 setiap tahunnya yang masing-masing diselenggarakan di China, Indonesia dan di Inggris (All England).

Lalu, siapa saja para peraih gelar juara di tiga turnamen level 1000 tersebut? Mereka adalah Shi Yuqi (China) yang meraih gelar juara All England 2018, lalu gelar juara Indonesia Open 2018 diraih Kento Momota, dan Ginting merebut gelar juara di China Open 2018.

Dengan catatan ini, Ginting pun menjelma sebagai salah satu dari deretan pemain muda yang masuk dalam generasi baru tunggal putra terbaik dunia. Ia perlahan menggeser posisi para tunggal putra senior seperti Lin Dan, Chen Long dan Lee Chong Wei.

Baca Juga: Kenapa Bulutangkis Indonesia Selalu Jadi Pertandingan yang Ditunggu?

Namun, Ginting justru menolak jika saat ini banyak yang menyebut bahwa saat ini adalah era dirinya. Ia hanya ingin terus konsisten agar suatu saat nanti bisa mengalami masa-masa keemasan.

“Eranya Ginting? Mungkin belum ya, nanti kalau saya sudah bisa konsisten, mungkin bisa.”

“Soal komentar mengenai saya adalah salah satu pemain yang paling bertalenta, saya ucapkan terima kasih, saya tidak tahu mengomentari ini, biar orang yang menilai. Generasi muda tunggal putra saat ini banyak sekali yang bagus, Momota, Axelsen, Shi Yuqi dan masih banyak lagi.”

Catatan Perjalanan Ginting di China Open 2018

Anthony Ginting di Kejuaraan China Open S1000 2018
– Di babak pertama vs Lin Dan 22-24, 21-5, 21-19
– Di babak kedua vs Viktor Axelsen 21-18, 21-17
– Di babak perempat final vs Chen Long 18-21, 22-20, 21-16
– Di babak semifinal vs Chou TC 12-21, 21-17, 21-15
– Di babak final vs Kento Momota 23-21, 21-19

Catatan prestasi gemilang lawan-lawan yang berhasil dikalahkan Ginting di China Open 2018:

– Lin Dan: juara dunia 2011, 2013 dan juara Olimpide London 2012
– Chen Long: juara dunia 2014, 2015 dan juara Olimpiade Rio 2016
– Viktor Axelsen: juara dunia 2017
– Kento Momota: juara dunia 2018

Sebagai tambahan, Ginting sudah meraih gelar juara di tahun 2018 ini. Selain China Open 2018, Ginting lebih dulu menyabet gelar juara Indonesia Masters.

Ginting benar-benar percaya pada proses karena dari pertandingan ke pertandingan, ia banyak mendapatkan pelajaran penting. Dari kekalahanlah ia bangkit, dan dari kekalahan pula ia tau betapa mahalnya sebuah proses.

Dan pada akhirnya, usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Selamat Ginting!

Share: Tarian Syahdu Anthony Ginting dan Predikat The Giant Killer