Isu Terkini

Korban Gizi Buruk dan Campak Di Papua Mencapai 100 Anak, Bagaimana Solusi Pemerintah?

Winda Chairunisyah Suryani — Asumsi.co

featured image

Berita tidak menyenangkan datang dari wilayah Indonesia paling timur, Papua. Pasalnya, wilayah paling terpencil di Indonesia ini diserang gizi buruk dan campak. Tragedi yang tercatat sebagai kejadian luar biasa (KLB) ini mewabah di Kabupaten Asmat, Papua. Tak hanya di Asmat, tapi juga di wilayah Pegunungan Bintang yang berjarak 286 dari ibukota Asmat, sehingga jumlah korban terus bertambah, hingga kini hampir 100 orang meninggal di dua kabupaten tersebut. Kebanyakan korbannya adalah anak-anak.

Tim Posko Kesehatan KLB campak dan gizi buruk telah mendata bahwa sampai Sabtu (20/1) kemarin, sudah ada sebanyak 585 anak yang menderita campak dan 57 anak menderita gizi buruk, serta 4 anak yang menderita campak sekaligus gizi buruk. Atas kejadian tersebut, Presiden Joko Widodo menawarkan ide relokasi kepada sejumlah penduduk yang bermukim di wilayah terpencil di Papua, ke wilayah yang lebih mudah dijangkau unit pelayanan kesehatan.

Rencana relokasi penduduk ini sudah disampaikan Jokowi secara langsung kepada Gubernur Papua Lukas Enembe, Bupati Asmat Elisa Kambu, dan Bupati Nduga Doren Wakerwa di Istana Bogor, pada Selasa (23/1) kemarin. Ide itu sebelumnya juga sudah sempat dikatakan Jokowi pada wartawan.

“Alangkah lebih baik apabila direlokasi ke kota. Jadi (penduduk) desa-desa direlokasi ke kota,” usul Jokowi dikutip Kompas.com pada (23/1)

Jika pemerintah daerah tidak mampu bekerja sendiri, Jokowi menjamin pemerintah pusat siap turun tangan membantu relokasi penduduk Papua di wilayah terpencil.

“Ini setiap tahun kejadiannya selalu ada. Kita tidak usah tutup-tutupi. Yang paling penting menurut saya bagaimana mencarikan jalan keluar agar saudara-saudara kita ini tidak terkena lagi,” sambungnya.

Tapi nyatanya, tawaran untuk memindahkan penduduk itu sulit direalisasikan. Sebab, di Papua ada adat istiadat yang tak mudah untuk dirubah. Hal ini disampaikan oleh Elisa Kambu saat ditemui ditempat yang sama.

“Memindahkan orang tidak segampang itu karena terkait budaya, adat istiadat, hak ulayat dan bagaimana mereka menanam dan sebagainya,” ujarnya.

Pendapat serupa disampaikan oleh Gubernur Papua Lukas Enembe. Ia juga menegaskan bahwa masyarakat di daerah terpencil di Papua tak mungkin direlokasi.

“Paling mungkin di tempat mereka sendiri di satu distrik bangun perumahan, jalan. Tapi untuk pindah ke tempat lain tidak bisa,” terang Lukas.

Karena perpindahan yang tidak memungkinkan, Presiden Jokowi membuat rencana untuk membangun jalan menuju distrik dan kampung-kampung agar penduduk bisa mendapatkan akses kesehatan lebih mudah. Jokowi juga akan menyiapkan produksi pangan di wilayah yang kerap kali terdampak gizi buruk. Tak lupa, Jokowi juga berjanji untuk menyediakan tenaga medis serta obat-obatan, dan sosialisasi manfaat vaksin.

Sementara ini, untuk menangani kasus gizi buruk yang terjadi di provinsi yang kaya akan tambang ini, ,  Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah mengirim tim yang berisi 39 tenaga kesehatan.

“Tidak cuma campak, tapi semua imunisasi dasar. Kita akan meng-cover semua imunisasi untuk balita di sana,” ujar Kepala Biro Komunikasi dan Yanmas Kemenkes RI, drg Oscar Primadi, MPH saat pers conference di Kemenkes RI, Selasa (16/1) lalu.

Share: Korban Gizi Buruk dan Campak Di Papua Mencapai 100 Anak, Bagaimana Solusi Pemerintah?