Budaya Pop

Tahun Ganti, Resolusi Enggak Ganti-ganti? Kok Bisa?

Rosa Cindy — Asumsi.co

featured image

“Apa resolusi tahun barumu?”

“Nyelesaiin resolusi tahun lalu, kelanjutan resolusi dua tahun lalu, yang dibuat tiga tahun lalu, dan direncanakan sejak empat tahun lalu.”

Buset, itu resolusi udah empat tahun enggak kelar-kelar, bok! Resolusi apa cicilan rumah, tuh? Tapi ya kenyataannya, kita udah enggak aneh mendengar kalimat itu, karena emang beneran terjadi!

Nah, kenapa ya resolusi tahun baru itu suka enggak selesai? Ini dia kata sejumlah milenial.

Masalah sejuta umat: LUPA!
Nyatanya, urusan resolusi ini biasanya cuma heboh menjelang dan awal tahun baru. Setelah itu, udah enggak pernah ada lagi yang ngebahas, jadi ya lupa. Belum lagi sebagian orang merasa masih banyak waktu untuk menyelesaikan resolusi yang dibuatnya, jadi terus ditunda. Alhasil, resolusi tahun baru yang dibuat ya beneran untuk tahun baru aja. Begitu udah enggak baru-baru amat, ya udah enggak jadi resolusi. Dan baru keinget pas udah mau tahun baru berikutnya lagi.

Nah loh, terus kalau namanya memang resolusi yang mau dicapai, kenapa bisa sampai lupa? Mungkin jawabannya ada di poin berikutnya.

Asal ikut-ikutan, jadi enggak niat.

Kebanyakan masyarakat kita sukanya ikut tren. Berhubung setiap menjelang tahun baru banyak yang heboh ngomongin resolusi, akhirnya ikutan deh bikin resolusi. Biar hitz, padahal enggak beneran mau mencapainya. Kalau enggak niat begitu ya gimana mau tercapai?

Ada kepentingan lain.

Kata orang, “dalam menjalani kehidupan ini, kadang emang enggak selamanya sesuai dengan yang kita rencanakan”, jadi memang sangat mungkin kok kalau ada kepentingan lain. Apalagi kepentingan itu kadang-kadang mendadak dan lebih penting daripada sekadar ngurusin badan. Iya, kan?

Terlalu nyaman di zona nyaman alias MALES.

Mewujudkan resolusi emang butuh kemauan untuk berubah. Tapi sayangnya banyak orang yang sebenarnya enggak benar-benar mau berubah. Misalnya, punya resolusi untuk nurunin berat badan, tapi males olahraga dan masih suka kebanyakan ngemil. Udah gitu, sebenarnya enggak masalah-masalah amat sama berat badan yang sekarang. Akhirnya jadi enggak niat, dan kembali lagi ke poin dua.

Kebanyakan mau.

Coba liat, resolusi yang enggak kelar-kelar itu, ada berapa poin? Kebanyakan orang punya resolusi yang kebanyakan juga. Resolusi yang kebanyakan bikin bingung mau ngerjain yang mana duluan, dan enggak fokus. Lebih baik bikin resolusi sedikit demi sedikit, tapi tercapai dan bisa beda setiap tahunnya. Dibanding sama terus kayak yang dicontohin di atas.

Lagian, kalau kata Via Vallen, harus “terus fokus, satu titik, hanya itu, titik itu”, ya kaaan?

Harus mendetil.

Nah, kalau udah fokusin ke satu atau dua resolusi aja, jangan lupa untuk bikin resolusi yang detil. Jangan mentang-mentang dibilang bikin resolusinya dikit aja jadi bikin resolusi yang terlalu luas, kayak “jadi orang sukses”. Kalau kayak gitu, dijamin resolusinya enggak tercapai juga, soalnya enggak ada patokan sukses yang dimaksud itu seperti apa.

Buat resolusi yang lebih detail, misalnya “berat badan jadi 50 kg” atau “omzet bisnis 5 juta per hari”. Adanya patokan yang detail bikin kita lebih semangat mewujudkannya.

Di luar dari penting atau enggaknya, keberadaan resolusi sendiri artinya ada sesuatu yang mau diubah di tahun yang baru. Tapi ketimbang nunggu resolusi tahun baru, lebih baik lakukan saja dari sekarang, dan atur target waktunya. Soalnya, membuat perubahan enggak perlu nunggu tahun baru, kan?

Rosa Cindy adalah penyuka jalan-jalan dan isu sosial. Isi artikel ini sendiri merupakan hasil diskusi dengan teman-temannya di media sosial. Coba saja sapa dia melalui akun media sosial Instagram dan Twitter-nya, @rosacindys. Siapa tahu dibalas, atau ada kesempatan diskusi lainnya.

Share: Tahun Ganti, Resolusi Enggak Ganti-ganti? Kok Bisa?