General

Survei Charta Politika di DKI: Bentrok PDIP vs Gerindra dan Caleg Petahana Dijagokan Lolos ke Senayan

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Lembaga survei Charta Politika merilis hasil surveinya tentang elektabilitas partai politik di Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 di daerah pemilihan DKI Jakarta 1, DKI Jakarta 2, dan DKI Jakarta 3. Pertarungan sengit akan tersaji antara dua partai yakni PDIP dan Gerindra yang diprediksi bakal mendominasi suara di ketiga dapil tersebut. Seperti apa persentasenya?

Direktur Riset Charta Politika, Muslimin mengatakan bahwa survei tersebut berlangsung pada tanggal 18-25 Januari 2019. Survei dilaksanakan dengan wawancara tatap muka terhadap total 2.400 responden atau 800 responden di tiap dapil. Sementara margin of error di tiap dapil kurang lebih 3,46 persen.

Charta Politika memiliki alasan kuat mengapa survei hanya dilakukan di DKI Jakarta saja. Menurut Muslimin, survei dilakukan di DKI Jakarta lantaran ibu kota dianggap sebagai barometer politik nasional. “Jika kita lihat, ini proporsional tertutup ya. Kita menyodorkan simulasi gambar partai, lalu kita tanya kepada para pemilih atau masyarakat di dapil DKI 1, 2, dan 3, bahwa seandainya pileg untuk memilih anggota DPR RI dilakukan hari ini, maka hasilnya, kita melihat bahwa di dapil DKI 1 itu yang unggul masih PDIP dengan persentase sebesar 17,6 persen, disusul Gerindra 14,0 persen,” kata Muslimin saat menyampaikan hasil survei di Resto Es Teler 77, Jalan Adityawarman, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin, 11 Februari 2019.

Sementara di dapil DKI 2, Muslimin menyampaikan bahwa Gerindra memimpin dengan perolehan 27,0 persen suara, kemudian disusul PDIP dengan catatan 24,6 persen suara. Sebagai catatan, Muslimin mengungkapkan bahwa Charta Politika tidak mengambil sampel pemilih luar negeri di dapil DKI 2 lantaran ada kendala teknis.

Berlanjut ke dapil DKI 3, di mana yang berhasil unggul adalah PDIP dengan perolehan suara mencapai 29,4 persen, disusul Gerindra sebesar 21,1 persen, dan nomor 3 ada PKS (7,0 persen). Lalu, perolehan suara nomor 4 diisi oleh Partai Golkar dengan catatan 5,5 persen dan ada PAN di tempat nomo 5 dengan perolehan 5,1 persen suara.

Jadi bisa disimpulkan dari hasil survei Chartai Politik tersebut bahwa PDIP diprediksi bakal menang di dapil DKI 1 yakni Jakarta Timur dan dapil DKI 3 Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Kepulauan Seribu. Sementara Gerindra akan menang di dapil DKI 2 yakni Jakarta Utara, Jakarta Selatan, dan luar negeri.

Coattail Effect” Bakal Berpengaruh di Pileg 2019

Lebih lanjut, Muslimin menjelaskan bahwa efek ekor jas atau coattail effect sangat berpengaruh dalam pemilihan caleg di DKI Jakarta. Sosok capres dan cawapres di Pilpres 2019 dinilai mempengaruhi pemilih dalam memilih partai pengusung masing-masing calon di Pileg 2019.

PDIP sebagai pengusung Joko Widodo-KH Ma’ruf Amin, sedangkan Gerindra mengusung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Jadi ada semacam berkah elektoral yang diraih partai-partai pengusung.

“Kalau kita lihat komposisinya ada PDIP dan Gerindra karena memang kemudian kita bisa katakan bahwa coattail effect di DKI itu di mana capres dan cawapres mempengaruhi pilihan terhadap partai pengusung itu cukup berpengaruh di DKI 1, 2, dan bahkan 3,” kata Muslimin.

Daftar elektabilitas parpol berdasarkan survei Charta Politika di dapil DKI 1:
PDIP 17,6 persen
Gerindra 14,0 persen
Golkar 9,8 persen
PKB 8,6 persen
Demokrat 4,9 persen
PKS 3,9 persen
PAN 3,3 persen
NasDem 3,3 persen
Garuda 3,1 persen
PSI 2,4 persen
PKPI 2,0 persen
Berkarya 1,5 persen
Hanura 1,3 persen
PPP 1,3 persen
PBB 0,8 persen
Perindo 0,8 persen
Undecided voters 21,7 persen

Daftar elektabilitas parpol berdasarkan survei Charta Politika di dapil DKI 2:
PDIP 24,6 persen
Gerindra 27,0 persen
Golkar 4,1 persen
PKB 4,3 persen
Demokrat 3,4 persen
PKS 8,3 persen
PAN 3,3 persen
NasDem 2,4 persen
Garuda 0,3 persen
PSI 1,9 persen
Berkarya 0,3 persen
Hanura 0,9 persen
PPP 2,1 persen
PBB 0,5 persen
Perindo 0,8 persen
Undecided voters 16,1 persen

Daftar elektabilitas parpol berdasarkan survei Charta Politika di dapil DKI 3:
PDIP 29,4 persen
Gerindra 21,1 persen
Golkar 5,5 persen
PKB 4,0 persen
Demokrat 2,4 persen
PKS 7,0 persen
PAN 5,1 persen
NasDem 3,3 persen
Garuda 0,3 persen
PSI 2,3 persen
PKPI 0,1 persen
Berkarya 0,3 persen
Hanura 0,3 persen
PPP 0,6 persen
PBB 0,9 persen
Perindo 0,6 persen
Undecided voters 17,0 persen

Caleg Petahana di Dapil DKI Berpeluang Lolos ke Senayan

Tak hanya itu saja, Charta Politika juga mengungkapkan hasil survei mereka soal peluang calon legislatif yang ikut bersaing untuk lolos ke Senayan dari dapil DKI Jakarta 1, 2, dan 3. Para caleg inkumben alias petahana di dapil DKI berpeluang besar kembali lolos ke Senayan. Muslimin mengungkapkan, elektabilitas caleg inkumben relatif mengungguli kandidat lain di ketiga dapil di DKI Jakarta.

“Elektabilitas calon anggota legislatif (caleg) masih didominasi nama-nama inkumben di masing-masing daerah pemilihan,” kata Muslimin.

Charta pun menyebutkan bahwa sejumlah nama caleg petahana memang tercatat mendapat suara yang tinggi. Di dapil DKI 1, caleg yang menduduki lima besar dari hasil pertanyaan tertutup adalah Imam Nahrawi (PKB), Habiburokhman (Gerindra), Eko Hendro Purnomo alias Eko Patrio (Partai Amanat Nasional), Putra Nababan (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan), dan Bambang Atmanto Wiyogo (Golkar).

Dari nama-nama tersebut, satu nama yang bukan inkumben hanya Habiburokhman. Sisanya merupakan caleg inkumben, meski tak semuanya berasal dari dapil DKI 1.

Sementara di dapil DKI 2, tiga nama yang elektabilitasnya cukup besar adalah Hidayat Nur Wahid (Partai Keadilan Sejahtera), Eriko Sortadurga (PDIP), dan Biem Triani Benjamin (Gerindra). Dua nama lainnya adalah Himmatul Aliyah (Gerindra) dan Tsamara Amany (Partai Solidaritas Indonesia).

Lalu di dapil DKI 3, lima besar caleg diduduki oleh Charles Honoris Causa (PDIP), Abraham Lunggana alias Haji Lulung (PAN), Yusril Ihza Mahendra (Partai Bulan Bintang), Darmadi Durianto (PDIP), dan Rahayu Saraswati Djojohadikusumo (Gerindra). Lulung dan Yusril bukan merupakan caleg inkumben, namun Lulung sebelummya dikenal sebagai Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta dari Partai Persatuan Pembangunan.

Menurut Muslimin responden membeberkan alasan mengapa mereka memilih caleg petahana, di antaranya adalah karena alasan kinerja yang bagus dan dinilai berpengalaman. Alasan ini dominan di dapil DKI 1 dan 2. Adapun di dapil DKI 3, alasan yang paling dominan adalah kenal dan pernah dengar nama caleg tersebut.

“Faktor-faktor berikutnya adalah karena suka dengan figur, lalu figur dianggap sosial dan merakyat,” ujarnya.

Share: Survei Charta Politika di DKI: Bentrok PDIP vs Gerindra dan Caleg Petahana Dijagokan Lolos ke Senayan