General

Strategi ‘Perang Udara’ Hanya Bisa Meraih 7% Suara Milenial di Jateng

Fariz Fardianto — Asumsi.co

featured image

Pemilihan Presiden yang hanya menyisakan waktu kurang dari sebulan lagi dimanfaatkan oleh sejumlah tim pemenangan dua pasangan capres dan cawapres untuk menggencarkan kampanye lewat serangan udara. Serangan udara merupakan istilah yang kerap dipakai oleh timses capres nomor urut 01, Jokowi-Ma’ruf dan capres nomor urut 02 Prabowo-Sandi dengan berkampanye melalui jejaring media sosial. Bahkan, di Jawa Tengah pun, kedua capres kian gencar beradu kekuatan lewat kampanye medsos.  Namun pola kampanye lewat serangan udara tersebut diprediksi tak akan berjalan mulus.

Seorang pengamat politik dari FISIP Universitas Diponegoro, Semarang, Yulianto secara gamblang menyatakan, bahwa kamoanye via medsos bakal terganjal akses jaringan internet yang ada di tiap kabupaten dan kota. “Dari analisis yang saya lakukan, kampanye dari medsos tidak akan berjalan maksimal. Sebab, tidak semua Milenial di Jawa Tengah bisa memahami kampanye melalui strategi tersebut. Paling mentok suara Milenial yang dapat diraih dari medsos hanya 7 persen saja,” ungkap Yulianto, ketika berbincang dengan Asumsi.co, Jumat sore 8 Maret 2019.

Yulianto bilang sarana infrastruktur yang ada saat ini masih jadi hambatan utama. Ia berkata karakteristik dan demografi masyarakat Jawa Tengah sangat berbeda dengan propinsi-propinsi lainnya.

Milenial Jateng Lebih Paham Kampanye Konvensional

Yulianto mengatakan mayoritas masyarakat Jawa Tengah cenderung lebih paham kampanye melalui media audio visual dan konvensional. “Pemilih yang ada di propinsi ini kurang bisa dijangkau melalui kampanye medsos. Apalagi jaringan internetnya tidak bisa dijangkau secara menyeluruh. Hanya milenial-milenial yang tinggal di kota-kota maupun di lingkungan kabupaten yang ada akses internetnya lah, yang dapat digaet sebagai basis suara untuk Pilpres nanti,” ujar dosen jurusan Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik tersebut.

Ia menyarankan kepada para tim pemenangan capres untuk lekas mengubah haluan kampanyenya melalui perang di darat. Ia melanjutkan, door to door dengan menyapa masyarakat lebih efektif untuk meraih suara saat Pilpres nanti.  “Artinya, blusukan dengan bertemu langsung dengan konstituen atau massa akar rumput lebih bisa mengena. Ketimbang susah payah berkampanye dari medsos,” paparnya.

Menurutnya, suara milenial yang dapat diraih hanya ada di perkotaan maupun ibukota kabupaten saja. Macam, Kota Semarang, Solo, Magelang dan Tegal. “Sisanya ada di pelosok, di pedalaman. Banyak banget milenial di Jawa Tengah hanya berpendidikan rendah setingkat SMP dan SMA. Mereka kurang paham tentang yang beginian jika wilayahnya berada di pelosok desa,” terangnya.

Hanya 20 Persen Milenial yang mau Nyoblos

Lebih jauh lagi, dari jutaan milenial yang tinggal di Jawa Tengah ditambah dengan demografi wilayahnya seperti itu, Yulianto memperkirakan generasi milenial Jawa Tengah yang ikut nyoblos pada 17 April nanti maksimal hanya berkisar 18-20 persen.

“Milenial yang mau berpartisipasi nanti cuma 18 sampai 20 persen,” akunya.

Medsos Diyakini Bisa Tangkal Isu PKI

Sedangkan para relawan Jokowi-Ma’ruf yang tergabung dalam Perempuan Tanggung Pilih Jokowi (Pertiwi), menilai kampanye medsos tetap penting dilakukan untuk meningkatkan partisipasi milenial di Pilpres nanti. Medsos, menurut Putri Wardhani selaku Ketua DPP Pertiwi, akan dipakai untuk menyebarluaskan visi misi Jokowi yang sudah berjalan selama lima tahun belakangan ini.

“Serangan udara dan darat akan dilakukan selama dua bulan terakhir. Ada TOT untuk melatih para perempuan anggota kami untuk rutin blusukan ke darat maupun lewat udara,” katanya. “Kita ajarkan ibu-ibu menyosialisasikan ide dan gagasan Jokowi-Ma’ruf. Termasuk keberhasilan Jokowi selama ini apa saja. Kita targetkan 80 persen suara untuk menangkan Jokowi. Sehingga nantinya mampu melampaui capaian Pilpres 2014 kemarin,” cetusnya.

Pertiwi menarget perolehan suara maksimal dari swing voter yang kebanyakan berasal dari milenial. Para ibu sudah diminta harus bergerak lagi ke lingkungan anak-anak mereka yang mayoritas dari milenial.  Perempuan punya influenser terhadap pilihan anak anak yang sudah beranjak dewasa. Ia juga sedang mencari celah untuk menambah perolehan suara bagi Jokowi.

“Kemudian kita gaet suara dari gerakan Pramuka dan Paskibraka. Pokoknya sudah ada 10 daerah yang sudah dibentuk oleh Pertiwi. Meliputi Solo, Semarang, Tangsel, Banten, Sulsel, Papua, Malang dan Surabaya. Semuanya harus menang perang dari udara. Kemudian baru diimbangi dari darat,” sambungnya.

Di Semarang sendiri, Pertiwi ingin rutin blusukan menyapa para kaum hawa di pasar tradisional. Hevearita Gunaryanti Rahayu, mengaku harus cuti sebagai Wakil Walikota Semarang agar dapat berkampanye memenangkan Jokowi-Ma’ruf.

“Kita harus menyadarkan hoaks kepada masyarakat. Banyak hal yang sesat dan bukan ranah yang betul, tapi kondisinya saat ini Pilkada harus damai. Kita perempuan nanti memberikan penerangan dan penjelasan kepada sesama teman,” sergahnya.

Medsos Diklaim Efektif Bentuk Opini Positif

Sementara itu, Rendy Doro Herison, Digital Strategic Jasmev menyatakan jaringan medsos juga penting ia pakai untuk kampanye memenangkan Jokowi-Ma’ruf. Karena akan jadi alat menangkal segala jenis serangan yang dilancarkan tim Prabowo-Sandi.

“Kita sekarang lagi ngebentuk opini di medsos. Dan di darat temen temen juga harus turun. Penyebaran opini akan terus kita lakukan dengan komunikasi persuasif,” kata Rendy.

Jasmev sudah memastikan dukungannya buat Jokowi-Ma’ruf. Organisasinya sejak awal berdiri 2012 tetap ngotot membantu Jokowi meraih tampuk kekuasaan dari Jakarta ke RI 1.

“Kita kampanye lewat medsos. Mendekatkan apa yang dibutuhkan dan menjauhkan yang tidak dibutuhkan. Karena kampanye sekarang sudah mengarah seperti yang dilakukan Donald Trump di Amrik. Kita ajak relawan bantah isu-isu PKI yang ditujukan ke Jokowi. Kita kan sekarang kayak pemadam kebakaran maka sekarang kita tidak lagi jadi kayak gitu. Makanya kita akan bentuk konten konten positif membuat testimoni mulai jalan mulus di Tol Solo Semarang,” katanya.

Kampanye medsos buatan jasmev akan diarahkan membuat konten lokal yang teroganisir. Sebab ketika konten nasional ketika masuk Jateng bahasanya sudah berbeda.

“Kita tidak pernah melakukan kesulitan membantah serangan pada Pak Jokowi,” tuturnya.

Rangkul Netizen

Sedangkan Ketua Tim Digital Prabowo-Sandi di Jawa Tengah, Wiyoto menganggap selama ini fungsi media sosial sudah banyak bergeser. Kini banyak diisi ujaran kebencian dan kampanye yang menjurus SARA.

“Makanya kami telah mengumpulkan ribuan jaringan netizen untuk mendukung pemenangan pasangan nomor 02. Kita akan gambarkan visi misi pasangan nomor 02. Masyarakat akan kami tunjukan realita pembangunan selama  ldipimpin oleh Jokowi,” tuturnya.

Ia mengungkapkan sudah mulai perang total via medsos. Ia mengklaim selama ini dari tataran media sosial, Prabowo-Sandi masih unggul ketimbang Jokowi-Ma’ruf.

Terutama di Twitter dan Instagram, semua milenial sudah dipastikan mendukung Prabowo-Sandi. “Cuma selama ini belum teroganisir. Makanya, hal ini bisa diarahkan ke hal-hal positif. Tidak hanya ditarik dalam bentuk friksi tapi penjabaran visi misi Prabowo-Sandi juga,” bebernya.

Target kampanye via medsos, katanya untuk menggaet massa dari kalangan terpinggirkan termasuk difabel dan warga minoritas lainnya.

Ia tidak menampik anggapan kerap menggunakan negative campagn. Selama fakta yang diungkap berbasis data yang akurat.

Berusaha Naikan Isu Lokal

Untuk saat ini ia sudah mengumpuljan 100 netizen di Semarang. Ia nantinya akan road show ke Jawa Tengah. Ia akan merambah ke semua media sosial. “Kita ingin naikin konten lokal. Seperti isu jalan tol apa sih manfaatnya bagi sebuah kota. Kondisi petani bawang di Brebes, ojek online, pedagang pulsa,” paparnya.

Dengan kampanye kurang dua bulan lagi, ia akan membuat kampanye melalui jurnalisme relawan.

“Kita ingin meraih pemilih milenial. Kita ajak masyarakat naikan isu isu lokal ke media sosial. Biar semua milenial sadar, Prabowo-Sandi punya visi untuk merubah Jawa Tengah dari kandang banteng, menjadi rumah aspirasi bagi seluruh lapisan masyarakat sampai ke pelosok desa,” kata Antony Leong, Direktur Bidang Media dan Komunikasi BPN Prabowo-Sandi.

Share: Strategi ‘Perang Udara’ Hanya Bisa Meraih 7% Suara Milenial di Jateng