Isu Terkini

Sosok Prof Sardjito: Pembuat Biskuit Tentara Perang yang Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Ada yang udah pernah dengar nama Prof. Dr. Sardjito? Nah, Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Islam Indonesia (UII) baru-baru ini mengusulkan Sardjito untuk memperoleh gelar pahlawan nasional. Ia dinilai sebagai sosok yang berjasa bagi bangsa dan negara, terutama di bidang pendidikan dan kesehatan.

Sardjito sendiri lahir di Magetan, Jawa Timur, pada 13 Agusuts 1889 dan meninggal dunia pada 5 Mei 1970 di usia 80 tahun. Sebagai seorang dokter, ia pernah menjadi Guru Besar Fakultas Kedokteran UGM

Tak cuma itu saja, Sardjito juga menjadi rektor pertama UGM yang menjabat pada rentang 19 Desember 1949 hingga 1961. Setelah itu, ia bertugas sebagai rektor ketiga UII sejak 1963 sampai 1970.

Seperti apa sih sosok Sardjito yang sudah berkontribusi untuk bangsa dan negara hingga akhirnya diusulkan sebagai pahlawan nasional? Yuk, kita simak bareng-bareng sepak terjangnya.

Sardjito Sang Pembuat Biskuit Tentara

Sardjito memulai pendidikannya pada usia 6 tahun dengan belajar mengaji sekaligus belajar di Sekolah Rakyat (SR), seperti dilaporkan krjogja.com. Ia kemudian melanjutkan pendidikan kedokteran Stovia dan meraih gelar dokter dengan predikat lulusan terbaik pada 1915.

Sardjito yang merupakan putra seorang guru, membentuk jiwa nasionalismenya saat masih mengenyam pendidikan di Stovia. Bersama dengan dr. Wahidin, Sardjito, yang juga merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Amsterdam itu, menjadi anggota Budi Utomo.

Pada masa perang kemerdekaan, ia turut berjasa dalam pelayanan kesehatan kepada para pejuang kemerdekaan. Sardjito mengupayakan untuk penyediaan obat-obatan dan vitamin bagi prajurit.

Tak hanya itu saja, Sardjito juga membangun pos kesehatan untuk tentara di Yogyakarta dan sekitarnya. Kala itu, Sardjito paham betul bahwa aspek kesehatan prajurit sangat penting untuk diutamakan.

Beberapa kontribusi besar Sardjito adalah membuat makanan dan multivitamin bagi para tentara Republik Indonesia, yang dikenal dengan nama Biskuit Sadrjito untuk menunjang kebutuhan tentara yang sedang mempertahankan perjuangan kemerdekaan.

Sardjito juga menciptakan vaksin antipenyakit infeksi seperti untuk typus, kolera, disentri, staflokoken, dan streptokoken.

Kontribusi besar di dunia kesehatan membuat nama Sardjito akhirnya diabadikan sebagai nama rumah sakit daerah di Yogjakarta, yaitu Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito. Pada 8 Februari 1982, RSUP Dr. Sardjito dibuka secara resmi oleh Presiden RI ke-2, Soeharto.

Usulan Jadi Pahlawan Nasional

Rektor UGM Panut Mulyono menilai Sardjito layak mendapatkan gelar pahlawan nasional jika melihat kontribusi besarnya kepada bangsa dan negara. Hal itu disampaikan Panut dalam Seminar Nasional Dalam Rangka Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional bagi Prof. Dr. M. Sardjito, MPH di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, pada Selasa, 27 Februari.

“Atas dasar pengorbanan beliau maka wajar beliau banyak menerima penghargaan. Berdasarkan fakta tersebut maka kami menilai bahwa dia sangat layak dan patut memperoleh gelar pahlawan nasional,” kata Panut, seperti dinukil dari Kompas.com.

Bagi masyarakat Indonesia, khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, nama Sardjito tentu sudah tidak asing. Hal itu lantaran namanya diabadikan sebagai nama rumah sakit umum pusat di kota gudeg.

Panut mengatakan bahwa alasan nama Sardjito disematkan sebagai nama rumah sakit adalah untuk menghargai jasanya di bidang kesehatan dan pendidikan kedokteran.

“Sosok bersahaja Sardjito dalam kepribadiannya memiliki semboyan dengan memberi akan menjadi kaya semua itu tidak hanya menjadi semboyan belaka karena diamalkan sampai akhir hayat,” kata Panut.

“Saat dijajah, dengan kemampuan yang dimiliki, ia tidak lantas meninggalkan tugas sebagai putra bangsa,” kata Panut.

Pernah Diajukan Sebagai Pahlawan Nasional di Era SBY

Ternyata, nama Sardjito sudah pernah diajukan untuk memperoleh gelar pahlawan nasional oleh pihak UGM pada masa pemerintahan Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kini, Panut juga menyatakan pihak UGM sebagai pengusul bakal melengkapi persyaratan agar Sardjito mendapat gelar pahlawan nasional.

“Sebetulnya prosesnya sudah lama. Ini pengusulan kedua. Pengusulan pertama dulu masih zamannya pemerintahan Pak SBY,” kata Panut.

“Tapi saat itu sudah sampai ke Presiden bersamaan dengan pahlawan nasional Bung Karno dan Bung Hatta. Sehingga Prof Sardjito saat itu belum diputuskan, karena bersamaan dengan tokoh lain, karena dalam satu tahun juga jumlahnya yang diusulkan terbatas ya barangkali, saya juga tidak tahu,” katanya.

Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani yang juga ikut jadi pembicara dalam semintar tersebut, berharap agar pihak UGM bisa memenuhi semua persyaratan dalam pengajuan gelar pahlawan nasional untuk Sardjito.

Nantinya, pemerintah akan menilai kelengkapan persyaratan tersebut, sebelum akhirnya memutuskan apakah Sardjito bakal mendapat gelar pahlawan nasional atau tidak.

“Kita punya aturan dan mekanisme di pemerintah apakah dengan pengusulan tersebut sudah memenuhi semua persyaratannya selesai atau belum. Namun, kalau melihat dari pemaparan singkat itu memang bisa menjadi salah satu hal yang kita usulkan beliau jadi pahlawan nasional,” kata Puan.

Share: Sosok Prof Sardjito: Pembuat Biskuit Tentara Perang yang Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional