Isu Terkini

Semoga Tak Ada Ulang Tahun Kedua Kawal COVID-19

Ramadhan — Asumsi.co

featured image
Asumsi.co

Foto: Ramadhan/Asumsi.co

Hari ini, Senin (1/3/21), tepat setahun usia Kawal COVID-19, sebuah inisiatif untuk mengawal informasi seputar persebaran virus SARS-C0V-2 di Indonesia. Kawal COVID-19 diharapkan tak sampai merayakan ulang tahun kedua.

Kawal COVID-19 mengawali kelahirannya dengan membuat akun Twitter @KawalCOVID19 pada Minggu (1/3/20) lalu. Setelah itu, situs resmi dari inisiatif ini juga dirilis.

Seperti diketahui, berdirinya Kawal COVID-19 bertujuan untuk mengawal sebaran informasi terkait virus Corona yang beredar di masyarakat.

Adapun relawan Kawal COVID-19 terdiri dari praktisi kesehatan: dokter, peneliti, serta profesional di berbagai bidang yang cukup terkait dengan topik COVID-19 di Indonesia, baik itu pekerja di LSM dan lembaga non-profit, baik nasional maupun internasional.

Inisiator Kawal COVID-19 Ainun Najib mengatakan bahwa seharusnya Kawal COVID-19 tidak perlu sampai berusia setahun. Untuk itu, ia berharap Kawal COVID-19 tak bertahan lebih lama lagi.

“Ketika saya menginisiasi kawalcovid19.id dengan membuka grup WA kecil, 1 Maret 2020, tepat setahun lalu, saya membayangkan hanya beberapa bulan saja untuk mengisi kevakuman “information leadership” dari Pemerintah,” kicau Ainun melalui akun Twitter resminya, Senin (1/3).

Saat banyak orang ingin segala sesuatu berumur panjang, Kawal COVID-19 malah sebaliknya; ingin segera selesai. Ya tentu saja, saat nanti Kawal COVID-19 bubar, berarti harapannya, saat itu pula pandemi COVID-19 hilang sepenuhnya dari bumi Indonesia.

Harapan Kawal COVID-19 di usia pertama

Co-Founder Kawal COVID-19 Elina Ciptadi mengutarakan beberapa harapannya tepat saat setahun Kawal COVID-19. Ia berharap pandemi COVID-19 ini bisa ditangani dengan cara-cara yang berpedoman pada sains dan ilmu kesehatan masyarakat. Ia pun menekankan tiga hal: Testing, Tracing, dan Isolasi Mandiri.

“Dalam hal ini kami sangat prihatin dengan testing, jumlah testing harian yang masih rendah, tingkat positivitas tes yang tinggi, dan pencatatan datanya yang tidak real time, masih sulitnya kontak erat dan suspek yang tanpa gejala mendapatkan akses ke tes gratis,” kata Elina saat dihubungi Asumsi.co, Senin (1/3).

“Lalu tracing rate yang rendah; dan juga lemahnya pengawasan terhadap isolasi mandiri yang justru menyebabkan penularan di dalam rumah tangga,” ujarnya.

Elina menyebut pihaknya juga menyayangkan bahwa wacana vaksin mandiri digulirkan ketika vaksinasi di kelompok prioritas selain nakes baru saja dimulai. Padahal, lanjutnya, sama seperti vaksinasi terhadap para nakes, faskes swasta bisa ikut dilibatkan untuk mempercepat vaksinasi ke kelompok-kelompok populasi yang bila terkena COVID-19, risiko untuk terkena gejala berat sampai meninggal paling tinggi.

Kelompok yang rentan itu yakni lansia, pelayan publik, orang-orang berusia di bawah 60 tahun yang memiliki komorbiditas, serta orang yang serumah dengan penderita penyakit kronis/autoimun yang tidak bisa divaksin tapi rentan terkena penyakit.

“Misalnya, di rumah ada yang sedang menjalani kemoterapi, kan nggak bisa divaksin. Tapi karena yang bersangkutan rentan terinfeksi penyakit, sebaiknya orang-orang serumahnya divaksinasi untuk melindungi yang sakit dari kemungkinan tertular dari orang serumah.”

“Apa yang kami harapkan konsisten dari awal bahwa nggak ada cara instan mengakhiri pandemi. Mengakhiri pandemi tidak cukup dengan menyuruh masyarakat menaati 3M, tidak cukup dengan vaksin. 3T, 3M, dan pembatasan mobilitas serta vaksinasi harus berjalan berbarengan.”

Sekilas soal Kawal COVID-19

Kawal COVID-19 melalui akunnya di Twitter dan Facebook, serta situs resminya, menyuguhkan sejumlah informasi serta edukasi seputar kesehatan masyarakat untuk mencegah penularan COVID-19.

Akun-akun Kawal COVID-19 berisi tips-tips yang mudah dicerna dan diterapkan oleh berbagai kalangan seperti kelompok masyarakat, sekolah, tempat kerja, rumah makan, dan tempat-tempat umum. Selain itu, publik juga bisa melihat peta persebaran rumah sakit rujukan untuk penanganan pasien dengan gejala COVID-19 dari situs KawalCOVID19.id.

Selain itu, situs resmi KawalCOVID19.id juga memuat sejumlah menu, seperti tanya-jawab seputar virus Corona, peta kasus global, hingga situs Infeksi Emerging yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Ada pula tautan yang akan mengarahkan ke situs resmi WHO dan UNICEF Indonesia.

Adapun informasi dalam situs maupun akun resmi Kawal COVID-19, akan diperbarui secara berkala sehingga akan menampilkan informasi terkini. Informasi yang disuguhkan dalam situs ini telah dikurasi dan dianalisis terlebih dahulu dengan mengedepankan poin-poin berdasarkan fakta dan bukti, bukan hipotesis, opini, atau dugaan.

Setahun Kawal COVID-19, itu artinya setahun pula perjalanan panjang pandemi COVID-19 di Indonesia. Tepat Senin (2/3/20) lalu, atau sehari setelah Kawal COVID-19 berdiri, Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus pertama COVID-19 di Indonesia yakni seorang ibu dan anaknya.

Jokowi menyebut keduanya sempat melakukan kontak dengan seorang warga negara Jepang yang positif COVID-19. Warga Jepang itu terdeteksi virus Corona usai meninggalkan Indonesia dan tiba di Malaysia.

“Orang jepang ke Indonesia bertemu siapa, ditelusuri dan ketemu. Ternyata orang yang terkena virus corona berhubungan dengan dua orang, ibu 64 tahun dan putrinya 31 tahun,” kata Jokowi di Istana Kepresidenan, Senin (2/3/20).

“Dicek dan tadi pagi saya dapat laporan dari Pak Menkes bahwa ibu ini dan putrinya positif Corona.”

Berdasarkan pantauan dari laman Worldometers, Senin (1/3/21) pukul 14.20 WIB, Indonesia saat ini mencatatkan total 1.334.634 kasus positif COVID-19. Dari jumlah tersebut, terdapat 36.166 jiwa yang meninggal dunia dan pasien sembuh secara kumulatif menjadi 1.142.703 orang dan masih menyisakan 155.765 kasus aktif di Indonesia pada hari ini.

Share: Semoga Tak Ada Ulang Tahun Kedua Kawal COVID-19