Luar Jawa

Semana Santa: Upacara Paskah di Flores yang Jadi Magnet Dunia

Irfan — Asumsi.co

featured image
Tangkapan layar Youtube Flores Tourism

Bagi umat Katolik yang bermukim di Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Paskah bukan hanya sakral sebagai perayaan terpenting dalam tahun liturgi gerejawi. Lebih dari itu, paskah adalah sebuah upacara budaya yang telah dilestarikan masyarakatnya sejak lima abad yang lalu. Mengambil nama Semana Santa yang berarti pekan suci, upacara budaya ini menjadi magnet wisata ziarah tak hanya bagi umat Katolik Larantuka tetapi juga dunia.

Semana Santa memang unik. Dihelat selama sepekan, upacara paskah ini mengakulturasikan banyak budaya, agama, dan tradisi-tradisi lokal yang juga kental. Sejak dimulai pada 1736, ada sejumlah suku yang telah ditetapkan untuk terlibat. Mengutip laman budaya-indonesia.org suku-suku yang bertugas adalah Suku Kabelen, Suku Lewai, Suku Raja Ama Koten (Diaz Viera Da Godinho), Suku Kea Alyandu, Suku Ama Kelen De Rosary, Suku Maran, Suku Sau Diaz, Suku Riberu Da Gomes, Suku Lamuri, Suku Mulowato, Suku Lewerang dan suku Kapitan Jentera.

Sekilas Tentang Larantuka

Hubungan Larantuka dengan misi Katolik telah dimulai sejak lama. Tak heran kalau kemudian Larantuka juga kerap disebut sebagai Kota Reinha atau kota milik Bunda Maria. Dalam jurnal Walasuji, Volume 10, No. 2, Desember 2019, Mulyati menulis penyebutan tersebut diawali pada tahun 1645 ketika Raja Larantuka bernama Olla Adobala dibaptis oleh imam Katolik Portugis. Olla Adobala lantas menyandang nama DVG (Don Fransisco Olla Adobala Diaz Viera Ghodinho).

Olla Adobala juga menyerahkan tongkat emas kerajaan pada Bunda Maria Reinha Rosari. Secara ritual, Olla Adobala memprakarsai penyerahan tongkat emas kerajaan pada Tuan Ma atau Bunda Maria Reinha Rosari sebagai lambang bahwa Larantuka sepenuhnya menjadi Kota Reinha dan para raja merupakan wakil atau abdi dari Tuan Ma. Sejak saat itu, Kerajaan Larantuka berdiri sebagai kerajaan yang mengadopsi nilai-nilai Katolik.

Kedatangan Portugis ke kawasan yang kini disebut sebagai Indonesia Timur sejak tahun 1500-an untuk mencari rempah-rempah memang tak bisa dipisahkan dari misi Katolik di sana. Alurnya pun panjang. Dimulai dari dibangunnya tempat singgah Portugis di Ende dan Larantuka pada  1515 hingga pemusatan kekuatan di Solor.

Dengan kuatnya pengaruh-pengaruh ini, tak heran kalau kemudian sampai saat ini umat Katolik Larantuka masih tetap mewarisi ritual keagamaan yang ditinggalkan bangsa Portugis itu secara lengkap. Tak terkecuali Semana Santa yang dipadukan dengan tradisi-tradisi lokal.

Prosesi Paskah Semana Santa

Upacara paskah Semana Santa di Larantuka dirayakan hampir sepekan penuh, mulai dari hari Minggu Palma sampai dengan Minggu Paskah. Mengutip  budaya-indonesia.org, salah satu ritual paskah pada Semana Santa dimulai dengan Rabu Abu atau Rabu Trewa. Ritual ini adalah prosesi dimana umat akan berkumpul di kapel untuk melaksanakan ibadah mengenang peristiwa pengkhianatan yang dilakukan oleh Yudas Iskariot terhadap Yesus Kritus.

Jika ibadah sudah dimulai sejak pagi, maka pada malam harinya, seluruh kota Larantuka akan riuh dengan suara drum bertalu-talu. Ini  menggambarkan gaduhnya prajurit dan serdadu memasuki Taman Getzemani menangkap dan menyeret Yesus.

Keriuhan ini mendadak senyap pada Kamis Putih, esok harinya. Di hari ini, Kota Larantuka akan menjadi hening dan syahdu. Kegiatan yang dilakukan sebatas pemasangan tikam turo (pagar lilin) di sepanjang rute prosesi jalan salib yang akan berlangsung di hari Jumat paskah. Selain itu, pada siang hari di Kamis Putih akan dilakukan upacara Muda Tuan yaitu upacara pembukaan peti berisi Patung Tuan Ma yang telah ditutup selama satu tahun. Peti tersebut akan dibuka oleh petugas Confercia yang telah disumpah sebelumnya.

Ada dua patung yang menjadi sosok penting dalam perayaan Semana Santa, yaitu Patung Tuan Ma dan Patung Tuan Ana. Tuan Ma adalah patung Bunda Maria, sedangkan Tuan Ana adalah patung Yesus Kristus. Di upacara Muda Tuan, patung Tuan Ma akan dimandikan dan dibalut dengan pakaian perkabungan, yaitu sehelai mantel beludru berwarna hitam, ungu atau biru. Selesai upacara Muda Tuan, umat akan dipersilahkan untuk bersujud dan memohon berkat.

Puncak perayaan paskah Semana Santa dimulai pada Jumat atau yang disebut dengan Jumat Agung. Prosesi di hari Jumat ini akan dimulai dengan mengarak Patung Tuan Meninu yang menggambarkan masa kecil Yesus hingga ke pelabuhan. Dari sana, arak-arakan berlanjut dengan menggunakan kapal yang diiringi oleh ratusan perahu menuju Selat Gonzalu.

Arak-arakan besar mengelilingi Kota Larantuka kemudian digelar dengan membawa Patung Tuan Ana dan Tuan Ma. Ini adalah proses jalan salib untuk mengenang prosesi penyaliban Yesus Kristus yang dimulai dengan penyiksaan, perjalanan memanggul salib hingga penyaliban di Bukit Golgota. Patung Tuan Ana menggambarkan penderitaan Yesus memilkul salib, sementara Patung Tuan Ma menggambarkan Maria yang sedang berduka melihat putranya disiksa.

Dalam arak-arakan tersebut, terdapat delapan titik perhentian agung yang disebut armida, yakni Misericordia (merenungkan janji Tuhan yang mengutus putra-Nya ke dunia), Tuan Meninu (merenungkan Kanak-kanak Yesus), Santo Philipus (merenungkan masa hidup dan karya Yesus selama di dunia), Tuan Trewa (merenungkan Yesus yang ditangkap dan diadili), dan Armida Mater Dolorosa (bersatu dengan Maria mengikuti Jalan Salib Yesus).

Selanjutnya, ada juga perhentian Benteng Daud (merenungkan saat Yesus dijatuhi hukuman mati), Kuce (merenungkan Yesus yang telah wafat di kayu salib) dan Tuan Ana (merenungkan Yesus yang sudah diturunkan dari salib). Di armida ini, prosesi berarak kembali menuju Gereja Katedral sebagai akhir dan pusat dari prosesi Jumat Agung.

Namun prosesi di hari Jumat tak berakhir di situ. Malamnya diadakan Lamnetasi Jumat Agung, lalu dilanjutkan dengan Sesta Vera pada pukul 20.00 hingga 01.00 dini hari. Sesta Vera adalah arak-arakan mengelilingi kota Larantuka dalam keadaan diam dengan ribuan lilin yang dibawa oleh masing-masing peziarah. Suasana duka dan perkabungan menyelimuti prosesi Sesta Vera ini.

Esok harinya, dalam perayaan Sabtu Suci, semua patung diarak kembali ke rumahnya masing-masing. Sesuai tradisi, ketika Patung Tuan Ma dan Tuan Ana  telah dikembalikan ke rumah mereka, maka semua patung sudah harus berada di kediaman masing -masing kecuali patung Tuan Menino yang  masih berada di Selat Gonzalu. Malamnya akan diadakan misa malam paskah di Katedral maupun gereja-gereja yang ada.  Esok harinya, di Minggu Paskah diadakan misa untuk merayakan kebangkitan Yesus Kristus.

Mengutip Mulyati, meski Semana Santa di Larantuka adalah sebuah warisan bangsa kolonial Portugis, tetapi upacara budaya ini adalah manifestasi dan akulturasi dari orang Larantuka yang berdasarkan sejarahnya memang beragam. Di sana ada percampuran antara kaum pendatang orang Portugis, Topas, dan pribumi Malaka yang beragama Katolik dengan masyarakat lokal. Mereka datang dan hidup berdampingan secara rukun dengan masyarakat asli.

Semana Santa yang merupakan puncak dari kehidupan rohani orang Larantuka selama setahun merupakan warisan turun-temurun dari leluhurnya. Kedudukan suku-suku yang tetap diperhitungkan dan diberi tempat dalam Semana Santa memaparkan bukti bahwa prosesi  ini merupakan penggabungan damai yang sempurna antara agama lokal dengan agama Katolik, serta “trah” suku dalam kehidupan tradisional orang Larantuka.

Semana Santa juga merupakan sebuah peristiwa budaya karena termasuk salah satu tradisi dengan peraturan tertentu yang harus ditaati. Inkulturasi membuat Semana Santa di Larantuka menjadi lebih kaya dan mempesona. Yang menyadarkan bahwa antara tradisi, agama, dan budaya suatu bangsa bisa saling mengisi bukan saling menghabisi.

Share: Semana Santa: Upacara Paskah di Flores yang Jadi Magnet Dunia