Isu Terkini

Seberapa Penting Mendengar Arahan Keselamatan dari Awak Kabin?

Winda Chairunisyah Suryani — Asumsi.co

featured image
Asumsi.co

Setiap penumpang pesawat yang hendak lepas landas dipastikan akan selalu mendapatkan arahan dari awak kabin yang bertugas. Saat take off misalnya, akan terdengar suara khas yang memberikan informasi mengenai jenis pesawat yang sedang ditumpangi, waktu serta jarak tempuh yang akan dilalui serta ketinggian yang dilewati, tak lupa juga memberi tahu tentang nama pilot yang jadi kapten pesawat.

Namun, masih banyak orang yang malas mendengarkan arahan dari awak kabin tersebut. Mereka biasanya dari kalangan orang-orang yang cukup sering naik pesawat. Tapi, apa benar mereka yang cuek itu benar-benar paham dengan apa arahan yang diberikan?

Cukup bisa dipahami, terkadang memang penjelasan dari pramugari atau pramugara itu kurang jelas. Cara bicara mereka relatif terlalu cepat, dengan volume yang terdengar samar-samar, serta posisi awak kabin yang memberikan arahan terlalu jauh dari pandangan dan tidak dapat terlihat.

Padahal, banyak sekali hal yang perlu diperhatikan dengan saksama. Contohnya, saat para awak kabin memberikan safety demonstration alias peragaan penyelamatan saat keadaan mendesak.

Ada penjelasan untuk pemakaian masker oksigen yang harus digunakan jika tekanan udara dalam kabin pesawat berkurang secara tiba-tiba. Masker oksigen yang posisinya berada di atas kabin akan keluar dari tempatnya dan penumpang harus menarik masker itu dengan kuat sehingga bisa dipasangkan ke mulut dan hidung, serta karetnya dikaitkan ke kepala.

Ada juga penjelasan mengenai keberadaan jendela darurat di dalam pesawat, setidaknya ada dua pintu darurat di kabin bagian depan, empat jendela darurat di kabin bagian tengah, dan dua pintu darurat di kabin bagian belakang.

Selain itu, ada juga pengenalan tentang pelampung yang perlu digunakan jika ada pendaratan darurat di perairan. Para awak kabin tak lupa memperagakan cara menggunakannya lengkap dengan suara penjelasan.

“Kalungkan baju pelampung, kemudian kancingkan dan eratkan. Untuk mengembangkan baju pelampung tarik sekerasnya kedua ujung merah, dapat juga dikembangkan dengan meniup kedua pipa karet. Lampu akan menyala jika sumbat baterai terlepas dan baterai terendam air. Baju pelampung ini dikembangkan sesaat sebelum anda keluar melalui pintu dan jendela darurat,” demikian suara yang biasa diucapkan oleh pramugari ataupun pramugara.

Sayangnya tak banyak penumpang yang benar-benar paham dengan penjabaran dari para awak kabin.

Kita bisa lihat dari kejadian jatuhnya pesawat Lion Air pada Senin, 29 Oktober 2018. Perlu diingat, sampai sekarang pun sebenarnya masih belum diketahui penyebab kecelakaan ini. Namun jatuhnya pesawat ini bisa jadi pelajaran juga bagaimana pentingnya memerhatikan safety demonstration sebelum pesawat terbang landas.

Yang perlu diketahui juga, hingga berita ini diturunkan, informasi terkait jumlah korban yang selamat masih simpang siur. Pesawat dengan nomor penerbangan JT-610 rute Jakarta ke Pangkal Pinang di Tanjung Karawang, Jawa Barat itu sebenarnya sudah disampaikan langsung oleh pihak Basarnas dalam konferensi pers pukul 10.00 WIB. Pihak Basarnas mengatakan bahwa jumlah penumpang pesawat Lion Air JT-610 yang jatuh di Tanjung Karawang membawa total 188 orang, dengan rincian ada 178 penumpang dewasa, 1 penumpang anak-anak dan 2 bayi, sementara untuk kru pesawat, terdapat 2 orang pilot dan 5 pramugari/pramugara.

Hal yang paling disayangkan adalah tim gabungan sampai saat ini pesimis dengan kemungkinan adanya korban yang selamat. “Saya belum tahu (kemungkinan korban selamat), ini keajaiban kalau ada yang hidup,” kata Humas Basarnas Yusuf Latif di kantornya, Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin, 29 Oktober 2018.

Kabar terbarunya kini sudah ada enam kantong jenazah yang telah tiba di Jakarta International Container Terminal 2 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Di mana keenam kantong itu kemudian dibawa ke RS Polri Kramat Jati.

Perlu diketahui, separah apapun kecelakaan yang dialami oleh pesawat, sebenarnya kemungkinan adanya korban selamat itu masih ada. Kita bisa lihat dari data kecelekaan pesawat di Amerika Serikat yang dibuat oleh Badan Keselamatan Transportasi Nasional AS (US National Transportastion Safety Board), data itu membuktikan dari tragedi kecelakaan pesawat yang parah, korban yang berhasil selamat mencapat 95 persen.

Begitu juga dengan laporan dari Dewan Keselamatan Transportasi Eropa (European Transport Safety Council) yang memaparkan hasil penelitian bahwa 90 persen kecelakaan pesawat, secara teknis dinyatakan bisa selamat.

BBC pun ikut melaporkan, setelah adanya kedua riset tersebut, keselamatan penerbangan meningkat menjadi lebih baik. Dari beberapa riset tersebut, bisa kita simpulkan bahwa meskipun adanya kecelakaan, keselamatan para penumpang masih bisa terjamin. Tentunya dengan cara mempelajari serta mengevaluasi pengalaman yang sudah ada, dan tentunya para penumpang harus lebih dulu memahami bagaimana cara menyelamatkan diri ketika kecelakaan terjadi. Hal ini bisa dimulai dari memperhatikan instruksi dari pramugara dan pramugari.

Share: Seberapa Penting Mendengar Arahan Keselamatan dari Awak Kabin?