Kesehatan

Salah Kaprah Self Reward, Bukan Pembenaran Sifat Boros

Manda Firmansyah — Asumsi.co

featured image
Pexels

Psikolog klinis Inez Kristanti mengingatkan untuk selalu
bersikap bijak setiap kali memilih bentuk self reward (memberi penghargaan
kepada diri sendiri) agar tidak merugikan diri dan orang lain.

Self love: Menurut Inez, self reward merupakan cara seseorang
untuk mengaktualisasi konsep self love (mencintai diri sendiri). Bentuk self
reward bisa bermacam-macam, mulai dari yang bersifat non-materi hingga materi.

“Self reward yang bentuknya materi, kita perlu bijak untuk
menentukan apa yang tepat untuk kita. Saya juga tidak ingin teman-teman salah
kaprah, misalkan jadi beranggapan kalau self reward itu jadi boros,” tutur
psikolog lulusan Universitas Indonesia itu, dilansir dari Antara.

Self reward, kata dia, pada dasarnya bentuk apresiasi kepada
diri sendiri yang bisa menimbulkan perasaan bermakna. Bahkan, bisa jadi
menambah motivasi diri sendiri untuk kemudian hari.

Boros: Menurut Inez, membeli barang-barang tanpa berpikir
panjang, bahkan hanya sekadar lapar mata dan merasa ketakutan tertinggal tren
atau fear of missing out (FOMO) tidak bisa secara otomatis disebut self reward.

“Ketika mau memberikan reward untuk diri sendiri, kita
pikirkan dulu, ini masih masuk akal atau tidak, masuk budget atau tidak.
Mungkin tidak harus mahal-mahal, tapi apa, sih, yang bermakna untuk kita.
Kadang hal-hal kecil atau barang-barang kecil itu bisa lebih bermakna buat
kita,” ujar Inez.

Apresiasi diri: Self reward juga bisa dilakukan tanpa melulu
mengaitkannya dengan hal-hal material. Misalnya, memberi apresiasi dalam bentuk
kata-kata afirmasi kepada diri sendiri atas pencapaian-pencapaian kecil yang
sudah dilakukan dalam sehari.

“Ada orang yang suka kalau dapat kata-kata afirmasi. Kadang
kita menunggunya dari orang lain, pacar, atau pasangan. Tapi kenapa kita tidak
beri itu ke diri kita sendiri?” ucapnya.

Salah kaprah: Konsep self reward yang dimaknai secara salah
kaprah juga bisa berdampak buruk pada perilaku atau kecenderungan yang
merugikan orang lain, seperti self sabotage dan selfish (egois). Ketika
melakukan apapun yang dianggap sebagai self reward, Inez mengingatkan agar
memikirkan kembali efek jangka panjang, apakah akan merugikan diri sendiri dan
orang lain.

“Self reward-nya misalkan makan. Tapi malah memakan makanan
yang tidak sehat dan porsi berlebihan. Dalam jangka panjang, mungkin pada
akhirnya itu bisa memberikan dampak yang justru buruk untuk diri kita. Self
reward malah berubah jadi bukan bersifat baik lagi,” ujar Inez.

Baca Juga

Share: Salah Kaprah Self Reward, Bukan Pembenaran Sifat Boros