Isu Terkini

Rumah Sakit Apung Harus Berlayar Lagi

Irfan — Asumsi.co

featured image
Dokumen Lie Dharmawan

Rumah Sakit Apung Swasta pertama di Indonesia yang digagas dr. Lie Dharmawan karam, Kamis siang (17/6/2021). Kapal yang juga dikenal dengan nama Bahenol ini karam di Perairan Bima Nusa Tenggara Barat dalam pelayaran dari Kupang, NTT ke Torano, Sumbawa Besar, NTB.

Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini. Namun yang disayangkan adalah inisiatif baik dari dokter Lie dan doctorSHARE atau Yayasan Dokter Peduli untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di pulau terdepan, terluar, dan tertinggal menjadi terhambat.

“Penyebab persis terjadinya musibah, sedang kami telusuri. Di atas kapal ada 6 orang, semuanya ABK termasuk kapten kapal. Puji Tuhan mereka semua selamat. Mereka berhasil menyelamatkan diri menggunakan skoci sebelum akhirnya mendapat pertolongan dari kapal penumpang KM Niki Sejahtera arah Surabaya,” kata dr. Lie menanggapi karamnya Bahenol yang dikutip Asumsi dari laman DoctorShare.

Menurut dr. Lie, sebelum karam, RSA ini baru saja menyelesaikan pelayanan medis di Pulau Semau, Kupang, NTT dari tanggal 7 sampai 14 Juni 2021. Selama empat hari di Pulau Semau, total ada 311 orang pasien dilayani dalam bentuk pengobatan umum, bedah minor, KB, KB Implan, suntik 3 bulan, cabut gigi, dan Antenatal Care (ANC).

Baca Juga : Menelaah Terapi Plasma Konvalesen Sebagai Pengobatan Pasien COVID-19

Tanggal 15 Juni kapal berlayar dari Pelabuhan Tenau, Kupang menuju Torano, Sumbawa Besar, NTB, tempat pelayanan medis berikutnya.

Tenggelamnya Rumah Sakit Apung dr. Lie Dharmawan pun mempengaruhi program yang sedang dan akan dijalankan oleh doctorSHARE. Kendati demikian, dr. Lie menegaskan bahwa  semangat menjangkau wilayah-wilayah pelosok tanah air tidak akan pernah padam.

“Secara manusiawi kita tentunya sangat sedih. Tetapi, saya pastikan semangat doctorSHARE untuk mebantu orang-orang kecil tetap menggebu-gebu,” ungkap Lie.

“Kami akan bangkit dan kembali berlayar dengan Bahenol baru, dengan RSA dr. Lie Dharmawan kedua dalam waktu dekat,” kata dr. Lie, menambahkan.

Lahir dari Keprihatinan

Usia RSA dr Lie Dharmawan cukup panjang. Sejak 2013, RSA ini telah menjadi ikon doctorSHARE yang sudah berlayar ke berbagai pelosok nusantara guna melayani sahabat-sahabat di wilayah Indonesia terjauh.. Selama berlayar menjalankan misi kemanusiaan, sudah ada ribuan warga yang mendapatkan pelayanan medis di Kapal Rumah Sakit ini.

Inisiatif tersebut dimulai dari keprihatinan dr. Lie dan kawan-kawan pada tantangan masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah pedesaan dan terpencil menghadapi layanan kesehatan primer yang terbatas. Hampir tidak ada layanan spesialis sekunder dan infrastruktur vital seperti jalan, transportasi dan layanan kesehatan dasar kurang merata.

Baca Juga : Kasus Covid-19 Melonjak Lagi, Yakin Masih Mau Work From Bali?

“Terutama di Indonesia bagian timur , di mana secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar terdiri dari perairan.
Keberadaan infrastruktur kesehatan tidak didukung dengan ketersediaan tenaga medis yang dibutuhkan,” katanya dikutip dari lama doctorSHARE.

Melansir Metro, dr. Lie yang seorang Dokter Ahli Bedah ini punya ide membuat RSA berangkat dari hasil perhatiannya terhadap rumah sakit apung yang biasa dimiliki oleh angkatan laut.

Mulanya ia juga ragu. Karena untuk membuat RSA yang mumpuni, perlu kapal yang besar dan canggih. Beruntung banyak pihak yang membantunya dan gagasan RSA ini bisa terjadi.

“Pada awalnya orang tidak percaya, dan saya harus mulai dari diri sendiri untuk menunjukkan bahwa kalau kita mau sungguh-sungguh melakukan dan itu bisa,” ucap dia.

Pelayaran RSA ini paling jauh dilakukan ke Papua. Baik wilayah pegunungan atau pantai. Pihaknya juga punya satu klinik di Pulau Kei. Di sana mereka mula-mula melakukan pelayanan dengan membawa panti rawat gizi karena banyak menemukan anak-anak yang kekurangan gizi.

Dari sini, ia melihat dan mengakui bahwa masyarakat Indonesia masih kesulitan untuk mendapatkan akses kesehatan.

Di laman doctorSHARE, kapal ini menyediakan layanan medis dasar secara gratis, seperti pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan kehamilan, gigi, operasi kecil dan besar, serta pendidikan dan pelatihan kesehatan dasar untuk masyarakat di wilayah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal.

Rata-rata perjalanan medis diadakan sekitar delapan kali setiap tahun. Yang setiap perjalananannya memiliki durasi tujuh sampai 10 hari.

Dalam setiap pelayaran, kapal ini membawa setidaknya satu ketua program, 18 sampai 22 tenaga medis dan non-medis, dua karyawan tetap, dengan 16 sampai 18 sukarelawan.

Menggalang Donasi

Dibangun dengan semangat kolektif dan solidaritas untuk masyarakat di daerah tertinggal, maka sudah sepatutnya kita bersama-sama untuk menggalang kekuatan lagi. DoctorSHARE sendiri, melalui akun Instagramnya, @doctorshare sudah membuka donasi untuk membangun RSA dr. Lie Dharmawan II.

Upaya ini merupakan bukti bahwa komitmen mereka memberi pelayanan kesehatan di daerah 3T tak pernah padam. “Haruskan misi menjangkau mereka yang belum terjangkau oleh akses kesehatan yang layak berhenti? Tidak! RSA dr. Lie Dharmawan akan kembali!,” tulis doctorSHARE dalam keterangan foto di Instagramnya.

Share: Rumah Sakit Apung Harus Berlayar Lagi