Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto kembali mengumumkan jumlah kasus COVID-19 di Indonesia. Per Jumat (03/04/20), pasien positif terinfeksi virus SARS-CoV-2 sudah mencapai 1.986 kasus. Dari jumlah itu, korban meninggal mencapai 181 jiwa, dan yang sembuh 134 orang.
Saat ini, setidaknya ada 48 laboratorium yang beroperasi menguji sampel. Yuri mengatakan pemerintah akan menambah fasilitas tes. “Kita akan menambah dan mengaktifkan alat diagnostik yang biasa digunakan untuk pemeriksaan TBC, yang ternyata secara teknologi bisa dikonversi menjadi alat pendeteksi awal COVID-19,” kata Yuri dalam keterangan persnya di gedung BNPB, Jakarta, Jumat (03/04).
Yuri menyebut Indonesia punya banyak alat tersebut. Namun, pengaturannya butuh waktu. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa saat ini pemerintah menyalurkan lebih dari 300.000 APD ke berbagai daerah. DKI Jakarta menerima 85.000 unit, Jabar 55.000, Jateng 20.000, Jatim 25.000, DIY 10.000, 12.500 Bali, Banten 10.000, dan di luar Jawa-Bali lebih dari 5.000 untuk masing-masing provinsi.
Baca Juga: Pembatasan Akses Jakarta di Tangan Menkes Terawan
“APD ini tentunya belum mencukupi karena kasus diprediksi terus bertambah, sehingga kami akan terus mencari dan mengirimkan lebih lanjut,” ujarnya. “Kami juga berkoordinasi dengan rumah sakit rujukan di mana pun berada, baik swasta, pemerintah, TNI, Polri, dan BUMN. RS darurat sudah dibangun dan dioperasikan, 3000 kamar di wisma atlet–hari ini dilaporkan baru 500 kamar yang bisa dipakai.”
Yuri tidak menjelaskan secara rinci jumlah kasus COVID-19 per daerah. Namun, dua jam sebelum Yuri menyampaikan jumlah kasus terbaru, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil sudah lebih dulu mengonfirmasi perkembangan kasus COVID-19 di wilayahnya lewat teleconference dengan Wapres Ma’ruf Amin, yang disiarkan secara live di akun YouTube Wakil Presiden Republik Indonesia, Jumat (03/04).
Baca Juga: Di Tengah Pandemi COVID-19, DPR Malah Kebut RUU Kontroversial
Berdasarkan data situs pemantau COVID-19 Pemprov Jabar, per Jumat (03/04) pukul 14.00 WIB, kasus positif di Jabar bertambah menjadi 223 orang. Dari jumlah itu, ada 25 orang meninggal dunia dan 11 orang dinyatakan sembuh.
Jabar menempati posisi kedua setelah Jakarta untuk jumlah pasien positif COVID-19. Setidaknya terdapat tujuh wilayah transmisi lokal virus Corona yakni Kota Bandung, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bogor, dan Kabupaten Karawang.
Ridwan Kamil mengungkapkan setidaknya ada sekitar 677 warga Jabar yang terindikasi positif COVID-19 dari hasil rapid test yang sudah dilakukan Pemprov Jabar secara door to door ke rumah warga hingga pelaksanaan rapid test drive-thru. Ada 50.000 alat rapid test yang juga sudah disebarkan ke kabupaten/kota.
Dari total 50.000 alat rapid test yang sudah disebar, yang terpakai baru 15.000. Dari tes itulah kemudian diketahui ada total 677 warga Jabar yang terindikasi positif COVID-19.
“Kesimpulannya, semakin kita banyak mengetes, Pak Wapres, semakin kita tahu virus ini sedang beredar di mana saja,” kata Emil.
Baca Juga: Jadi ODP Tidak Gampang, Jangan Dipersulit dengan Stigma
Lebih lanjut, Pemprov Jabar belum melaporkan angka 677 itu ke Kemenkes RI, sebab mereka masih menunggu hasil swab test. “Nanti kalau ketahuan ter-swab, terkonfirmasi, baru kita laporkan sebagai angka Jabar. Mungkin ini akan mengagetkan,” ujar Ridwan Kamil.
“Jabar adalah provinsi pertama yang ngetes sendiri. Yang lain antre (tes) ke Jakarta, kami beli sendiri alatnya ke Korsel dan bisa ngetes 500 sampel di labkes (laboratorium kesehatan) kami,” katanya melanjutkan.
Baca Juga: Atas Nama Ekonomi, Pemerintah Tak Melarang Mudik
Dari hasil tes itu, diketahui Jabar memiliki empat klaster penyebaran COVID-19. “Kita temukan 4 klaster: seminar ekonomi syariah di bogor, acara keagamaan kristiani di Bogor, Musda Hipmi,” kata Ridwan Kamil. Berdasarkan sejumlah pemberitaan sebelumnya, satu klaster lagi adalah acara keagamaan di Lembang, Bandung Barat.
Ridwan Kamil meminta pemerintah pusat menyiapkan strategi besar untuk menghadapi COVID-19 agar tidak meluas ke mana-mana. Ia juga bicara mengenai kemungkinan warga provinsi lain positif terjangkit Corona tapi tidak ketahuan karena tidak adanya tes masif seperti hal yang dilakukan Pemprov Jabar.
“Problem-nya alat tes tidak memadai, bahkan swab test saja jumlah terbatas. Jadi, kalau Bapak bisa sampaikan, mari kita perbanyak tempat tes PCR seperti dilakukan Korsel,” kata Ridwan Kamil kepada Maruf Amin.