Isu Terkini

Pro-Kontra Pemanfaatan Pawang Hujan untuk Padamkan Kebakaran Sindoro-Sumbing

Fariz Fardianto — Asumsi.co

featured image

Pemanfaatan hujan saat ini menjadi alternatif untuk memadamkan kobaran api yang meluluhlantakan lahan hutan di Gunung Sindoro dan Sumbing. Begitulah yang diungkapkan oleh Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah, Sarwa Pramana saat dimintai tanggapan mengenai penanganan bencana kebakaran di dua gunung berapi tersebut. Sarwa melihat kebakaran yang terus-menerus meluas di Sumbing maupun Sindoro saat ini benar-benar jadi masalah serius yang harus segera dibereskan.

“Saya sudah perintahkan semua kepala BPBD di Magelang, Temanggung, Wonosobo, Karanganyar untuk coba menggunakan kearifan lokal, menghadirkan pawang hujan,” akunya, usai menghadiri rapat forkominda di Patrajasa Semarang, Rabu 12 September. Sarwa menyebut kearifan lokal saat ini benar-benar dibutuhkan untuk menjinakan si jago merah yang masih berkobar di puncak gunung tersebut. Ia mengatakan kebakaran yang melanda dua gunung itu sudah tergolong parah.

Di Sindoro dan Sumbing, kobaran api telah meluluhlantakan 542 hektare lahan hutan. Bahkan, Sarwa menyebut ada satu lagi gunung yang mengalami kondisi serupa. Lahan hutan di Gunung Lawu yang berdiri di perbatasan Magetan-Karanganyar juga terbakar. Luas area yang terbakar mencapai 5,5 hektar. Ia optimis doa-doa yang meluncur dari mulut para pawang hujan manjur untuk mendatangkan hujan di lokasi yang terbakar

Apalagi, ia bilang tak sekali ini saja terbesit ide untuk memanfaatkan pawang hujan. Kala lahan sawit di Pekanbaru Riau nyaris terbakar habis, Sarwa mengaku pernah dimintai tolong oleh BNPB guna memanggilkan pawang hujan. “Pernah atas permintaan BNPB, saya kirim pawang hujan ke sana. Ternyata hasilnya sangat positif. Sebagian besar bisa padam,” tuturnya.

Ia terpaksa harus menempuh cara tersebut karena sudah kewalahan mengatasi kebakaran hutan di tiga gunung tersebut. Semua cara sudah ditempuh untuk memadamkan api di Sindoro, Sumbing maupun Lawu. Mulai water boming sampai hujan buatan. Tetapi hasilnya nihil.

“Water bombing sangat sulit karena tidak ada kanal untuk mengambil air. Selain itu, kawasannya tidak bisa dijangkau pesawat terbang. Untuk hujan buatan, juga berpotensi tidak efektif. Karena hujan buatan butuh awan yang stabil,” bebernya.

“Hujan buatan kan tergantung awan dan anginnya. Kalau sudah dibikin enggak tahunya awannya terbawa angin kan justru enggak tepat sasaran. Padahal, untuk membuat hujan buatan menelan biaya yang tidak sedikit,” terangnya.

Ditentang Para Petani Tembakau

Kendati demikian, upaya pemadaman api tersebut rupanya mendapat penolakan keras dari kalangan petani tembakau setempat. Mereka berpendapat bahwa, keberadaan pawang hujan justru menyusahkan pekerjaan mereka yang sedang memasuki masa panen tembakau. Untuk saat ini saja, kata Parmuji, seorang petani tembakau di Temanggung, rekan-rekannya sudah memasuki masa penjemuran daun tembakau.

Proses penjemuran daun tembakau sendiri membutuhkan sinar matahari yang cukup. “Takutnya nanti ada pawang hujan dan sejenisnya malah mengganggu kami yang sedang menjemur tembakau. Kualitas tembakau yang dihasilkan jadi menurun,” tegasnya.

Diminta Pakai Water Booming

Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jawa Tengah Wisnu Brata juga melontarkan penolakan serupa. Ia mengklaim ada lahan tembakau seluas 16 ribu hektare di dua gunung itu yang siap panen. “Kalau hujan buatan jadi dilakukan maka petani tembakau akan mengalami kerugian hingga puluhan miliar rupiah akibat menurunnya kualitas panen tembakau,” ungkapnya.

Cuaca yang panas malah membuat kualitas tembakau akan lebih baik. Ditambah lagi, para petani tembakau di Kabupaten Temanggung akan memasuki masa panen pada akhir bulan Oktober 2018. Ia mendesak Pemkab-Pemkab supaya memadamkan api di Sindoro dan Sumbing memakai water bombing. Sehingga air bisa langsung disiramkan ke titik-titik api, dan tidak menyebar ke areal ladang tembakau.

“Kalau hujan buatan dengan angin yang berhembus kencang seperti sekarang, dikhawatirkan airnya justru kemana-mana dan mengenai tanaman tembakau yang mau dipanen,” kata Wisnu.

Laporan: Fariz Fardianto dari Semarang

Share: Pro-Kontra Pemanfaatan Pawang Hujan untuk Padamkan Kebakaran Sindoro-Sumbing