Budaya Pop

Prabowo Miris Lihat Banyak Masyarakat Jadi Driver Ojol, Nyatanya Tak Semenyedihkan Itu

Winda Chairunisyah Suryani — Asumsi.co

featured image

Isu ekonomi menjadi salah satu fokus kampanye Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Mereka yang merupakan pasangan nomor urut 02 di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 kerap datang ke pasar dan mencari celah permasalahan kesejahteraan yang belum usai ditangani pihak petahana.

Begitu pula ketika calon presiden (capres) Prabowo berbicara di acara Indonesia Economic Forum. Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) itu menyinggung meme yang beredar dengan penggambaran perjalanan karir anak muda di Indonesia kini berakhir menjadi supir (driver) ojek online.

“Saya ingin mengakhiri presentasi ini dengan realita yang sedih namun juga kejam. Ini adalah meme yang sedang tersebar di internet. Jalur karir seorang anak muda Indonesia. Yang paling kanan adalah topi sekolah dasar, topi sekolah menengah pertama, dan setelah dia lulus dari sekolah menengah atas, dia menjadi supir ojek, ini adalah realita yang kejam,” kata Prabowo di Hotel Shangrilla, Jakarta, Rabu, 21 November 2018.

Prabowo berbicara di acara Indonesia Economic Forum di Hotel Shangrilla, Jakarta, Rabu, 21 November 2018. Sumber foto: Dok. Istimewa

Sayangnya, redaksi Asumsi.co tidak menemukan meme yang dimaksud Prabowo. Meski begitu, memang realitanya saat ini cukup banyak masyarakat di Indonesia yang berprofesi sebagai driver ojek online (ojol). Bahkan pada Selasa, 13 Maret 2018 kemarin, pemerintah sempat menghentikan sementara rekrutmen pengemudi transportasi online.

Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemhub Budi Setiyadi mengatakan, keputusan pembatasan jumlah pengemudi transportasi online dilakukan karena pertumbuhan jumlah pengemudi yang sangat cepat. Data yang dimiliki Kemhub menunjukkan, jumlah pengemudi yang dimiliki satu perusahaan penyedia aplikasi mencapai 175.000 orang, yang artinya meningkat 9.000 orang dalam 3 minggu,

Maka dari itu, Prabowo merasa tidak bahagia dengan jalur karir yang demikian. “Saya ingin pemuda Indonesia menjadi pengusaha, menjadi orang teknik, menjadi pilot, untuk mempunyai kafe, perusahaan, perkebunan, bukan hanya menjadi kuli di negara sendiri,” harap Prabowo.

Lalu, apakah benar ojol adalah sebuah pekerjaan menyedihkan seperti yang dikatan Prabowo? Nyatanya…

1. Banyak Kisah Menginspirasi dari Para Driver Ojol

Di balik image buruk menjadi seorang sopir ojek, beberapa pengguna media sosial mungkin juga pernah melihat foto orang yang menggunakan jaket hijau khas onjek online sedang bergaya berlibur di luar negeri.

Sopir ojek online telah menginjakkan kaki di Singapura. Sumber foto: Instagram/@risto.bob
Driver Gojek dengan latar bangunan ikonik di Rusia.
Driver Go-Send terlihatberfoto di depankuil Sensoji di Tokyo, Jepang. Sumber foto: Facebook/Anthony.wijaya.cute

Dari foto-foto tersebut, kita bisa tahu bahwa menjadi driver yang mengantarkan penumpang dengan menggunakan transportasi beroda dua itu tetap bisa membiayai kehidupan seseorang. Bahkan, pendapatan mereka mampu mendanai biaya liburan ke luar negeri yang bisa dibilang tidak murah untuk sebagian orang.

Lebih dari itu, beberapa kisah inspirasi lainnya juga kerap beredar di media sosial. Bagaimana mereka yang terkadang punya keterbatasan fisik namun tetap mau bekerja sebagai driver ojek online. Ada pula cerita tentang para driver yang tetap mau berbagai kepada sesama meski pendapatan mereka mungkin tidak sebanyak para politisi.

2. Ojek Online Bisa Dijadikan Pekerjaan Sampingan

Jika Prabowo merasa miris melihat para lulusan SMA yang bekerja menjadi driver, bisa jadi mereka memang hanya ingin mengisi waktu luang. Seperti kisah Ahmad Nabhan Cody yang sempat menjadi buah bibir di media sosial. Hal itu bermula ketika Nabhan mengunggah foto kolase dirinya di akun instagramnya @nabhancody.

Dalam foto itu Nabhan, di satu frame tampak ia mengenakan jas dokter, dan frame sebelahnya menggunakan jaket jaket ojek online. “Hari kerja ku di rumah sakit, hari libur ku di jalanan,” tulis Nabhan dalam keterangan fotonya.

Usut punya usust, ternyata lelaki berkacamata tersebut belum menjadi dokter, melainkan masih berstatus Koas, yakni mahasiswa kedokteran yang sudah menyelesaikan jenjang sarjana dan magang di RS untuk mendapat gelar dokter. Di laman akun Instagramnya diketahui bahwa ia kini sedang menjalani profesi koas-nya sebagai dokter di sebuah RSUD di Palembang, Sumatera Selatan.

Dari sini kita bisa menyimpulkan, bahwa ojek online sangat bisa dijadikan pekerjaan sampingan untuk menambah pendapatan.

3. Lebih Baik Daripada Menganggur

Meski menjadi driver ojek online tidak terlihat mempesona layaknya menjadi dokter, namun setidaknya bekerja menjadi driver ojek online jauh lebih baik daripada harus menganggur. Kabar baik pula sempat datang dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat bahwa tingkat pengangguran terbuka (PTP) mengalami penurunan.

Pada Agustus 2018, data pengangguran tercatat 5,34 persen atau 7 juta orang. Bila dibandingkan Agustus 2017 lalu yang mencapai 7,04 juta pengangguran, maka data pengangguran terbuka Agustus 2018 mengalami penurunan 40.000 orang.

Hal ini diungkapkan oleh Kepala BPS Suhariyanto di Jakarta, pada Senin, 5 November 2018 kemarin. Kata Suhariyanto, jumlah angkatan kerja sendiri mencapai 131,01 juta orang, naik 2,95 juta orang dibandingkan Agustus 2017. Sementara penduduk yang bekerja sebanyak 124,01 juta orang, naik 2,99 juta orang dibandingkan Agustus 2017.

Share: Prabowo Miris Lihat Banyak Masyarakat Jadi Driver Ojol, Nyatanya Tak Semenyedihkan Itu