General

Politik Lingkungan Di Balik 4 Sosok Kepala Daerah Pilihan Megawati

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Bursa Pilkada Indonesia makin seru nih! Menjelang Pilkada serentak 2018, beberapa partai politik udah mulai mendeklarasikan calon kepala daerah yang didukungnya. Nah, kalian sadar gak sih, kalo sudah beberapa waktu terakhir ini kita fokus sama beberapa Pilkada yang akan berlangsung di Pulau Jawa? Karena itu, kali ini kita mau ngajak kalian ngikutin ramenya Pilkada diluar Jawa. Yuk, kita mulai dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, atau yang biasa disebut PDIP!

Pada hari Minggu (17/12), Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri udah ngumumin pasangan calon gubernur dan wakil gubernur untuk empat provinsi di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2018. Menariknya nih, ternyata terselip agenda politik lingkungan di balik deklarasi itu.

Keempat calon kepala daerah yang diusung Megawati tersebut akan bertarung masing-masing di wilayah Riau, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Tenggara, dan Maluku.

Untuk Sulawesi Tenggara, PDIP mengusung pasangan Asrun-Hugua. Pasangan ini punya latar belakang yang kuat di pemerintahan karena keduanya sama-sama pernah memimpin daerah tingkat dua di Sulawesi Tenggara.

Menurut Megawati, Hugua merupakan kader PDI-P yang menaruh perhatian besar terhadap lingkungan. Tak hanya itu, Hugua juga dinilai memiliki hubungan yang sangat baik dengan NGO Internasional yang menaruh perhatian terhadap isu lingkungan. Wah, modal yang bagus juga ya.

Disebut Megawati, Hugua yang tercatat menjabat sebagai Bupati Wakatobi selama dua periode, dari 2006 hingga 2016 itu pernah menerima penghargaan dan prestasi di bidang lingkungan hidup.

Sementara untuk Riau, PDIP mengusung incumbent Arsyadjuliandi Rachman atau Andi Rachman, berpasangan dengan kader PDIP, Suyatno. Andi Rachman dianggap sebagai sosok berprestasi di bidang lingkungan dan memiliki program kerja nyata, salah satunya penataan kampung.

“Dia ini petahana, orangnya bagus. Namanya dikenal Andi Rachman, mendapat penghargaan Kalpataru, Setya Bumi berturut-turut, 2014-2016,” kata Megawati seperti dilansir Liputan6.com, Minggu (17/12).

“Perhatian beliau ini adalah penataan kampung, dan penataan kampung iklim,” tambahnya.

Sementara untuk cawagub, Megawati menjelaskan sosok Suyatno dipilih karena kepemimpinan dan partisipasinya pada kebudayaan.

“Dia adalah Bupati Rokan Hilir, kader PDIP yang ramah dan menaruh perhatian besar pada kebudayaan. Tahun 2017 meraih juara umum budaya bakar tongkang, yang itu istilahnya di mana bumi dipijak disitu bumi dijunjung,” jelas Megawati.

Lalu di Maluku, PDIP mengandalkan pasangan Inspektur Jenderal Murad Ismail-Barnabas Orno. Megawati juga punya alasan sendiri mengenai penunjukan pasangan ini.

“Jadi ada ini, orangnya gede. Dia ini jenderal. Irjen Pol, Namanya Drs Murad Ismail. Dia terkenal sebagai Komandan Korps Brimob Polri. Karena sudah mau pensiun, jadi dia cari kerjaan,” kata Megawati seperti dilansir Kompas.com, Minggu (17/12).

Ternyata, barulah terungkap alasan lain kenapa Murad akhirnya mencalonkan diri lewat PDI-P. Pernyataan yang sempat dilontarkan Megawati tersebut terjawab dan alasannya karena Murad pernah menjadi pengawal Megawati, sehingga ia cukup mengetahui soal PDI-P.

Sedangkan wakilnya, Barnabas Orno, merupakan kader PDI-P yang kini menjabat Bupati Maluku Barat Daya.

“Mudah-mudahan apa yang telah kami pilih memang dapat memberikan berkah, rahmat dengan seizin Allah SWT bisa menaikkan harkat kemajuan di daerah-daerah tersebut,” harap Megawati.

Lalu, untuk Provinsi NTT, PDIP mengusung pasangan Marianus Sae-Emilia J. Nomleni. Megawati yang pernah menjabat sebagai Wakil Presiden RI ke-8 ini menjelaskan mengenai alasan kuat soal penunjukan kedua pasangan tersebut.

“Kok cari pemimpin susah. Akhirnya ketemu deh, Bupati Ngada. Dia namanya Marinus Sae,” ujar Megawati seperti dikutip dari Tribunnwes.com, Minggu (17/12).

Ketua DPP PDIP, Dr. Andreas H. Pareira membeberkan pertimbangan Megawati memberikan kepercayaan kepada pasangan tersebut. Pareira mengatakan bahwa keputusan mengusung Marianus Sae dilakukan setelah mempertimbangkan prestasi selama 7 tahun memimpin Kabupaten Ngada.

“Marianus Sae juga dalam pandangan Megawati adalah sosok seorang pekerja keras, mempunyai leadership yang cocok dengan karakter masyarakat NTT yang plural dan keras,” jelas Pareira.

Sementara untuk wakilnya, Emilia Nomleni, Pareira mengatakan bahwa Emilia Nomleni merupakan representasi perempuan dan sosok ibu yang sederhana dengan penampilan yang rapih, tekun berbakti untuk masyarakat, dan partai.

“Ibu Megawati juga memperhatikan aspek gender, sehingga berharap Emi (Emilia Nomleni) akan menjadi representasi kaum perempuan dalam jajaran pemerintah NTT,” jelas Pareira.

Megawati pun berharap keempat pasangan yang diusungnya tersebut bisa merebut hati rakyat dan memenangkan Pilkada 2018 mendatang. Terlebih, Megawati mengusung politik lingkungan sebagai modal penting di balik calon kepala daerah andalannya.

“Saya bertekad, keempat pasangan saya pilih ini dapat memenangi perhatian dan suara dari rakyat yang memilih,” kata Megawati Soekarno Putri seperti dilansir Tempo.co, Minggu, (17/12).

Tema politik lingkungan itu sendiri keluar dari mulut Presiden RI ke-5 itu saat mendeklarasikan keempat calon kepala daerah tersebut. Mega juga berharap ada perhatian khusus terhadap isu lingkungan.

“Pengumuman pasangan calon gubernur dan wakil gubernur pada hari ini saya buat berbeda. Temanya tentang Politik Hijau, politik lingkungan. Hal ini saya maksudkan agar kita menaruh perhatian khusus terhadap hal tersebut,” ujar Megawati seperti dinukil dari Liputan6.com, Minggu (17/12).

Isu lingkungan sendiri berada dalam sorotan yang besar di empat daerah tersebut. Megawati sendiri menjelaskan secara rinci bagaimana isu lingkungan memainkan peranan penting di wilayah masing-masing.

“Provinsi Riau kaya dengan sumber daya alam, Sulawesi Tenggara integritas terhadap lingkungan tinggi,” jelas Megawati.

Fokus lain perempuan berusia 70 tahun itu di isu lingkungan adalah untuk mencegah eksploitasi alam. Apalagi, putri proklamator Indonesia, Soekarno itu melihat sumber daya alam yang melimpah di berbagai daerah itu justru berpotensi rusak karena eksploitasi tambang yang belebihan dan pencemaran logam berat.

“Karenanya, kerusakan lingkungan seperti ini harus dihentikan. Jadi mari kita perkuat gerakan politik lingkungan sebagai kesadaran bersama. Sungai dan selokan menjadi bersih, dilengkapi dengan taman-taman yang indah,” pungkasnya.

Share: Politik Lingkungan Di Balik 4 Sosok Kepala Daerah Pilihan Megawati