General

Perjalanan Politik Cerita Eko Patrio: Dari GARBI Sampai Kendala Namanya di Pemilu 2019

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PAN DKI Jakarta Eko Hendro Punomo alias Eko Patrio memang sudah resmi bergabung dengan Gerakan Arah Baru Indonesia (GARBI) yang digagas mantan Presiden PKS Anis Matta. Di GARBI, Eko dipercaya menjadi Pembina GARBI. Ia pun bercerita soal harapannya terhadap keberadaan GARBI saat ini.

Eko sendiri ditetapkan sebagai Pembina GARBI pada acara deklarasi GARBI di Gedung Senam Raden Inten II, Jakarta Timur, Minggu, 10 Februari 2019. Acara itu juga turut dihadiri Mahfudz Siddiq yang tampil sebagai national speaker. Eko yang juga merupakan Caleg DPR RI dari PAN Daerah Pemilihan Jakarta Timur itu menyambut baik hadirnya GARBI.

Menurut Eko, sebagai organisasi, GARBI mewadahi berbagai komponen masyarakat yang mendukung perubahan dan pembaharuan perlu didukung semua pihak. “GARBI merupakan ormas kebangsaan, wadah baru tempat bertemu dan berkumpulnya orang-orang muda kreatif dengan ide dan gagasan untuk menuju pembaharuan dan perubahan Indonesia ke arah yang lebih baik. Ini harus didukung,” kata Eko dalam keterangannya, Minggu, 10 Februari 2019.

Lebih jauh, Eko yang saat ini tercatat sebagai anggota DPR RI Komisi IV tersebut mengaku akan fokus untuk konsolidasi dan sosialisasi sahabat GARBI. “Saya akan terus bergerak untuk mensosialisasikan GARBI ini ke masyarakat,” ujar Eko.

Eko Tak Berharap GARBI Jadi Partai

Saat ditemui awak Asumsi.co usai acara Rilis Survei Charta Politika Tentang Wajah Wakil Rakyat Ibu Kota 2019-2024 di Es Teller 77 Jalan Adityawarman, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin, 11 Februari 2019, Eko menjelaskan soal alasannya bergabung dengan GARBI. Menurut Eko, GARBI sebagai sebuah ormas, sangat terbuka untuk siapa saja, termasuk dirinya.

“Ya kalo buat saya kan GARBI itu kan ormas kebangsaan ya, terbuka untuk semua kalangan. Jadi kalau buat saya kalau sekarang saya ada di GARBI ya enggak jadi masalah ya. Walaupun di sana juga ada juga tokoh dari partai-partai lainnya,” kata Eko kepada awak media usai acara, Senin, 11 Februari 2019.

Eko pun menegaskan bahwa siapa saja boleh dan bisa bergabung dengan GARBI. Ia pun memiliki hak untuk memberikan kontribusi positif bersama GARBI sebagai sebuah ormas. Apalagi, ia semakin semangat dan bersyukur karena dijadikan pembina GARBI.

“Jadi buat saya sah-sah aja bergabung dengan GARBI. Apalagi visi misinya atau program dari GARBI adalah bagaimana memberikan ide gagasan untuk kemajuan bangsa ini. Jadi buat saya, ya saya punya hak juga untuk gabung di sana, dan alhamdulilah saya dijadikan pembina oleh GARBI,” ujarnya.

Lebih lanjut, Eko pun berharap GARBI tak jadi partai politik seperti ormas-ormas kebanyakan di Indonesia. Menurutnya, GARBI cukup jadi ormas saja, apalagi posisinya saat ini masih berstatus sebagai kader PAN, sehingga kalau GARBI jadi partai tentu akan menyulitkannya.

“Oh belum, kita masih ormas, kalau misalnya jadi partai politik kan kebetulan saya di partai politik PAN juga, jadi belum. Saya berharap juga jangan menjadi partai lah. Karena kalau menjadi partai nanti juga bisa jadi cita-citanya beda lagi,” ucap Eko.

Kehadiran GARBI sendiri sempat jadi sorotan lantaran dianggap menggembosi PKS, apalagi GARBI sendiri diinisiasi oleh pentolan PKS. Bahkan, belakangan muncul spanduk-spanduk yang mengatakan “Tolak GARBI”. Eko pun tak terlalu ambil pusing dengan aksi dari pihak-pihak tak bertanggung jawab tersebut.

“Oh biarlah, apalagi katanya haram GARBI gitu ya. Wah, masa GARBI mengandung lemak babi kan enggak juga gitu ya. Yah, kalau haram nanti kita minta dari MUI supaya ada label halal,” kata Eko.

Eko sendiri tak akan terlalu menanggapi aksi-aksi yang terlihat jelas ingin menyerang GARBI. Menurutnya, tugas-tugas yang lebih penting sudah menunggu untuk dikerjakan saat ini, apalagi jelang Pemilu 2019. “Yang penting sekarang kita punya PR banyak banget. Dua bulan lagi saya dipilih menjadi anggota dewan lagi, terus saya juga mengantarkan teman-teman menjadi anggota dewan. Ini pijakan saya kan ketua DPW, jangan sampai jadi defisit suara partai PAN lah.”

Terkendala Nama, Apa Strategi Eko Jelang Pileg 2019?

Ada cerita menarik di sela-sela rilis survei Charta Politika yang berlangsung Senin, 11 Februari 2019. Menurut Direktur Riset Charta Politika, Muslimin, Eko mengalami sedikit kendala jelang Pileg 2019, terutama soal nama aslinya. Muslimin mengatakan nama Eko Patrio lebih dikenal masyarakat ketimbang Eko Hendro Purnomo.

“Tingkat pengenalan Eko Patrio hanya 2 persen. Eko Patrio harus bekerja keras untuk mensosialisasikan namanya di kertas suara karena namanya Eko Purnomo bukan Eko Patrio. Sementara orang-orang lebih kenal dengan nama Eko Patrio, bukan Eko Purnomo. Sehingga hal itu bisa berpengaruh terhadap pemilih,” kata Muslimin sembari tertawa.

Menanggapi hal itu, Eko pun bakal bekerja lebih keras lagi. Meski dirinya sudah dikenal secara luas oleh masyarakat, namun persoalan nama lengkapnya itu diakui Eko cukup penting. Maka dari itu, ia bakal melakukan pendekatan intensif terhadap masyarakat dengan terjun langsung ke lapangan sesering mungkin.

“Soal nama saya, jadi sosialisasinya nanti ya saya harus menemui masyarakat secara langsung. Enggak bisa kalau hanya lewat spanduk dan umbul-umbul saja. Selain saya door to door, saya juga butuh tim political marketing gitu. Lewat sosial media juga lebih bagus karena lebih murah,” kata Eko.

Eko mengatakan bahwa dapil DKI 1 yang menjadi dapilnya di Pileg 2019 terbilang cukup sulit apalagi banyak caleg-caleg lain yang juga dikenal publik. “Saya terjun di dapil DKI 1 ini memang PR sekali. Dari dulu sampai sekarang, saya tidak pernah pakai spanduk dan umbul-umbul. Saya lebih senang dengan progres political marketing agar kita terus tumbuh. Saya lebih suka door to door, kenal dengan orang banyak.”

Meski mengaku sulit, Eko tetap bersyukur lantaran sangat terbantu dengan keberadaan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebagai capres-cawapres yang ia dukung bersama PAN di Pilpres 2019. Menurut Eko, dengan membawa nama Prabowo-Sandi, publik akan semakin mudah mengenal dirinya.

“Iya, jadi kalau buat saya bukannya apa-apa, malah membanggakan ya sekarang saya bagian dari Prabowo-Sandi. Apalagi rupanya ‘jualan’ Prabowo-Sandi di Jakarta sangat-sangat menguntungkan. Saya enggak tau kalau di daerah lain, kalau di sini menguntungkan banget. Jadi enggak ada kesulitan,” ujarnya.

Share: Perjalanan Politik Cerita Eko Patrio: Dari GARBI Sampai Kendala Namanya di Pemilu 2019