Isu Terkini

Begini Plus Minus Perry Warjiyo, Calon Tunggal Gubernur BI Usulan Jokowi

Winda Chairunisyah Suryani — Asumsi.co

featured image

Jabatan itu emang enggak ada yang selamanya, seperti jabatan Gubernur Bank Indonesia (BI) yang saat ini diduduki oleh Agus Martowardojo. Ia sudah menjabat sebagai Gubernur BI sejak 23 Mei 2013. Dalam hitungan bulan, pada Mei 2018, jabatannya pun akan segera berakhir.

Ketika Agus harus mengakhiri masa jabatannya, tentu perlu ada sosok yang menggantikan. Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun udah harus punya nama pengganti per akhir Februari ini. Kabar terbarunya, Jokowi udah mengajukan satu nama, yaitu Perry Warjiyo. Calon tunggal yang diajukan Jokowi ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) ini merupakan Deputi Gubernur BI saat ini.

“Sudah kita kirimkan ke DPR. Coba tanyakan ke DPR,” kata Jokowi pada Selasa, 27 Februari.

Sebelumnya, Jokowi pernah membeberkan kriteria gubernur baru untuk BI, seperti bisa diberikan kepercayaan pasar, menguasai makro ekonomi, moneter, serta inflasi. Saat menunjuk Perry, kata Jokowi, pilihannya itu pun juga mengerti moneter, inflasi, serta kebijakan di BI.

“Saya kira dia Deputi Senior BI yang mengerti moneter, inflasi, kebijakan di BI. Saya kira penguasaan tidak perlu diragukan,” ujar Jokowi.

Berbeda dengan Jokowi, pengamat Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira juga punya peniliain plus dan minus terhadap Perry. Jam terbang yang dimiliki Perry, kata Bhima, memang enggak perlu diragukan dan itu adalah nilai plus-nya.

“Komunikasi dengan pejabat lain di BI pun tidak butuh penyesuaian lama sehingga setelah terpilih bisa langsung bekerja karena dia berasal dari internal BI,” kata Bhima. seperti dikutip dari Liputan6.com pada 26 Februari.

Untuk minus-nya, lanjut Bhima, Perry kurang punya gebrakan baru dari persepsinya terlalu hati-hati dalam mengambil kebijakan. Ia mengkhawatirkan Perry jika terpilih enggak ada inovasi yang signifikan.

“Sementara tahun 2018 era bunga murah sudah berakhir. Berbagai bank sentral mulai dari The Fed hingga European Central Bank berniat melakukan pengetatan moneter. Imbasnya suku bunga acuan 7 days repo kemungkinan akan dinaikkan dan ruang bagi BI untuk turunkan bunga bisa dikatakan sempit sekali. Nah, pertanyaanya, apa terobosan gubernur BI selain bermain kebijakan suku bunga acuan?” kata Bhima.

Apalagi, ujarnya, di tengah perubahan teknologi jasa keuangan terutama fenomena munculnya financial technology (fintech), BI punya tugas agar ekosistem fintech semakin produktif, inovatif, dan aman.

“Untuk itu kita butuh Gubernur BI rasa milennial yang lincah di tengah revolusi digital, jangan sampai alergi terhadap inovasi. Sepanjang 2016-2017 kemarin BI terlihat lebih banyak melakukan suspend beberapa produk fintech dan dianggap belum memberi insentif yang dibutuhkan pelaku usaha fintech,” ujarnya.

Sosok Perry yang menjadi calon tunggal Gubernur BI yang baru ini sendiri telah menjadi Deputi Gubernur BI sejak 15 April 2013 lalu. Pria kelahiran Sukoharjo, Jawa Tengah, pada 25 Februari ini, merupakan sarjana ekonomi Universitas Gadjah Mada. Ia juga pernah merai gelar master dan PhD di bidang moneter dan keungan internasional dari Iowa State University, Amerika Serikat.

Perjalanan karirnya di BI pun cukup panjang. Sejak 1984. Perry pernah menjadi Direktur Eksekutif Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter, pernah jadi Asisten Gubernur untuk perumusan kebijakan moneter, makroprudensial, dan internasional.

Selain di BI, Perry pernah menjadi Direktur Eksekutif di International Monetary Fund (IMF). Dirinya menjadi perwakilan dari 13 negara anggota yang tergabung dalam Southeast Asia Voting Group.

Share: Begini Plus Minus Perry Warjiyo, Calon Tunggal Gubernur BI Usulan Jokowi