Isu Terkini

Perundungan Biasa Terjadi di Kalangan Remaja, Kenapa?

Ray Muhammad — Asumsi.co

featured image
Foto: Unsplash

Isu perundungan (bullying) yang menerpa aktor Korea Selatan, Kim Ji-Soo (Ji Soo) mencuri perhatian beragam kalangan, salah satunya psikolog yang menyoroti fenomena ini banyak terjadi di kalangan remaja.

Seperti diberitakan, akun alter berinisial A mengungkap aksi perundungan yang dilakukan Ji Soo kepadanya, terjadi di usia remaja yakni sewaktu keduanya duduk di bangku SMP.

Psikolog Anak Tibis Sinergi, Tika Bisono menilai aksi perundungan di kalangan remaja biasa terjadi karena di usia ini, mereka saling berlomba untuk menunjukkan eksistensi diri yang lebih unggul daripada yang lain.

“Remaja itu kan, masa-masa membangun identitas. Itulah momen seorang remaja mau menunjukkan ini lho, diri gue! Jadi, bully dilakukan kepada sesama temannya tak lain untuk membangun eksistensi diri,” kata Tika kepada Asumsi.co, Kamis (4/3/21).

Bully alat untuk memenangkan kompetisi sosial

Usia remaja, kata Tika, adalah langkah awal saling berkompetisi agar bisa dinilai sekitar menjadi yang terbaik atau paling hebat. Hal inilah yang disebutnya sebagai kompetisi sosial.

Bully itu salah satu alat untuk memenangkan kompetisi sosial. Kan ada anak yang merasa kurang cerdas otaknya, tapi mau terlihat hebat. Maka, bully ini dijadikan power untuk menjatuhkan anak yang berprestasi misalnya,” ucapnya.

Lebih lanjut, korban perundungan Ji Soo mengaku sempat mengalami trauma dan tak menikmati masa sekolahnya.

Tika mengatakan, trauma yang muncul pada korban perundungan biasanya disebabkan karena mereka tidak berani melawan.

“Jangan diam, bersuara atau adukan ke guru misalnya saat kita kena bully teman di sekolah,” ucapnya.

Perundungan membantu bangun proteksi diri

Di satu sisi, menurut psikolog, menjadi korban perundungan dari orang lain kadang kala diperlukan oleh diri kita masing-masing.

Hal ini, dinilai mampu melatih mental serta membangun proteksi diri, terhadap perilaku semena-mena orang lain.

“Kita sebetulnya butuh juga sense of bullied ini. Dengan stimulus itu, sense untuk melindungi diri kita akan berkembang,” ujar Tika.

Justru ia mengaku kesal dengan orang tua yang terlalu berlebihan memproteksi anaknya dengan menyekolahkan anaknya lewat home schooling, supaya tak menjadi korban perundungan.

“Buat saya cemen sekali orang tua yang terlalu mensterilkan anaknya dari kemungkinan di-bully. Banyak yang begitu,” jelas dia.

Korban menaruh dendam pada Ji Soo

Psikolog Klinis Anak-Remaja dan co-Founder Komunitas Sahabat Tunas Muda Juara, Stella Vania Puspitasari menaruh perhatian pada pengakuan trauma yang disampaikan A, usai menjadi korban perundungan Ji Soo.

Ia menerangkan, sudah banyak kasus yang menunjukkan korban perundungan menimbulkan trauma dalam diri seseorang.

Hal ini, kata dia, tak bisa dianggap sepele karena bisa menjadi luka psikis yang berkepanjangan.

Akan tetapi, seberapa dalam lukanya, serta sejauh mana efeknya tentu berbeda setiap individu.

“Selain dipengaruhi oleh bentuk perundungannya, ini juga sangat ditentukan oleh seberapa resilien seseorang itu,” ucap Vania.

Secara kejiwaan, menurutnya pengalaman perundungan ini membuat seseorang bisa memicu masalah dalam bersosialisasi.

“Misalnya jadi canggung, menarik diri, atau bisa sampai pada gangguan kecemasan sosial,” ungkapnya.

Lebih jauh lagi, peristiwa perundungan bisa membuat seseorang merasa tidak berharga, tak berdaya, hingga  mengarah pada gangguan depresi.

Ia pun menelisik motif A yang menyebarkan pengalamannya di masa lalu, menjadi korban perundungan seseorang yang kini dikenal sebagai figur publik.

Menurutnya, kemungkinan besar hingga kini A masih menaruh dendam kepada Ji Soo. Sebagai korban, A ingin membalasnya dengan merundung balik sang aktor di dunia maya.

“Dia ingin membalas luka yang diterimanya pada orang yang pernah merundungnya, sehingga dia pun melakukan hal yang sama,” tandasnya.

Share: Perundungan Biasa Terjadi di Kalangan Remaja, Kenapa?