Isu Terkini

Pertemuan IMF-WB di Bali, Mengapa Indonesia Bisa Dapatkan Triliunan Investasi?

Winda Chairunisyah Suryani — Asumsi.co

featured image

Pertemuan tahunan IMF-World Bank 2018 yang dilaksanakan di Bali, akhirnya udah selesai nih. Acara yang udah berlangsung sejak sepekan lalu itu pun resmi ditutup pada Minggu, 14 Oktober 2018. Meski acara itu penuh dengan pro kontra, tapi ternyata Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde dan Presiden World Bank Kim Yong Kim ngasih apresiasi membanggakan buat Indonesia!

Kalau menurut Lagarde, acara pertemuan tahunan yang dilaksanakan di pulau dewata itu membuat delegasi merasa nyaman. “Terima kasih Indonesia untuk jerih payahnya. Saya berusaha keras untuk mencegah keraguan apapun, saya bilang ‘Indonesia yes!’ Saya ingin melakukannya sekali lagi, namun kita sudah sedikit lelah. Bagi saya, memori ini akan tetap teringat,” ujarnya di Bali Internasional Convention Center.

Ucapan terima kasih juga diutarakan oleh Kim Yong Jim, ia kagum Indonesia bisa sukses menyelenggarakan acara berskala internasional meskipun sedang dirundung banyak bencana. “Terima kasih banyak. Yang sudah kita pelajari di sini adalah orang Indonesia sangat memiliki ketahanan dan semangat. Kita dari World Bank senang bisa temukan hasrat semacam ini, sehingga kita respons dengan US$1 miliar sebagai suplemen rehabilitasi dan rekonstruksi jaga ketahan di Sulawesi dan Lombok,” kata Yong Jim.

Sekedar informasi, di acara IMF-World Bank kemarin itu tercatat ada 36.339 delegasi dan peserta yang terdaftar. Maka enggak heran, kalau akhirnya Indonesia mendapatkan aliran investasi mencapai 13,5 miliar dolar AS atau setara Rp 202,5 triliun untuk pendanaan proyek infrastruktur Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Kesepakatan antara 14 perusahaan pelat merah dengan para investornya itu telah sah dilakukan pada Kamis, 11 Oktober 2018, dengan rincian transaksi sebagai berikut;

  1. Kemitraan Strategis senilai 400 juta dolar AS antara PT GMF AeroAsia Tbk dan Airfrance Industries serta KLM Enginering & Maintenance.
  2. Kemitraan senilai 500 juta dolar AS antara PT GMF AeroAsia Tbk dan China Communications Contruction Indonesia.
  3. Peluncuran penawaran kerja sama strategis bandara Kualanamu oleh PT Angkasa Pura II Persero kepada investor, senilai hingga 500 Juta Dolar AS.
  4. Kemitraan Strategis senilai 100 juta dolar AS antara PT Pindad Persero dan Waterbury Farrel.
  5. Kemitraan Strategis senilai 320 juta dolar AS antara PT Aneka Tambang Tbk dengan Ocean Energy Nickel International Pty Ltd.
  6. Kemitraan Strategis senilai 850 juta dolar AS antara PT Inalum Persero, Antam dan Aluminium Corporation of China Limited.
  7. Kerja sama senilai 500 juta dolar AS antara PT KAI Persero, PT INKA Persero dan Progress Rail (Caterpillar Group).
  8. Kerja sama senilai 185 juta dolar AS antara PT Boma Bisma Indra Persero dan Doosan Infracore serta Equitek.
  9. KIK-Dinfra senilai 112 juta dolar AS oleh PT Jasa Marga dan Bank Mandiri serta pernyataan efektif OJK.
  10. RDPT PT Jasa Marga dan Bank Mandiri serta AIA, Taspen, Wana Artha, Allianz dan Indonesia Infrastruktur Finance (IIF) senilai 224 juta dolar AS
  11. Kerja sama investasi senilai 6,5 miliar dolar AS antara PT Pertamina Persero dan CPC Corporation.
  12. Kerjasama investasi senlai 150 juta Euro antara PT PLN Persero dan KfW.
  13. Kredit investasi Senilai 523 juta Dolar AS dari Bank Mega kepada PT Hutama Karya Persero untuk pembangunan ruas tol Pekanbaru – Dumai.
  14. Monetisasi Aset senilai 336 juta dolar AS oleh PT Hutama Karya dengan ICBC, MUFG, Permata Bank, Sarana Multi Infrastruktur
  15. Kreit Sindikasi 684 juta dolar AS kepada Hutama Karya dari Bank Mandiri, BRI, BNI, CIMB Niaga dan Sarana Multi Infrastruktur.
  16. Investasi senilai 310 juta dolar AS antara Menjangan Group, ITDC dan Amorsk Group.
  17. Investasi senilai 198 juta dolar AS antara PT Wijaya Karya Persero, ITDC dan Menjangan Group.
  18. Kerja sama pembiayaan proyek Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Mandalika antara ITDC dengan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) senilai 248 juta dolar AS.
  19. Kerja sama lindung nilai nilai tukar berbasis Syariah senilai 128 juta dolar AS antara Sarana Multi Infrastruktur dan Maybank

Mungkin ada yang bertanya-tanya, kok bisa Indonesia langsung mendapatkan suntikan modal yang jumlahnya jauh lebih besar dari anggaran terpakai sebagai tuan rumah pertemuan IMF-World Bank? Selain faktor kesuksesan acara, Indonesia juga merupakan negara dengan kepulasan besar, dan tentunya cukup menarik untuk dijadikan tempat untuk berinvestasi.

Misal kita lihat dari sumber daya alamnya yang sangat kaya, hal itu bisa dimanfaatkan dari berbagai sektor, misalnya parwisata. Tak lupa, juga ada pemanfaatan lainnya seperti mineral, batu bara, dan minyak bumi. Belum lagi, saat ini Indonesia cenderung memiliki stabilitas politik yang baik berkat sistem demokrasi yang terus dibenahi sejak reformasi 1998 silam.

Hal itu ditambah dengan hubungan bilateral Indonesia antar negara yang terus dibangun hingga saat ini. Meski dilanda krisis global pun, tanah air kita masih dianggap mampu bertahan bahkan dianggap sebagai salah satu penggerak perekonomian di Asia.

Tentunya investor asing kini juga tak ambil pusing terkait masalah birokrasi. Sebab, pemerintah justru membuat peraturan yang memudahkan mereka. Tapi, jangan mengartikan investasi sebagai langkah untuk menjual aset negara ya.

Alasannya, investasi ini juga bisa banget dimanfaatkan untuk menciptakan perusahaan baru dan tentunya akan membuka lapangan pekerjaan lebih banyak. Belum lagi penanaman modal juga penting untuk perkembangan kemajuan teknologi dengan mendukung penelitian dan edukasi. Selain itu juga, bisa meningkatkan daya saing pasar, dan pastinya negara makin untung dengan adanya pajak penghasilan, serta penambahan devisa.

Banyak kontroversi mengenai langkah pemerintah saat ini dalam menggalakkan investasi asing. Terdapat anggapan keliru bahwa menyediakan lahan investasi asing sama dengan menjual negara Indonesia kepada negara lain. Faktanya, investasi asing di Indonesia sudah diatur sedemikian rupa agar tercipta investasi yang menguntungkan bagi pihak investor dan Indonesia.

Tapi, ada juga beberapa dampak negatif yang mungkin terjadi dari banjirnya investasi asing. Seperti eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan, diskriminasi upah antara tenaga kerja, serta hilangnya industri kecil dan menengah karena enggak kuat bersaing dengan perusahaan-perusahan raksasa.

Tapi, mungkin itu tidak akan terjadi jika negara menerapkan aturan yang ketat seperti yang ditulis dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang penanaman modal. Misalnya saja pada Pasal 13 poin 2 yang mengatakan bahwa, “Pemerintah  melakukan   pembinaan  dan pengembangan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi melalui program kemitraan, peningkatan daya saing, pemberian dorongan inovasi dan perluasan pasar, serta penyebaran informasi yang seluas-luasnya.”

Share: Pertemuan IMF-WB di Bali, Mengapa Indonesia Bisa Dapatkan Triliunan Investasi?